Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Asteroid Pernah Sebabkan Mega-tsunami di Mars, Jejaknya Terlacak
Reporter
Zacharias Wuragil
Editor
Zacharias Wuragil
Rabu, 7 Desember 2022 02:24 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Sekitar 3,4 miliar tahun lalu, setelah asteroid datang menghunjam lautannya, sebuah tsunami raksasa menyapu wajah Mars--planet tetangga Bumi. Para ilmuwan meyakini telah menemukan kawah bekas titik hunjaman yang memicu megatsunami tersebut.
Seperti diungkap dalam laporan penelitian yang dipublikasi 1 Desember 2022, ukuran kawah itu memberi petunjuk kalau hantaman serupa dengan asteroid Chicxulub di Bumi, yang diduga telah menyebabkan kepunahan bangsa dinosaurus.
Baca juga: Pesawat Antariksa DART NASA Sukses Tabrakkan Diri ke Asteroid
Sebelumnya, hasil observasi dari permukaan Mars telah menduga kalau megatsunami pernah terjadi di planet ini. Tapi para ilmuwan belum mengetahui lokasi bekas hantaman asteroid yang menyebabkan tsunami itu.
Alexis Rodriguez dari Planetary Science Institute di Arizona, AS, dan timnya mengkombinasikan data dari beberapa orbiter Mars untuk melakukan pencarian. Mereka lalu menemukan sebuah kawah selebar 110 kilometer yang disebut Pohl di dataran rendah Mars di bagian utara.
Kawah ini berlokasi di hulu alur-alur yang ada di permukaan yang sepertinya terbentuk seiring area itu terendam banjir, menciptakan gambaran sebuah samudera luas, tapi ada sedimen yang diyakini berasal dari tsunami yang lebih baru di lapisan permukaan teratasnya. Itu artinya bahwa kawah itu hampir sepenuhnya terbentuk dalam periode waktu yang tepat sebelum Mars mengering.
Berdasarkan ukuran kawah dan serangkaian simulasi yang dilakukan, para ilmuwan menduga asteroid yang jatuh berukuran diameter antara 3 atau 9 kilometer, bergantung kepada karakter jenis permukaan Mars yang ditimpa. Hantaman kemungkinan membangkitkan sebuah megatsunami dengan tinggi gelombangnya 250 meter dan mencapai jarak sejauh 1500 kilometer dari titik asteroid itu jatuh.
"Ketika kita bicara tsunami, kita membayangkan sebuah gelombang di laut, sebuah dinding air terbangun dan bergerak menuju pantai dan menerjangnya. Tapi yang ini akan menjadi sangat berbeda," kata Rodriguez merujuk megatsunami di Mars.
Menurut dia, “Anda akan melihat dinding air kemerahan, bergolak masif yang sebagian terbang melayang ke atas dan jatuh kembali ke dalam gelombang bersama tanah dan bebatuan." Karena Mars memiliki gravitasi lebih rendah, air dan puing-puing itu akan jatuh kembali lebih lambat daripada jika terjadi di Bumi.
Dampaknya akan juga membangkitkan sebuah gelombang seismik yang merambat ratusan kilometer di sekitar kawah, melontarkan debu dan bebatuan ke udara dan menciptakan banjir puing katastropis sepanjang rambatan gelombang. "Sangat mengerikan, jelas sekali tidak ada yang bisa dibuat berselancar," kata Rodriguez.
Rodriguez memberi catatan bahwa, jika benar memiliki aliran puing seperti yang dimaksudnya, pasti akan mudah menemukan bekas-bekasnya bertebaran di atas permukaan. "Jadi jika kebetulan mendarat di sana, Anda memiliki kesempatan untuk mengambil sampel sedimen laut purba," katanya.
Dan, Rodriguez dan tim berspekulasi, daerah itu adalah yang pernah didarati wahana pendarat Amerika di Mars, Viking 1, pada 1976. Daerah itu adalah dataran rendah sebelah utara Mars. Dasarnya adalah batu-batuan besar aneh dalam gambar pertama yang dikirim Viking 1 dari Mars.
Diduga batuan bekas sapuan tsunami raksasa. Begitu juga dengan alur-alur unik di atas lanskap di daerah yang sama. Bisa jadi itu disebabkan oleh aliran air yang kembali ke lautan setelahnya.
NEW SCIENTIST, NATURE