TEMPO.CO, Semarang - Tumpukan sampah yang telah dipilah memenuhi sudut-sudut Bank Sampah Polaman Resik Sejahtera Kecamatan Mijen, Kota Semarang, Jawa Tengah. Seperti yang terlihat pada Kamis 10 November 2022, tumpuka itu seperti kertas dan plastik dan saling dipisahkan tembok setinggi 1,5 meter.
Bank Sampah tersebut tepatnya berlokasi di Kelurahan Polaman. Lebih tepatnya lagi di ujung permukiman, berbatasan dengan persawahan, memanfaatkan bangunan yang lama berdiri namun tak dimanfaatkan.
Awalnya pengelolaan sampah di Polaman seperti kelurahan lain di Kota Semarang. Sampah-sampah rumah tangga dikumpulkan di tempat penampungan sementara. Selanjutnya sampah diangkut ke tempat pembuangan akhir di Jatibarang.
Sejak Juli 2019 Kelurahan Polaman membentuk bank sampah. Sebanyak sembilan pengurus dipilih da mulai bekerja bakti menyiapkan lokasi di bangunan yang terbengkelai tersebut. "Kemudian, pada 10 Agustus, mulai nimbang pertama," ujar Ketua Bank Sampah Polaman Resik Sejahtera, Haryono, saat ditemui dalam sebuah diskusi tentang pengolahan sampah.
Haryono mengisahkan kalau awalnya banyak warga sekitar yang menganggap remeh kegiatannya tersebut. "Awalnya dicemooh orang karena mengurusi sampah," kata dia.
Meski demikian, Haryono bersama pengurus lain tak menyerah. Mereka tetap mensosialisasikan pengelolaan sampah ala bank sampah di Polaman. Setiap Jumat sore informasi dikirim ke seluruh warga melalui grup-grup percakapan. Isinya, ada pembukaan bank sampah pada keesokan harinya.
Tak sampai sebulan, Bank Sampah Resik Sejahtera mampu menjual sampah yang dikumpulkan warga. Penjualan perdananya mendapatkan uang Rp 3 juta. "Waktu penjualannya tidak tentu. Setiap kali dirasa cukup kami cari pembeli," kata Haryono.
Sejak berdiri hingga kini Bank Sampah Resik Sejahtera telah menghimpun 140 kepala keluarga sebagai anggota. Mereka membawa sampah rumah tangga masing-masing untuk ditimbang setiap Sabtu. Hasilnya lantas menjadi tabungan anggota dan bisa diambil saat membutuhkan dalam bentuk uang tunai atau barang.
Bank Sampah Resik Sejahtera juga bekerja sama dengan Koperasi Kelurahan Polaman. Koperasi tersebut menyediakan bahan pokok yang dipesan warga hasil dari uang penjualan sampah.
Selain menghasilkan pemasukan tambahan untuk warga, keberadaan bank sampah tersebut juga mengurangi sampah dari Polaman yang diangkut ke TPA. "Dulu satu hari sekali ada truk yang mengambil sampah dari sini. Sekarang, dengan adanya bank sampah, berkurang menjadi satu minggu sekali," tuturnya.
Baca juga:
Selain mengelola sampah, Bank Sampah Resik Sejahtera juga menjalankan usaha pembuatan pupuk kompos dan budidaya magot. Mereka juga berencana merintis usaha tanaman hias.
Guru Besar Teknik Lingkungan Universitas Diponegoro (
Undip) Syafrudin menilai kegiatan bank sampah sangat baik. Terutama saat pengelolaan sampah di Jawa Tengah telah masuk kategori darurat.
Syafrudin mengungkapkan, banyak tempat pembuangan akhir sampah di Jawa Tengah yang telah penuh namun tetap dipaksakan menampung sampah. "Darurat sampah itu berkaitan dengan ujung pengelolaan," ungkapnya.
Dia juga menyayangkan keputusan pemerintah memasukkan tanggung jawab kebersihan di bawah Dinas Lingkungan Hidup. Dia mengusulkan dibentuk perusahaan daerah khusus untuk mengelola sampah. "Sebetulnya pengelolaan sampah itu tangible cost, sama dengan air bersih. Seharusnya bentuk dinas tersendiri atau perusahaan daerah," kata dia.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Jawa Tengah Widi Hartanto belum menanggapi tentang sebagian besar
tempat pembuangan akhir sampah di wilayahnya telah penuh dan darurat.
Selalu update
info terkini. Simak breaking news
dan berita pilihan dari Tempo.co
di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install
aplikasi Telegram terlebih dahulu.