Badan Meteorologi Dunia Tetapkan Dua Rekor Baru Sambaran Petir

Kamis, 3 Februari 2022 08:00 WIB

Ilustrasi hujan petir. nydailynews.com

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi Dunia telah mengesahkan dua rekor baru sambaran petir terpanjang--baik jarak maupun durasinya di langit. Satu rekor baru untuk petir dengan jarak sambaran terjauh tercipta di wilayah Amerika Serikat bagian selatan pada April 2020. Kilatan petir itu terukur sepanjang sekitar 768 kilometer, atau sejauh jarak London di Inggris sampai Hamburg di Jerman.

WMO telah memberi konfirmasi kalau jarak itu 60 kilometer lebih jauh daripada rekor sebelumnya oleh petir di Brasil pada 2018. Konfirmasi dikeluarkan setelah dilakukan proses panjang cek ulang instrumen-instrumen, cek silang hasil observasi, dan verifikasi dari sebuah panel ahli.

Lewat proses yang sama rekor baru kedua ditetapkan, yakni durasi sambaran petir terlama yang pernah terukur selama ini, yakni menggelegar 17 detik--0,3 detik lebih lama daripada rekor sebelumnya. Petir ini terjadi di wilayah perbatasan Uruguay-Argentina pada Juni 2020. Data dua rekor baru itu telah dipublikasikan dalam Bulletin of The American Meteorological Society pada 1 Februari 2022.

"Kami sekarang memiliki bukti yang sangat jelas kalau satu sambaran petir bisa bertahan selama 17 detik," kata Randall Cerveny, profesor ilmu geografi di Arizona State University, Amerika Serikat. Dia menambahkan, "Ini penting bagi para ilmuwan karena memperbaiki pemahaman terhadap dinamika petir: bagaimana, di mana dan kenapa petir bisa terjadi."

Kedua petir yang mencetak rekor baru itu sama-sama didapati di lokasi dataran luas yang secara geografis memang mudah menumbuhkan sistem awan konveksi yang sangat besar, yang dapat menyebabkan badai petir tunggal untuk berkombinasi ke dalam sistem cuaca masif yang memicu badai petir ekstrem. Tapi, kilatan petir yang membentang di Amerika Serikat bagian selatan itu akan sulit diukur dengan hanya peralatan konvensional di darat.

Para ahli meteorologi telah beralih ke pemetaan petir menggunakan satelit geostasioner, yang memiliki medan pandang lebih lebar. "Kami memiliki alat pemetaan dan deteksi petir di orbit baru beberapa tahun ini, dan dengannya kami belajar jauh lebih banyak tentang mega-petir," kata Cerveny.

Advertising
Advertising

Citra satelit dari petir di Amerika Serikat pada April 2020 lalu yang mematahkan rekor sambaran petir terpanjang di dunia. Foto : World Meteorological Organization

Graeme Marlton, ahli meteorologi di University of Reading, Inggris, yang tidak termasuk anggota tim Cerveny, mengatakan, penetapan rekor-rekor baru itu bisa berarti kejadian petir semakin ekstrem, atau bisa juga menunjukkan kemampuan pengukuran yang semakin baik. "Meski begitu, perubahan iklim kelihatannya meningkatkan frekuensi petir di seluruh Bumi," katanya.

Petir-petir yang mencetak rekor baru itu tidak menyambar sampai ke daratan, namun panjang dan durasinya tetap menjadikannya peringatan penting tentang seberapa jauh petir bisa menyergap dari wilayah pusatnya. "Setiap kali mendengar petir, Anda harus mencari tempat yang aman seperti ke dalam bangunan atau berlindung dalam kendaraan dengan bagian atap dari logam dan tertutup penuh," kata Cerveny.

NEW SCIENTIST

Baca juga:
Studi ITB Temukan 50 Titik Batas Laut di Indonesia Menyimpang


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

1 jam lalu

Top 3 Dunia: Turki Hentikan Ekspor Impor ke Israel

Berita Top 3 Dunia pada Jumat 3 Mei 2024 diawali oleh Turki menghentikan semua ekspor impor dari dan ke Israel.

Baca Selengkapnya

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

2 jam lalu

Ikuti Gerakan di AS, Mahasiswa Pro-Palestina Berkemah di Kampus-Kampus Australia

Gelombang protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat telah menyebar ke berbagai universitas di Australia.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

7 jam lalu

Suhu Panas, BMKG: Suhu Udara Bulan Maret 2024 Hampir 1 Derajat di Atas Rata-rata

Suhu panas yang dirasakan belakangan ini menegaskan tren kenaikan suhu udara yang telah terjadi di Indonesia. Begini data dari BMKG

Baca Selengkapnya

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

10 jam lalu

Houthi Tawarkan Pendidikan bagi Mahasiswa AS yang Diskors karena Demo Pro-Palestina

Kelompok Houthi di Yaman menawarkan tempat melanjutkan studi bagi para mahasiswa AS yang diskors karena melakukan protes pro-Palestina.

Baca Selengkapnya

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

11 jam lalu

Band Metal As I Lay Dying Siap Gebrak Panggung Hammersonic 2024

Band rock asal California, As I Lay Dying akan turut mengguncang panggung Hammersonic 2024 pada Ahad, 5 Mei 2024. Berikut profil band metal itu.

Baca Selengkapnya

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

13 jam lalu

Demo Dukung Palestina di Kampus AS Diberangus Polisi, PM Bangladesh: Sesuai Demokrasi?

Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengkritik pemerintah Amerika Serikat atas penggerebekan terhadap protes mahasiswa pro-Palestina

Baca Selengkapnya

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

18 jam lalu

Biden Soal Bentrok Mahasiswa Pro-Palestina: Boleh Protes, Asal Jangan Bikin Kekacauan

Presiden AS Joe Biden mengkritik gelombang unjuk rasa pro-Palestina yang berlangsung di berbagai kampus di seluruh negeri.

Baca Selengkapnya

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

21 jam lalu

Demonstran Pro-Palestina dan Polisi Bentrok di Kampus AS, Ratusan Mahasiswa Ditangkap

Unjuk rasa pro-Palestina di kampus Amerika Serikat berujung rusuh antara polisi dan demonstran.

Baca Selengkapnya

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

21 jam lalu

AS Akui Salah, Serangan Drone di Suriah Bukan Bunuh Pemimpin Al Qaeda Tapi Petani

Amerika Serikat mengakui salah telah membunuh warga sipil saat menargetkan pemimpin Al Qaeda di Suriah dalam serangan drone.

Baca Selengkapnya

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

22 jam lalu

Berbeda dari Columbia, UC Berkeley Izinkan Mahasiswa Pro-Palestina Unjuk Rasa Damai

Protes mahasiswa pro-Palestina di Universitas California, Berkeley (UC Berkeley) berlangsung tanpa penangkapan oleh polisi.

Baca Selengkapnya