BMKG: Tren Gempa dan Gempa Merusak di Indonesia Meningkat

Minggu, 11 Desember 2022 21:21 WIB

Ilustrasi gempa. geo.tv

TEMPO.CO, Jakarta - Data statistik menunjukkan aktivitas kegempaan di wilayah Indonesia memiliki tren meningkat. Bukan hanya gempa dengan beragam kekuatan dan kedalaman yang meningkat, tapi juga jumlah gempa-gempa yang bersifat merusak.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, mengungkap tren itu saat mengumumkan temuan zonasi patahan atau sesar Cugenang penyebab gempa M5,6 di Cianjur dan ratusan gempa susulannya sejak 21 November 2022. Seperti diketahui gempa Cianjur itu sangat merusak dan menyebabkan lebih dari 300 orang meninggal.

"Kalau dulu tiap tahun terjadi 8-10 kali gempa merusak, sekarang, sejak 2018, bisa terjadi 15-20 kali dalam setahun," kata Daryono daring, Kamis 8 Desember 2022.

Daryono menuturkan, peningkatan tren aktivitas kegempaan dicatat BMKG sejak 2013 dan sempat memuncak pada 2018 yang mencatat lebih dari 11 ribu gempa dalam setahun. Padahal, dia membandingkan, rata-rata aktivitas gempa tahunan sebelumnya sekitar 5.500 kali.

BMKG, kata Daryono, telah memastikan peningkatan jumlah gempa tak terhubung dengan peningkatan jumlah sensor seismik yang disebar di banyak wilayah. Hasil analisis yang dilakukan mendapati tingginya jumlah gempa pada 2018 disumbang jumlah gempa susulan dari gempa Lombok dan Palu.

Advertising
Advertising

Kondisi Jembatan Ponulele yang hancur setelah bencana gempa bumi berkekuatan 7,4 SR dan tsunami di kawasan Pantai Talise, Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu, 29 September 2018. Gempa dan tsunami yang terjadi di Donggala-Palu pada Jumat sore, 28 September 2018 tersebut, menyebabkan kerusakan besar dan ratusan korban tewas. TEMPO/Muhammad Hidayat

Tapi, ternyata, tren masih berlanjut selepas dua gempa itu. Sepanjang 2020, catatan BMKG menunjukkan jumlah gempa bahkan lebih dari 12 ribu kali. Sempat turun lagi pada 2021, trennya meninggi kembali pada 2022 ini yang telah mencapai 11 ribu kali per Daryono memberikan keterangannya pada Kamis lalu.

Jumlah gempa sepanjang tahun ini masih mungkin bertambah jika melihat beberapa gempa belakangan, seperti gempa Cianjur, diikuti gempa susulan dalam jumlah besar. "Ini adalah data riil yang perlu kami sampaikan, perlu lebih banyak mitigasi, termasuk antisipasi bangunan yang lebih kuat untuk mengurangi risiko," katanya.

Baca juga: BMKG Umumkan Temuan Zona Patahan atau Sesar Cugenang, 1.800 Rumah Diminta Dipindah

Cianjur, Garut, Tasik dan Sukabumi: Kenapa banyak gempa di Jawa Barat?

Dalam kesempatan yang sama, Daryono juga menjelaskan tingkat kerawanan gempa di Jawa Barat. Seperti diketahui, setelah gempa merusak di Cianjur pada 21 November lalu, terjadi rentetan gempa darat lainnya di wilayah Jawa Barat seperti di Garut, Tasikmalaya dan Sukabumi

Daryono menerangkan Jawa Barat dan Pulau Jawa pada umumnya adalah kawasan seismik yang aktif dan kompleks. "Banyak sekali sumber gempa," katanya.

Tangkapan layar yang menunjukkan peta sebaran patahan atau sesar gempa di Jawa Barat dan sebagian Pulau Jawa yang telah diidentifikasi. (BMKG)

Dia merujuk mulai dari zona outerise di sebelah selatan zona subduksi, lalu zona megathrust, zona benioff penghasil gempa intraslab sampai zona retakan atau rekahan penyebab gempa intraplate. Itu belum termasuk gempa kerak dangkal seperti yang terjadi di Cianjur 21 November.

Para penyintas gempa bumi yang melanda Cianjur di Provinsi Jawa Barat mengenang saat-saat mengerikan dari bencana tersebut.

