Ilmuwan Ungkap Bagaimana Bumi Lolos dari Tabrakan di Luar Angkasa

Reporter

Andika Dwi

Editor

Devy Ernis

Kamis, 6 Juli 2023 20:42 WIB

Ilustrasi tentang tabrakan dua planet. Tabrakan ini memunculkan bulan pada 150 juta tahun lalu dalam sistem tata surya kita. NASA

TEMPO.CO, Jakarta - Bumi mungkin tidak ada karena hancur dalam tabrakan yang sangat kacau antara planet-planet lainnya. Mengutip laman livescience.com, hal ini disebabkan oleh orbit yang kacau dari planet dalam tata surya, yaitu Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars.

Bahkan, pemodelan menunjukkan bahwa planet-planet ini seharusnya sudah bertabrakan satu sama lain saat ini namun, kejadian tersebut tidak terjadi. Rahasia yang mengendalikan nasib planet-planet ini telah lama menjadi teka-teki bagi para ilmuwan. Saat ini para ilmuwan mengemukakan klaim baru.


Dalam penelitian yang diterbitkan pada pada 3 Mei 2023 dalam jurnal Physical Review X, alasan Bumi dan planet-planet lainnya tetap stabil telah ditemukan. Melalui analisis mendalam terhadap model gerakan planet, para peneliti menemukan bahwa gerakan planet-planet dalam dibatasi oleh parameter tertentu yang berfungsi sebagai penghalang untuk mencegah kekacauan sistem.


Masih berdasarkan sumber yang sama, berikut ini beberapa informasi yang menjadi penyebab lolosnya Bumi dari tabrakan luar angkasa.

Planet Tidak Dapat Diprediksi

Planet dalam tata surya saling berinteraksi melalui gaya gravitasi, dan interaksi kecil ini terus membuat penyesuaian kecil pada orbit planet. Planet luar, seperti Jupiter dan sejenisnya, yang memiliki ukuran lebih besar, lebih stabil dalam menghadapi gaya tarik ini, sehingga orbit mereka cenderung tetap stabil.

Advertising
Advertising


Namun, masalah muncul ketika mencoba memprediksi lintasan planet dalam. Masalah ini terlalu rumit untuk dipecahkan secara tepat oleh para ilmuwan. Pada akhir abad ke-19, seorang matematikawan bernama Henri Poincare membuktikan secara matematis bahwa tidak mungkin memecahkan persamaan yang mengatur gerakan tiga atau lebih objek yang saling berinteraksi (sering disebut sebagai masalah tiga benda).


Akibatnya, ketidakpastian dalam detail posisi dan kecepatan awal planet terus meningkat seiring waktu. Dengan kata lain, ada dua skenario yang berbeda hanya dengan jarak yang sedikit antara Merkurius, Venus, Mars, dan Bumi. Dalam satu skenario, planet mungkin bertabrakan, sedangkan dalam skenario lainnya, mereka mungkin saling menghindar.


Waktu yang diperlukan bagi dua lintasan dengan kondisi awal yang hampir sama untuk berbeda dalam jumlah tertentu disebut sebagai waktu Lyapunov dari sistem kekacauan. Pada tahun 1989, Jacques Laskar dan rekannya melakukan perhitungan waktu Lyapunov untuk orbit planet dalam tata surya. Mereka menemukan bahwa waktu Lyapunov hanya membutuhkan 5 juta tahun.


Ini berarti bahwa setiap 10 juta tahun, sama dengan kehilangan satu digit dalam ketidakpastian awal posisi planet. Misalnya, jika ketidakpastian awal adalah 15 meter, setelah 10 juta tahun ketidakpastian ini akan menjadi 150 meter. Setelah 100 juta tahun, sembilan digit lainnya hilang, menghasilkan ketidakpastian sebesar 150 juta kilometer, yang setara dengan jarak antara Bumi dan Matahari. Dalam kata lain, posisi pasti sebuah planet tidak dapat diketahui secara pasti.


Walaupun 100 juta tahun terdengar sebagai waktu yang lama, tata surya telah ada selama lebih dari 4,5 miliar tahun. Para ilmuwan telah lama bingung mengapa tidak terjadi peristiwa dramatis seperti tabrakan antara planet atau planet yang terlempar dari orbit mereka dalam keadaan yang kacau.


Namun, Jacques Laskar melihat masalah ini dengan pendekatan yang berbeda. Dia melakukan simulasi lintasan planet dalam tata surya untuk 5 miliar tahun ke depan, langkah demi langkah dari satu momen ke momen berikutnya.

Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa probabilitas terjadinya tabrakan antar planet hanya sebesar 1 persen. Dengan menggunakan metode yang sama, dia juga mengestimasi bahwa rata-rata waktu yang diperlukan bagi salah satu planet untuk mengalami tabrakan adalah sekitar 30 miliar tahun.

