Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
G.A. Siwabessy Memorial Lecture BRIN Angkat Teknik Analisis Nuklir dan Aplikasinya
Reporter
Maria Fransisca Lahur
Editor
Zacharias Wuragil
Selasa, 13 Desember 2022 00:06 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN memberi penghargaan lifetime achievement kepada Muhayatun, perempuan profesor di Pusat Riset Teknologi Deteksi Radiasi dan Analisis Nuklir, untuk menyampaikan G.A. Siwabessy Memorial Lecture, Senin 12 Desember 2022. G.A. Siwabessy Memorial Lecture ditujukan BRIN sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasa Profesor Siwabessy sebagai Bapak Atom Indonesia terhadap perkembangan kenukliran.
Muhayatun memiliki bidang kepakaran teknik analisis nuklir. Tehnik ini dapat mengetahui kandungan gizi mikro pada bahan pangan. Muhayatun bersama timnya, misalnya, pernah mengambil sampel di 66 kota dengan komoditi pangan yang diteliti adalah pisang, pepaya, beras, terigu, jagung, ikan mas, tempe, kerupuk ulir, ati ampela dan lainnya. Hasil dari kegiatan ini telah dikontribusikan ke dalam Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2017.
Ia juga pernah melakukan kegiatan riset stunting yang dilakukan di NTT dan Tangerang dengan target anak di bawah umur dua tahun. Tim mengambil contoh asupan anak-anak tersebut selama 24 jam meliputi makan pagi, siang dan malam, serta minuman dan jajanan. Termasuk mengumpulkan 211 contoh ASI di NTT dan 62 contoh ASI di Tangeran.
Masih urusan kesehatan, Muhayatun juga pernah meneliti konsentrasi timbal dalam bahan pangan di Jawa Timur. Pernah juga meneliti kandungan logam berat di dalam jajanan anak SD di Bandung, Jawa Barat. "Teknik analisa nuklir juga dapat digunakan pada bidang forensik, seni dan arkeologi," kata
Menurut Muhayatun, teknik analisis nuklir sesuai untuk mengukur komponen/unsur renik (trace). Teknik ini, ditambahkannya, dapat diaplikasikan untuk hampir semua jenis matriks dan dengan kepekaan/sensitivitas yang luar biasa terhadap banyak unsur merupakan alat yang sangat diperlukan untuk penelitian ilmu lingkungan dan yang terkait dengan kehidupan.
Baca juga: BRIN Kukuhkan 2 Profesor Riset Mikrobiologi dan 2 Terkait Nuklir
GA Siwabessy Memorial Lecture
Hal pertama yang disorot Muhayatun dalam kuliah yang disampaikannya adalah pencemaran udara yang juga merupakan fenomena global di seluruh negara di dunia. Secara spesifik dia menyebut partikulat udara halus (PM 2,5) yang memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan manusia dan kualitas atmosfer lingkungan. Monitoring dengan nuklir, kata dia, bisa melihat dampaknya itu dengan hasil yang lebih detil.
Ia menceritakan beberapa kali diminta bicara oleh pemerintah provinsi sehubungan dengan riset monitoring untuk mengatasi pencemaran udara. Namun ia mempunyai kata kunci untuk menjawab semua permintaan yang datang. “Poinnya tidak bisa sektoral," katanya kepada pers di Gedung BRIN, Jakarta, Senin.
Ia menjelaskan, sekalipun sumber pencemaran udara bisa ditemukan, tapi ada faktor lain yang perlu diperhitungkan untuk penyebarannya, yakni tiupan angin. Pergerakan angin, kata Muhayatun, tentu tidak bisa dihalangi.
“Misal, di Jakarta punya kebijakan (menjaga kualitas udara), tapi bagaimana wilayah di sebelahnya?" kata pemilik paten peralatan pencuplik udara menggunakan relay ini sembari menambahkan, "Kalau mau mesti satu kesatuan. Komitmen bersama untuk menanggulangi masalah.”
Ia memberi contoh Kota Bandung yang pada 2017 mendapatkan ASEAN Environmentally Sustainable City. Penggunaan teknik nuklir untuk memantau polusi udara diklaim telah berkontribusi pada pencapaian tersebut. Data yang diberikan Batan (sebelum bergabung dengan BRIN) membantu mengarah pembuatan kebijakan berbasis sains dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi kota.
Bersama timnya, Muhayatun meneliti kualitas udara di 17 kota di Indonesia. Ia juga pernah meneliti kualitas udara akibat erupsi Gunung Kelud pada 2014. “Konsentrasi PM2,5 saat erupsi Gunung Kelud mencapai 120 kali lipat dibanding kondisi normal dan berdampak ke beberapa kota sekitar,” katanya sambil menambahkan udara yang tidak bersih dan terhirup manusia nantinya akan mengganggu kesehatan. “Timbal pada darah dapat menurunkan IQ,” katanya menjelaskan.
Sekilas GA Siwabessy
Prof. Dr. Gerrit Augustinus Siwabessy adalah seorang dokter yang mendalami ilmu radiologi. Pada 1954, Indonesia khawatir dengan adanya percobaan-percobaan senjata nuklir di wilayah Pasifik setelah Perang Dunia ke-2. Presiden Soekarno saat itu membentuk Panitia Negara untuk Penyelidikan Radioaktivitet, sebagai upaya melindungi NKRI dari risiko lepasan radiasi, dan menunjuk G.A. Siwabessy sebagai Ketua Panitia.
Di sisi lain, Prof. Siwabessy sangat aktif terhadap perkembangan kenukliran, hingga memahami bahwa pemanfaatan nuklir tidak hanya untuk persenjataan saja. Namun untuk berbagai macam bidang, seperti kesehatan dan pertanian.
Baca juga: INUKI Versus BRIN di Obyek Vital Nuklir
Kompetensi dan kegigihan inilah yang kemudian mendorong Presiden Soekarno menunjuknya sebagai Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional pertama, kemudian diangkat menjadi Menteri Badan Tenaga Atom Nasional pada 1965, yang dikenal sebagai BATAN, dan sekarang menjadi bagian dari BRIN. Di kemudian hari, nama Siwabessy diabadikan sebagai nama reaktor riset terbesar di Indonesia, dan salah satu yang ternama di kawasan Asia.
Sedangkan di bidang kesehatan, pada 1966, Prof. Siwabessy ditunjuk sebagai Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Menurut cucu Siwabessy, Mutiara, yang menjadi perwakilan keluarga pada acara ini, menjelaskan bahwa GA Siwabessy tengah diusulkan sebagai pahlawan nasional.