Catatan tersendiri diberikan Daryono untuk gempa intraslab seperti yang mengguncang Garut (M6,1) dan Sukabumi (M5,8) belum lama ini. Gempa dari kedalaman di bawah zona megathrust ini--patahan yang terjadi karena lempeng Australia yang terus menghunjam di bawah Pulau Jawa--berpotensi menimbulkan guncangan yang sangat kuat.

"Guncangan atau ground motion lebih kuat daripada gempa-gempa magnitudo sekelasnya dari sumber lain, dari zona megathrust sekalipun," katanya sambil menambahkan gempa intraslab paling merusak dicatat terjadi pada 2009 di Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Sedang gempa di Garut dan Sukabumi disyukuri Daryono berasal dari kedalaman di atas 100 kilometer sehingga tidak memberi dampak guncangan kuat. "Juga tidak menimbulkan tsunami karena tidak mampu mengganggu kolom permukaan air laut."


Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

Berita terkait

Gempa Mengguncang Kuat Seram Sampai Papua, Ini Penjelasan BMKG

10 menit lalu

Gempa Mengguncang Kuat Seram Sampai Papua, Ini Penjelasan BMKG

Gempa M6,0 yang mengguncang Seram Bagian Utara, Maluku, pada Senin dinihari masih memiliki rangkaian gempa susulan hingga pagi

Baca Selengkapnya

Prediksi Cuaca Jakarta dan Sekitarnya Pagi, Siang, dan Malam Ini

2 jam lalu

Prediksi Cuaca Jakarta dan Sekitarnya Pagi, Siang, dan Malam Ini

Prediksi cuaca BMKG menyebutkan Jakarta cerah berawan Senin pagi ini, 6 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Prakiraan Cuaca Sepekan Jawa Barat, BMKG: Potensi Hujan Sedang Hingga Lebat Hanya 4 Hari

17 jam lalu

Prakiraan Cuaca Sepekan Jawa Barat, BMKG: Potensi Hujan Sedang Hingga Lebat Hanya 4 Hari

Ada beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan awan atau terjadinya hujan di sebagian wilayah Jawa Barat.

Baca Selengkapnya

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

17 jam lalu

BMKG Peringatkan Potensi Gelombang Tinggi Hingga 2,5 Meter di Sejumlah Perairan Indonesia

Masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada

Baca Selengkapnya

Gempa Terkini Kembali Getarkan Bawean, Kenapa Masih Terus Terjadi?

1 hari lalu

Gempa Terkini Kembali Getarkan Bawean, Kenapa Masih Terus Terjadi?

BMKG mencatat gempa terkini yang guncangannya bisa dirasakan terjadi di Bawean, Gresik, Jawa Timur, pada Minggu pagi ini, 5 Mei 2024.

Baca Selengkapnya

Cuaca Jabodetabek Hari Ini, Kelembapan Udara Bisa Sampai 100 Persen

1 hari lalu

Cuaca Jabodetabek Hari Ini, Kelembapan Udara Bisa Sampai 100 Persen

Prediksi cuaca Jakarta hari ini, Minggu 5 Mei 2024, diawali dengan cerah berawan merata di seluruh wilayahnya pada pagi ini.

Baca Selengkapnya

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

1 hari lalu

Bima NTB Diguncang Gempa Magnitudo 4,9, Dampak Pergerakan Lempeng Indo-Australia

Gempa M4,9 di area Bima, NTB, dipicu aktivitas lempeng Indo-Australia. Tidak ada gempa susulan dan tidak berpotensi tsunami.

Baca Selengkapnya

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

1 hari lalu

Jurus Ampuh Mengatasi Gerah Akibat Hawa Panas

Saat tubuh terpapar suhu ataupun hawa panas, respons alami tubuh adalah dengan memproduksi keringat untuk mendinginkan diri.

Baca Selengkapnya

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

1 hari lalu

Suhu Panas di Indonesia, Bukan Heatwave hingga Siklus Biasa

Fenomena heatwave di sebagian wilayah Asia selama sepekan belakangan tidak terkait dengan kondisi suhu panas di Indonesia

Baca Selengkapnya

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

2 hari lalu

Warga Jawa Barat Rasakan 6 Gempa Sepanjang April 2024, Sebenarnya Terjadi 106 Kali

BMKG mencatat 106 kali gempa di Jawa Barat pada April 2024. Dari 6 guncangan yang terasa, gempa Garut M6,2 jadi yang paling besar.

Baca Selengkapnya