Bertahan dalam Kekacauan

Dengan menggunakan pendekatan matematika, Laskar dan timnya mengklaim telah mengidentifikasi apa yang disebut sebagai simetri atau "kuantitas yang dipertahankan" dalam interaksi gravitasi. Menurutnya, simetri ini menciptakan penghalang praktis dalam menghadapi kekacauan pergerakan planet.


Kuantitas ini tetap hampir konstan dan menghambat beberapa gerakan kacau, meskipun tidak sepenuhnya mencegah kekacauan total. Laskar memberikan contoh dengan menggunakan analogi piring makan yang memiliki bibir yang terangkat, yang menghambat makanan jatuh dari piring, tetapi tidak secara sempurna mencegahnya jatuh. Dia menyatakan bahwa manusia dapat berterima kasih kepada kuantitas ini atas stabilitas yang nyata dalam tata surya.


Profesor Ilmu Keplanetan di Universitas Arizona, Renu Malhotra, juga menyoroti betapa halus dan cerdiknya mekanisme yang diidentifikasi dalam penelitian ini. Dia menyatakan bahwa sangat menarik melihat bahwa orbit planet dalam tata surya kita menunjukkan kekacauan yang sangat lemah.


Selain itu, Laskar dan timnya juga sedang melakukan penelitian lain untuk mengungkap apakah jumlah planet dalam tata surya pernah berbeda dari konfigurasi saat ini. Namun, semua klaim stabilitas dalam penelitian ini masih menjadi pertanyaan, termasuk apakah kuantitas yang dipertahankan selalu ada selama miliaran tahun sebelum evolusi kehidupan.


VIVIA AGARTHA F | AWALIA RAMADHANI

Pilihan Editor: Dosen ITB Ungkap Faktor Risiko Keamanan Pemakaian Nikuba di Jalan

Berita terkait

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

20 jam lalu

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

Ilmuwan NOAA mendeteksi badai geomagnetik terbaru yang terjadi pada 11 Maret 2024 dan dampaknya diperkirakan berlanjut hingga Mei ini.

Baca Selengkapnya

"Badai Geomagnetik Parah" Melanda Bumi, NOAA Beri Peringatan Dampaknya

2 hari lalu

"Badai Geomagnetik Parah" Melanda Bumi, NOAA Beri Peringatan Dampaknya

NOAA beri peringatan dampak badai geomagnetik parah yang melanda bumi. Bisa mengganggu komunikasi dan jaringan listrik.

Baca Selengkapnya

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

5 hari lalu

Suhu Bumi Terpanas pada April 2024

Sejak Juni 2023, setiap bulan temperatur bumi terus memanas, di mana puncak terpanas terjadi pada April 2024.

Baca Selengkapnya

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

15 hari lalu

BRIN Kirim Surat Teguran, Minta Ratusan Pensiunan Ilmuwan Kosongkan Rumah di Puspiptek

BRIN meminta ratusan pensiunan ilmuwan mengosongkan rumah dinas di Puspiptek paling lambat 15 Mei 2024

Baca Selengkapnya

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

15 hari lalu

Mengenal Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS

Stasiun Luar Angkasa Internasional atau ISS merupakan pesawat luar angkasa raksasa yang mengorbit mengelilingi bumi demi tujuan-tujuan ilmiah.

Baca Selengkapnya

Dennis Tito Menjadi Turis Luar Angkasa Pertama 13 Tahun Lalu, Ini Profil Ahli Fisika Itu

15 hari lalu

Dennis Tito Menjadi Turis Luar Angkasa Pertama 13 Tahun Lalu, Ini Profil Ahli Fisika Itu

Ia terbang dengan pesawat Soyuz TM-32 bersama kosmonot Rusia ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS). Ahli fisika rekayasa antariksa ini membayar US$ 20 juta.

Baca Selengkapnya

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

21 hari lalu

8 Cara yang Bisa Dilakukan untuk Memperingati Hari Bumi

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk memperingati Hari Bumi dengan aktivitas yang menghargai dan melindungi planet ini. Berikut di antaranya.

Baca Selengkapnya

Siang Ini Amerika dan Kanada Alami Gerhana Matahari Total, Begini Tahapan Terjadinya

35 hari lalu

Siang Ini Amerika dan Kanada Alami Gerhana Matahari Total, Begini Tahapan Terjadinya

Walaupun Indonesia tidak alami gerhana matahari total yang terjadi hari ini, tetapi ini merupakan fenomena menarik di dunia.

Baca Selengkapnya

Gerhana Matahari Total 8 April Akan Sebabkan Ledakan di Matahari, Ini Penjelasan BMKG

36 hari lalu

Gerhana Matahari Total 8 April Akan Sebabkan Ledakan di Matahari, Ini Penjelasan BMKG

Gerhana matahari total 8 April akan membuat ledakan-ledakan di matahari terlihat.

Baca Selengkapnya

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

39 hari lalu

Jelang Gerhana Matahari 8 April, Kenali Fenomena Gerhana Matahari Terlama di Alam Semesta

Sistem yang disebut dengan kode astronomi TYC 2505-672-1 memecahkan rekor alam semesta untuk gerhana matahari terlama.

Baca Selengkapnya