Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Gelombang Panas Juga Terjang Eropa Selatan, Datang Sebelum Musim Panas
Reporter
Zacharias Wuragil
Editor
Zacharias Wuragil
Kamis, 4 Mei 2023 10:32 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Asia Tenggara dan Selatan pada pertengahan April lalu, selang sepekan kemudian Spanyol sebelah selatan, Portugal dan Maroko di wilayah selatan Eropa dan utara Afrika tersengat gelombang panas yang tak biasa. Beberapa daerah di wilayah itu mencatatkan suhu udara hingga mendekati 40 derajat Celsius, bahkan lebih.
Khusus di Eropa selatan, cuaca panas itu menambah berat tekanan iklim di kawasan itu. Mereka sebenarnya sedang mengalami kekeringan parah yang terjadi hingga mengancam harga pangannya melambung tinggi.
Berikut ini data dan analisa dari kejadian gelombang panas yang terjadi di Eropa tersebut, termasuk keterkaitannya dengan perubahan iklim,
1. Negara mana saja yang mencatatkan rekor suhu panas?
Spanyol membukukan suhu April terpanasnya pada 27 April lalu. Saat itu catatan suhu maksimum hariannya mencapai 38,8 derajat Celsius di Bandara Cordoba di Spanyol selatan. Berdasarkan data BMKG Spanyol, angka itu memecahkan rekor sebelumnya 37,4 derajat pada April 2011 yang saat itu dicatatkan di Murcia.
Portugal juga membuat rekor suhu April tertinggi sebesar 36,9 derajat Celsius yang terjadi di Mora, pusat negara itu, pada hari yang sama. Sedangkan di Marrakesh, Maroko, suhu udaranya mencapai 41,3 derajat Celsius. Suhu maksimum harian itu seluruhnya terdata 10 sampai 15 derajat di atas suhu harian rata-rata di masing-masing negara itu.
2. Apa penyebab gelombang panas di Eropa?
Penyebabnya adalah massa udara sangat panas yang bergerak dari Afrika Utara masuk ke Eropa Selatan. Gelombang panas juga mendapat kontribusi dari pergerakan lambat sistem tekanan tinggi yang mengusir awan-awan pergi dari kawasan itu. Dampaknya bukan hanya hujan yang menjadi langka, tapi juga absennya tutupan awan yang bisa mengurangi intensitas radiasi matahari yang sampai ke permukaan.
Kekeringan yang sedang terjadi mungkin juga memberi peran yang lain kepada gelombang panas. Hal ini karena uap air dari tanah biasanya menyediakan efek pendinginan lewat proses evaporasi. Tapi, jika tanahnya kering, hanya sedikit energi matahari yang digunakan untuk proses evaporasi dan transpirasi, dan lebih besar porsi radiasi matahari yang berakumulasi dalam bentuk pemanasan permukaan.
Erich Fischer dari ETH Zurich, Swiss, mengatakan tanah yang kering dapat menambah panas 2-3 derajat Celsius sebuah gelombang panas. “Kekeringan pada dasarnya penguat gelombang panas," katanya.
Tapi, Fischer menambahkan, tidak biasanya efek itu terlihat di awal tahun seperti pada tahun ini. Yang umumnya terjadi di periode yang sama, bahkan di Eropa Selatan, kata dia, "tanahnya masih basah."
Baca halaman berikutnya bagaimana perubahan iklim mengambil peran dan apakah musim panas nanti akan 'mendidih' di Eropa?
<!--more-->
3. Bagaimana dengan pengaruh dari perubahan iklim?
Menurut Fischer, setiap gelombang panas belakangan ini lebih parah karena laju pemanasan global oleh perubahan iklim. Pada awal tahun ini, bukan hanya Eropa yang mengalami cuaca panas ekstrem. Asia Tenggara dan Selatan juga diterjang fenomena yang sama, dengan rekor suhu panas di kawasan ini sampai 45 derajat Celsius yang dicatatkan di Thailand, Laos, Myanmar dan Vietnam. "Rekor baru suhu panas terjadi di berbagai lokasi," kata Fischer.
Ada bukti baru yang muncul kalau suhu muka laut yang dingin di Samudera Atlantik sebelah utara mungkin mempengaruhi kemunculan panas ekstrem di Eropa. Pengaruh itu melalui pergerakan angin yang disebut jet stream dan arus lautnya.
4. Apakah artinya musim panas Juni nanti akan sama atau bahkan lebih panas lagi?
Gelombang panas yang telah terjadi memberi sedikit saja petunjuk bagi para meteorolog tentang apa yang akan terjadi pada bulan-bulan musim panas di belahan Bumi utara nanti. Meski begitu, jika kekeringan masih terus terjadi, Eropa dan Afrika Utara diprediksi bakal lebih mudah terdampak oleh panas ekstrem--jika pusat tekanan tinggi kembali terbentuk di wilayah itu.
"Masih terlalu awal untuk bisa mengatakan apa arti suhu ekstrem musim semi ini untuk musim panas nanti," kata Paul Hutcheon dari Met Office Global Guidance Unit lewat blog. "Tapi memang kondisi tanah yang kering akan berarti gelombang panas yang lebih berpotensi menuntun ke kenaikan suhu udara yang lebih ekstrem."
5. Kenapa masih dingin di Eropa utara?
Kontras dengan di selatan, sebagian besar kawasan Eropa utara dan timur sedang menghadapi suhu udara di bawah rata-rata pada periode yang sama.
Sementara angin jet stream dari Atlantik membawa massa udara hangat ke Eropa barat daya, masa udara dingin tertarik dari Arctic ke Eropa sebelah utara. Tapi para meteorolog memperkirakan jebakan dingin di Eropa utara segera berakhir pada pekan pertama Mei ini.
NEW SCIENTIST
Pilihan Editor: Begini Cara Tentara Rusia Hilangkan Diri dari Bidikan Night-Vision Tentara Ukraina