Riset Green House Herang ITB, Jemur Kopi Bisa Hanya Sepekan

Sabtu, 26 November 2022 18:58 WIB

Green house pengering kopi gagasan tim dosen ITB yang dibangun Komunits Petani Kopi Gunung Geulis Jatinangor akhir Oktober 2021. (Dok.Istimewa)

TEMPO.CO, Jakarta - Tim peneliti Institut Teknologi Bandung (ITB) melakukan studi terbaru untuk pengeringan kopi di green house atau rumah kaca Herang, singkatan dari hemat energi dan ramah lingkungan. Berkapasitas 5 kuintal, lama pengeringan kopi dari empat jenis proses pascapanen berlangsung 1-2 pekan. Pengukuran dilakukan selama dua bulan pada September hingga Oktober 2022.

Sebelumnya, tim yang terdiri dari Yayat Hidayat, Saepudin, dan Neni Cahyati membangun green house itu bersama Komunitas Petani Kopi Gunung Geulis di Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang. Berukuran 7 x 6 x 3 meter, rangka tiang dan rak penjemuran kopi memakai bahan bambu dan dilingkupi plastik ultraviolet 14 persen setebal 170 mikron.

Tiang dan lantainya dicat warna hitam, sementara rak jemur kopinya yang sebanyak dua baris tersusun tiga tingkat. Pada bagian tengah atapnya yang berbentuk melengkung, dipasangi turbin ventilator berukuran 16 inci. Turbin ini tanpa sumber daya listrik. "Gerakannya alami akibat perbedaan tekanan di dalam dan luar ruangan sehingga tanpa angin pun ventilator itu akan berputar," tutur Yayat saat gelar wicara Karsa Loka, Jumat, 25 November 2022.

Menurut dosen Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB itu, suhu di dalam rumah kaca selalu lebih tinggi daripada di luar. Pada waktu pengukuran September-Oktober lalu, suhu pagi berkisar 25-31,5 derajat Celsius di dalam rumah kaca. Sementara di luar, antara 22-25,5 derajat Celsius. Begitupun pada siang dan sore. Suhu maksimum pada siang hari di dalam ruangan mencapai 43,5 derajat Celsius, dan 34,5 derajat saat sore.

Sebaliknya dengan kelembapan, uap air di luar rumah kaca lebih tinggi daripada di dalam. Kelembapan di dalam saat pagi berkisar 67-85 persen, siang 49-72 persen, dan sore 49-78 persen. Adapun tingkat intensitas cahaya matahari di dalam lebih rendah daripada di luar karena memakai plastik ultraviolet 14 persen.

Advertising
Advertising

Petani dan mahasiswa Rekayasa Kehutanan ITB menanam kopi di bawah tegakan pohon pinus di lereng Gunung Geulis, Sumedang, pada 2018. (Dok.Istimewa)

Saat pengeringan, tim peneliti mengukur kopi dari empat jenis proses pascapanen. Kopi full wash hasil panen petani kopi Jatinangor memiliki kadar air 49 persen, lama pengeringannya hingga 10-12 persen butuh waktu sepekan. Begitu pun kopi jenis honey dari kadar 45 ke 11 persen, perlu sekitar sepekan.

Sementara jenis kopi yang diproses natural, pengeringan 61 ke 12 persen selama 13 hari. Adapun jenis kopi wine, butuh 14 hari pengeringan dari kadar 67 ke 12 persen.

Sebelumnya, dengan cara yang konvensional atau tradisional, kata Yayat, petani kopi Jatinangor sangat bergantung pada kondisi cuaca. Pada hari bercuaca panas terik misalnya, kopi full wash dan honey perlu waktu pengeringan selama 12 hari.

“Untuk jenis natural dan wine lebih lama lagi, bisa lebih dari dua minggu,” ujarnya sambil menambahkan, biaya pembuatan rumah kaca itu, total dengan bahan dan upah pekerjanya, sebesar Rp 7 juta.

Baca juga: Biji Kopi Aroma IoT, Tim ITB Juara di University Startup World Cup 2020


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Pengusutan Kasus Dugaan Pelanggaran Akademik Kumba Digdowiseiso, Kemendikbud: Tim Masih Bekerja

6 jam lalu

Pengusutan Kasus Dugaan Pelanggaran Akademik Kumba Digdowiseiso, Kemendikbud: Tim Masih Bekerja

Berikut kelanjutan investigasi Kemendikbud atas kasus pelanggaran akademik dosen Universitas Nasional, Kumba Digdowiseiso.

