Edisi Akhir Tahun Tempo: Para Pejuang Vaksin di Laboratorium
Reporter
TEMPO
Editor
Zacharias Wuragil
Senin, 27 Desember 2021 01:22 WIB
Fedik Abdul Rantam dan Dominicus Husada
Ada sejumlah kampus dan lembaga penelitian di Indonesia yang ikut dalam konsorsium vaksin Merah Putih. Yang terdepan sejauh ini adalah Universitas Airlangga, Surabaya, yang bekerja sama dengan PT Biotis Pharmaceuticals. Proyek vaksin Merah Putih di kampus ini dipimpin oleh Fedik Abdul Rantam. Ketua tim uji klinisnya Dominicus Husada.
Menurut Fedik, PT Biotis Pharmaceuticals Indonesia telah menyiapkan sekitar 2.000 vaksin untuk pilot scale menggunakan bibit vaksin yang diproduksi kampus di Surabaya, Jawa Timur, tersebut. “Pilot scale adalah penyiapan bahan vaksin dalam jumlah terbatas untuk uji klinis fase satu,” katanya.
Fedik optimistis vaksin ini dapat diproduksi dalam skala massal pada 2022. Ia menargetkan uji klinis fase I dilakukan pada Januari-Maret 2022. Jika tak ada banyak kendala setelah uji klinis tersebut, uji klinis fase II dapat dilakukan sekitar Maret dan menyusul fase III pada pertengahan 2022.
Dalam uji klinis fase I, ada sekitar 200 orang yang mendaftarkan diri sebagai relawan penerima vaksin secara online. Sementara itu, uji klinisnya akan dipusatkan di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetomo, Surabaya. “Jika sudah berkembang sampai fase III mungkin akan melibat rumah sakit yang lain seperti RSCM (Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr Cipto Mangunkusumo), rumah sakit di Semarang, Yogyakarta, dan Bandung,” tutur Fedik.
Setelah uji klinis fase III dilewati, barulah vaksin ini siap dimanufaktur atau dikembangkan dalam skala produksi massal. “Setelah dirapatkan, keputusan vaksin ini akan jadi booster atau tidak juga setelah uji klinis fase III dilewati,” ujarnya. Itu pun masih harus menunggu evaluasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Sebelumnya, uji praklinis satu dan dua telah dilewati oleh Dominicus dan timnya dengan menggunakan monyet makaka. Dalam uji praklinis satu dan dua, makaka yang telah disuntik vaksin buatan Universitas Airlangga dan Biotis yang berplatform virus dimatikan (inactivated virus) itu ditantang dengan virus varian Delta.
“Laporan uji klinis pada hewan sedang dikaji oleh BPOM untuk menentukan apakah vaksin tersebut sudah layak diuji klinis ke manusia,” kata Dominicus. Sejauh yang ia ketahui, hasil uji praklinis cukup bagus.