Cacar Monyet Punya Gejala Baru, Mirip Penyakit Menular Seksual

Selasa, 26 Juli 2022 17:01 WIB

Seorang peserta mendaftar untuk menerima vaksinasi cacar monyet di Northwell Health Immediate Care Center di Fire Island-Cherry Grove, di New York, AS, 15 Juli 2022. Kasus cacar monyet telah ditemukan di sejumlah negara, terutama di benua Eropa, Afrika, Amerika dan sejumlah negara di Asia. REUTERS/Eduardo Munoz

TEMPO.CO, Jakarta - Wabah cacar monyet (monkeypox) merebak di dunia--jauh melampaui batas negara-negara endemik penyakit ini di Afrika Tengah. Sejak awal Mei 2022 telah lebih dari 3 ribu kasus infeksi virus monkeypox ini yang dilaporkan di lebih dari 50 negara dari lima wilayah kerja WHO.

Per 20 Juli lalu, jumlahnya sudah sebanyak 14.533 kasus dari total 75 negara di seluruh enam wilayah. WHO, lewat keputusan Direktur Jenderalnya, Tedros Adhanom Ghebreyesus menetapkan status Public Health Emergency of International Concern atas wabah cacar monyet pada Sabtu 23 Juli 2022.

Uniknya juga, banyak orang yang terinfeksi dalam wabah yang sekarang mengalami hanya satu ruam atau lesi (benjolan di bawah kulit berisi cairan) atau luka dalam mulut atau pada area alat kelamin mereka. Ini berbeda dari kemunculan banyak lesi dan luka di wajah, badan dan kelenjar getah bening yang utama yang biasanya dikenal dari penyakit ini.

Selama ini pula penyebaran virusnya dipahami terjadi lewat droplet dari saluran pernapasan, kontak dekat atau lagsung dengan luka pada kulit, dan kemungkinan melalui kutu yang sudah terkontaminasi. Belum pernah ada bukti penularan seksual melalui cairan seminal atau vaginal.

Gejala umum yang baru, yang hanya bintil atau lesi tunggal, yang bisa membuat dokter salah diagnosis infeksi virus monkeypox sebagai penyakit menular seksual, terungkap lewat studi internasional terbesar yang pernah dilakukan terhadap penyebaran cacar monyet di dunia. Hasil studi dimuat dalam New England Journal of Medicine edisi 21 Juli 2022.

Advertising
Advertising

Rangkaian studi kasus global ini memampukan para dokter dari 16 negara untuk berbagi pengalaman klinis ekstensif mereka, juga banyak foto-foto klinis, untuk menolong para dokter yang lain di lokasi-lokasi dengan jumlah kasus cacar monyet lebih sedikit.

"Kami memperlihatkan kebutuhan memperluas definisi cacar monyet dengan menambahkan gejala yang belum dimasukkan saat ini, seperti sakit dalam mulut, pada kelenjar anal dan hanya satu lesi," kata Chloe Orkin dari Queen Mary University of London, Inggris, satu di antara tim studi tersebut.


Sebagian pasien cacar monyet harus dirawat

Studi meliputi di dalamnya observasi klinis dari 528 kasus positif cacar monyet di 43 lokasi di 16 negara dari 27 April sampai 24 Juni pada tahun ini. Masa inkubasi mediannya adalah 7 hari, dan usia median dari para pasiennya 38 tahun. Tidak ada angka kematian tapi 70 pasien, atau 13 persennya, membutuhkan perawatan di rumah sakit.

Studi mengungkap kalau banyak pasien datang ke klinik atau rumah sakit untuk keluhan sakit atau sulit menelan. Bintil atau lesi tunggal di anal dicatat dalam beberapa kasus. Satu dari 10 orang emiliki satu luka pada kulit di area genital, dan 15 persen memiliki luka anal dan/atau rektal, sebuah gejala yang tidak biasanya terlihat di kemunculan wabah monkeypox sebelumnya.

Laki-laki, 38 tahun, asal Nigeria, positif menderita penyakit monkeypox. Sumber: The Straits Times

Total 98 persen dari kasus-kasusnya dicatat dari antara pria gay atau biseksual, dan sementara monkeypox aslinya bukanlah penyakit yang menular lewat seks, para penulis hasil studi itu menyatakan 95 persen penularan terjadi mengikuti hubungan seksual yang dijalin para pria itu. Sebanyak 75 persen dari pasien adalah berkulit putih, dan 41 persen positif HIV.

