Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Hari Udara Bersih Dunia Ingatkan Dampak Polusi Udara Jakarta ke GDP Nasional
Reporter
Maria Fransisca Lahur
Editor
Zacharias Wuragil
Jumat, 9 September 2022 21:17 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia bersama negara-negara lainnya di Kawasan Asia Pasifik harus bersama-sama mencari solusi terbaik bagi tantangan polusi udara. Masalah polusi udara bukan hanya menjadi pemicu kematian lewat kanker paru-paru, tetapi juga berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian negara.
Muhammad Shidiq dari Clean Air Catalyst, konsorsium global yang bertujuan merancang solusi yang sesuai dan berbasis data untuk masalah-masalah polusi udara, mengungkap itu dalam bincang-bincang bertema 'Hari Udara Bersih Dunia: Menyongsong Langit Biru Jakarta', Kamis 8 September 2022. Shidiq berpartisipasi daring dari acara The International Day of Clean Air for Blue Skies di Bangkok, Thailand.
Dia memaparkan laporan World Air Quality Index 2020 di mana 37 dari 40 kota yang paling terdampak polusi di dunia terletak di Asia Selatan. Sedangkan kualitas udara yang buruk berdampak negatif terhadap kesehatan penduduk. Ini tercermin antara lain pada data angka kematian global karena polusi udara ambient pada 2015, yang 35 persennya terjadi di Asia Timur dan Asia Pasifik, dan sekitar 33 persen terjadi di Asia Selatan.
“Pencemaran udara berpotensi menurunkan kualitas kesehatan, menyebabkan kematian dini, dan menurunkan produktivitas masyarakat,” kata Shidiq, Air Quality Lead di World Resources Institute (WRI) Indonesia, yang memimpin implementasi Clean Air Catalyst di Jakarta. Dia hadir di Bangkok bersama Fadhli Zakiy, Project Manager for Air Quality and Cities WRI Indonesia.
Untuk dampak kesehatan, Shidiq mengutip Laporan Studi Globcon 2020 yang menunjukkan bahwa kanker paru-paru adalah penyebab terbesar kematian yang terkait dengan kanker pada penduduk laki-laki dan perempuan di negara-negara ASEAN. Di sisi lain, laporan OECD memperkirakan polusi udara akan memicu penurunan 1 sampai 2,5 persen GDP di sejumlah negara Asia pada 2060.
Menurut Shidiq, solusi untuk mencegah itu semua dan mengatasi masalah kualitas udara adalah dengan mendorong kebijakan-kebijakan pencegahan polusi udara. Dia merujuk contoh regulasi emisi kendaraan, penetapan ambang batas emisi pabrik, dan pengaturan wilayah permukiman-industri.
Untuk kasus ibu kota DKI Jakarta, dia memberi catatan kontribusi paling tinggi terhadap ekonomi nasional. Data terkini pada 2021, Jakarta menyumbang 17,19 persen terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Namun, di sisi lain, banyaknya kepentingan yang beragam menjadikan Jakarta rentan terhadap polusi udara yang mengancam 10,6 juta jiwa warganya.
Dilihat dari perspektif atribusi sumber pencemar bergerak, wilayah Jakarta dikelilingi oleh banyak kota satelit (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi) dengan pabrik-pabrik dan kepentingan manufaktur di dalamnya. Dari sumber pencemar non-mobile, pembangkit listrik yang kebanyakan berbasis batubara juga terletak di kota-kota satelit, yang menghasilkan polutan udara berbahaya yang berdampak kepada Jakarta.
2 Depo Transjakarta sumber polusi udara
<!--more-->
2 Depo Transjakarta sumber polusi udara
Pada applikasi IQ Air, parameter PM 2,5 untuk wilayah Jakarta, ada titik-titik tertentu yang menjadi langganan polusi udara tertinggi, diantaranya adalah Depo milik Transjakarta di Pesing dan Rawa Buaya, keduanya di Jakarta Barat. Indeks di kedua titik tersebut sering tercatat di atas bahkan jauh dari rata-rata Jakarta.
Sebagai satu contoh di satu hari pada 2022, indeks kualitas udara Jakarta berada di angka 94, yang berarti tingkat sedang. Pada tingkatan kualitas udara seperti itu, individu yang sensitif harus menghindari aktivitas luar ruangan karena dapat mengalami gejala pernapasan. Pada jam yang sama, Depo TJ Rawa Buaya menunjukkan angka 158 dan Depo Pesing 214.
Untuk diketahui, kisaran 151-200 termasuk tidak sehat sedangkan 201–300 pada kategori sangat tidak sehat. Pada tingkatan itu, masyarakat umum akan terpengaruh. Kelompok sensitif akan mengalami penurunan daya tahan dalam aktivitas. Orang-orang ini harus tetap berada di dalam ruangan dan membatasi aktivitas.
Menyikapi data ini, Zakiy menjelaskan bahwa depo biasanya dipakai tidak hanya sebagai tempat parkir bus, namun juga dipakai untuk tempat perbaikan. Jika dibayangkan secara teknis dari bus menyala hingga ke luar dari depo butuh waktu dari memanaskan bus, lalu mengantre, baru bisa ke luar. Begitu juga saat bis mau masuk, kadang mengantre.
“Mengingat jumlah bus tiap-tiap depo bisa lebih dari 20, sudah pasti polusinya berkumpul," katanya sambil menyarankan, "Meskipun jumlah manusia tidak banyak, namun tetap sebaiknya dipikirkan juga mekanisme agar bus-bus tersebut dapat ke luar-masuk lebih baik.”
Melihat tingkat polusi udara yang dapat mengganggu kesehatan, tampak peran masker tidak hanya untuk mencegah virus seperti Covid-19 saat ini. “Saat udara kualitas udara sedang buruk, memang sebaiknya kita menggunakan masker. Khususnya pada jam-jam padat kendaraan,” saran Zakiy.
Mengenai warga yang tinggal dekat lokasi yang memiliki polusi tinggi, seperti pabrik atau depo bis, menurutnya, sudah ada aturan bahwa radius sekian kilometer dari hunian tidak dibenarkan untuk mendirikan pabrik alat berat. “Sepemahaman saya, dua kemungkinan dapat muncul dan keduanya pernah terjadi yaitu perusahaan ditutup atau relokasi dari penghuni sekitarnya. Sehingga cukup kasuistik,” jelasnya.
Baca juga:
Pandemi, Perang Rusia dan Nasib Target Ekonomi Hijau Indonesia Emas