Baca Selengkapnya

Top 3 Tekno: ITB Naikkan Biaya Pendidikan Magister dan Doktor, Peningkatan Google Search, Aktivitas Gunung Slamet

1 hari lalu

Top 3 Tekno: ITB Naikkan Biaya Pendidikan Magister dan Doktor, Peningkatan Google Search, Aktivitas Gunung Slamet

Topik tentang ITB menaikkan biaya pendidikan jenjang S2 dan S3 pada 2024 menjadi berita terpopuler Top 3 Tekno.

Baca Selengkapnya

Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin Sebut Kopi Asal Sumedang Mendunia Gegara Ini

2 hari lalu

Pj Gubernur Jabar Bey Triadi Machmudin Sebut Kopi Asal Sumedang Mendunia Gegara Ini

Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Barat Bey Triadi Machmudin menyebut kopi asal Sumedang mendunia gegara ini. Apa itu?

Baca Selengkapnya

Selain UKT S1, ITB Naikkan Biaya Pendidikan Magister dan Doktor

2 hari lalu

Selain UKT S1, ITB Naikkan Biaya Pendidikan Magister dan Doktor

Institut Teknologi Bandung (ITB) menaikkan biaya pendidikan jenjang S2 dan S3 atau magister dan doktoral pada 2024.

Baca Selengkapnya

Setelah UKT Jenjang Sarjana, Biaya Pendidikan S2 dan S3 di ITB Juga Naik

2 hari lalu

Setelah UKT Jenjang Sarjana, Biaya Pendidikan S2 dan S3 di ITB Juga Naik

Sebelumnya ITB menetapkan kenaikan uang kuliah tunggal (UKT) jenjang S1 atau sarjana pada sebagian mahasiswa baru.

Baca Selengkapnya

Peserta sedang Sakit tapi Tetap Ingin Ujian, Pusat UTBK ITB Syaratkan Surat Dokter

3 hari lalu

Peserta sedang Sakit tapi Tetap Ingin Ujian, Pusat UTBK ITB Syaratkan Surat Dokter

Sejauh ini, sejak UTBK mulai digelar 30 April lalu, ada tiga orang peserta ujian yang datang dalam kondisi sakit. Terkini sakit GERD.

Baca Selengkapnya

Pendaftar UTBK 2024 dI ITB Berkurang, Panitia: Banyak Diterima di Jalur SNBP

4 hari lalu

Pendaftar UTBK 2024 dI ITB Berkurang, Panitia: Banyak Diterima di Jalur SNBP

Pendaftar UTBK SNBT di ITB berkurang pada 2024. Ditengarai karena banyak calon peserta yang sudah diterima di jalur SNBP.

Baca Selengkapnya

Healing di Tepian Sungai Selangis, Aroma Bunga Kopi Menyelinap ke Dalam Tenda di Dusun Camp

4 hari lalu

Healing di Tepian Sungai Selangis, Aroma Bunga Kopi Menyelinap ke Dalam Tenda di Dusun Camp

Menikmati sensasi aroma kopi menyeruak ke dalam cabin serta tenda-tenda kemping yang ada di Riversides Dusun Camp

Baca Selengkapnya

ASI Bubuk Tidak Direkomendasikan Dokter Anak, Begini Niat Baik Dibalik Pembuatannya

4 hari lalu

ASI Bubuk Tidak Direkomendasikan Dokter Anak, Begini Niat Baik Dibalik Pembuatannya

Inovasi ASI bubuk oleh mahasiswa ITB dipicu oleh niat menciptakan solusi untuk wanita karier yang kerap kesulitan menyusui.

Baca Selengkapnya

Bamsoet Kembali Diminta Mengajar Program Doktor di Universitas Jayabaya

5 hari lalu

Bamsoet Kembali Diminta Mengajar Program Doktor di Universitas Jayabaya

Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo atau Bamsoet, kembali diminta untuk mengajar program doktor (S3) ilmu hukum di Universitas Jayabaya, Jakarta.

Baca Selengkapnya