Hati-hati Kerusakan Saraf, Riset Sebut Gaya Hidup Sedentari Meningkat di Indonesia

Reporter

Antara

Selasa, 21 Juni 2022 11:01 WIB

Reaksi pedagang saham dari TradeMas Inc. saat bekerja dari rumah setelah ditutupnya New York Stock Exchange (NYSE) akibat meluasnya virus corona atau Covid-19 di New York City, 26 Maret 2020. REUTERS/Brendan McDermid

TEMPO.CO, Jakarta - Jumlah penduduk Indonesia dengan gaya hidup sedentari atau pola hidup inaktif, minim aktivitas fisik, mengalami peningkatan. Dampaknya, jumlah pasien penyakit tidak menular (PTM) seperti diabetes dan kerusakan saraf juga meningkat.

Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat di Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, Kementerian Kesehatan, Imran Agus Nurali, mengungkap itu saat konferensi pers virtual 'Neuropathy Awareness Week' pada Senin, 20 Juni 2022.

Dia memaparkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018 yang menyebut proporsi penduduk Indonesia dengan gaya hidup sedentari naik menjadi 33,5 persen dari 26,1 persen pada 2013. Sebagai catatan, pandemi Covid-19 yang sempat memberlakukan segala aktivitas di rumah saja dan kegiatan berlangsung daring baru terjadi sejak awal 2020.

Tapi, dengan kondisi pada 2018 itu saja, Imran mengatakan, "sebanyak satu dari tiga orang menjalani gaya hidup sedentari.” Menurut Imran, peningkatan kasus PTM secara signifikan akan menambah beban masyarakat dan pemerintah mengingat penanganannya membutuhkan banyak waktu, biaya besar, serta teknologi tinggi.

Dia mengimbau masyarakat menjalani gaya hidup CERDIK: Cek kesehatan secara berkala, Enyahkan asap rokok, Rajin beraktivitas fisik, Diet yang sehat dan seimbang, Istirahat yang cukup dan Kelola stres. Juga Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) secara teratur, serta mengurangi garam, gula, dan lemak (GGL).

Advertising
Advertising

"Kampanye edukasi masyarakat dan deteksi dini PTM merupakan cara yang paling efektif dan efisien untuk mengendalikan faktor risiko," kata Imran.

Kerusakan saraf

Salah satu penyakit tidak menular yang menjadi sorotan adalah kerusakan saraf atau neuropati. Ini adalah gangguan pada sistem saraf tepi dengan gejala umum seperti kebas, kesemutan, rasa seperti tertusuk, dan sensasi terbakar di tangan dan kaki yang dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien.

“Saraf tepi atau perifer menghubungkan sistem saraf pusat dengan semua bagian penting tubuh,” kata Ketua Kelompok Studi Neuro Fisiologi Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (PERDOSSI), Manfaluthy Hakim.

Ia mengimbau masyarakat membekali diri dengan lebih mengenal gejala-gejala neuropati dan melakukan deteksi dini agar pengobatan lebih awal dapat dilakukan, termasuk pemberian vitamin neurotropik. Tujuannya, mencegah dampak neuropati yang lebih berat karena, menurutnya, "Kerusakan saraf dapat bersifat irreversible jika lebih dari 50 persen serabut saraf telah rusak.”

Baca juga:
Semakin Tinggi Badan, Semakin Tinggi Risiko Penyakit Saraf, Kulit dan Jantung?

Berita terkait

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

1 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

4 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

10 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

10 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

15 hari lalu

Prof Tjandra Yoga Aditama Penulis 254 Artikel Covid-19, Terbanyak di Media Massa Tercatat di MURI

MURI nobatkan Guru Besar Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran UI, Prof Tjandra Yoga Aditama sebagai penulis artikel tentang Covid-19 terbanyak di media massa

Baca Selengkapnya

Masyarakat Diimbau Skrining Penyakit Tidak Menular setelah Lebaran

17 hari lalu

Masyarakat Diimbau Skrining Penyakit Tidak Menular setelah Lebaran

Skrining penyakit tidak menular diperlukan untuk melakukan deteksi dini dan pemantauan faktor risiko penyakit tidak menular setelah Lebaran.

Baca Selengkapnya

Pentingnya Jaga Asupan Gula Anak di Libur Lebaran

18 hari lalu

Pentingnya Jaga Asupan Gula Anak di Libur Lebaran

Dokter anak mengingatkan orang tua untuk mengawasi dan menjaga asupan gula anak saat libur Lebaran 2024.

Baca Selengkapnya

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

20 hari lalu

Hipertensi Jadi Penyakit Paling Banyak di Pos Kesehatan Mudik

Kementerian Kesehatan mencatat hipertensi menjadi penyakit yang paling banyak ditemui di Pos Kesehatan Mudik Idulfitri 1445 H/2024 M.

Baca Selengkapnya

KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

25 hari lalu

KAI Sebut Pengguna Commuter Line Mudik Lebaran Ini Tertinggi Pasca Pandemi Covid-19

Pergerakan pengguna Commuter Line Jabodetabek juga masih terpantau di stasiun-stasiun yang terletak di kawasan pusat perbelanjaan atau sentra bisnis.

Baca Selengkapnya