Hasil studi juga melaporkan kalau sampel cairan sperma yang dikumpulkan menunjukkan mengandung sejumlah besar virus cacar monyet. Tapi, mereka mengatakan butuh riset lebih jauh untuk memastikan apakah semen memang bisa menularkan virus itu.


Gejala bervariasi menurut praktik hubungan seksual

Dalam studi yang kedua, terbit dalam versi preprint di Lancet, kesimpulan senada dibuat berdasarkan data medis dari 181 kasus cacar monyet di Spanyol. Dalam grup ini, sebanyak 91,7 persen pasien adalah pria yang berhubungan seks dengan sesama pria, dan riwayat seksual detailnya menunjukkan kalau mereka yang melakukan hubungan anal memiliki periode inkubasi lebih panjang (8 versus 6 hari).

Para pria yang melakukan hubungan anal itu juga tercatat mengalami gejala sistemik cacar monyet yang lebih tinggi sebelum lesi atau ruam muncul (62,0 versus 27,6 persen) dan lebih banyak yang disertai proctitis atau radang pada lapisan rektum (32,9 versus 6,9 persen). "Karena variabilitas dari keluhan yang datang, para dokter seharusnya memiliki kecurigaan yang lebih tinggi dari penyakit ini," kata para penulis hasil studi itu.


CIDRAP.UMN.EDU, NEJM.ORG

CATATAN:
Artikel ini telah diperbarui dengan menambahkan istilah medis lesi pada Kamis, 28 Juli 2022, Pukul 20.05 WIB. Terima kasih

Berita terkait

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

3 hari lalu

Persetujuan Baru Soal Penularan Wabah Melalui Udara dan Dampaknya Pasca Pandemi COVID-19

Langkah ini untuk menghindari kebingungan penularan wabah yang terjadi di awal pandemi COVID-19, yang menyebabkan korban jiwa yang cukup signifikan.

Baca Selengkapnya

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

9 hari lalu

Epidemiolog: Cacar Monyet Berpotensi Jadi Penyakit Endemik di Indonesia

Epidemiolog Dicky Budiman menyatakan, infeksi cacar monyet berpotensi menjadi penyakit endemik karena minimnya penanganan.

Baca Selengkapnya

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

10 hari lalu

Dugaan Infeksi Cacar Monyet di Jayapura, Epidemiolog: Lesi Bisa ke Alat Kelamin

Cacar monyet atau Mpox bukanlah penyakit yang berasal dari Indonesia.

Baca Selengkapnya

Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

15 hari lalu

Mengenal Kanker Prostat yang Diderita OJ Simpson, Siapa yang Berpotensi Diserang Jenis Kanker Ini?

OJ Simpson meninggal setelah melawan kanker prostat. Lantas, apa jenis kanker tersebut dan siapa yang berpotensi mengalaminya?

Baca Selengkapnya

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

17 hari lalu

WHO: Kardiovaskular dan Pembuluh Darah Jadi Penyebab Kematian Utama Secara Global

Kenali ragam penyakit kardiovaskular yang menjadi penyebab utama kematian secara global.

Baca Selengkapnya

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

20 hari lalu

Hari Kesehatan Sedunia, Akses Pelayanan Bermutu Masih Jadi Harapan

Hari Kesehatan Sedunia 2024, diharapkan terwujudnya kesehatan bagi semua agar mendapat akses pelayanan kesehatan bermutu.

Baca Selengkapnya

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

21 hari lalu

Perjalanan Penetapan Hari Kesehatan Dunia, Bareng Berdirinya WHO

Kilas balik Hari Kesehatan Dunia dan terbentuknya WHO

Baca Selengkapnya

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

23 hari lalu

Hati-hati Konsumsi Daging Merah Berlebihan Berbahaya Bagi Kesehatan

Jika daging sapi atau daging merah dikonsumsi berlebihan dapat mengancam kesehatan. Bagaimana sebaiknya?

Baca Selengkapnya

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

25 hari lalu

Kepala WHO Akui Rumah Sakit Al Shifa Gaza Hancur

Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Rabu, 3 Apil 2024, mengungkap kehancuran di Rumah Sakit Al Shifa di Gaza

Baca Selengkapnya

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

40 hari lalu

Studi: Hanya Tujuh Negara Penuhi Standar Kualitas Udara WHO, Indonesia Belum

Laporan IQAir memaparkan hanya tujuh negara yang kualitas udaranya memenuhi standar WHO.

Baca Selengkapnya