Astronom BRIN Jelaskan Kemunculan Komet Setan Menjelang Lebaran

Senin, 1 April 2024 03:38 WIB

Komet 12P/Pons-Brooks terlihat setelah letusan besar pada 20 Juli 2023. Tanduk khas dalam letusan itu menjadikan komet ini disebut sebagai komet setan. Foto: Comet Chasers/Richard Miles

TEMPO.CO, Jakarta - Peristiwa gerhana matahari total di Amerika Serikat dan sekitarnya pada 8 April 2024, Senin mendatang, diperkirakan akan diiringi kemunculan komet 12P/Pons-Brooks atau lebih dikenal sebagai devil comet alias komet setan. “Diprakirakan komet akan terlihat saat langit menjadi gelap,” kata profesor riset astronomi dan astrofisika dari Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin pada Ahad malam, 31 Maret 2024.

Thomas menjelaskan, komet ini disebut devil comet alias komet setan karena pada Juli 2023 terjadi semburan di bagian kepala komet yang menyebabkan bintang berekor itu tampak seperti bertanduk. Kejadian seperti itu terulang lagi pada awal Maret 2024. Karena itu sebagian kalangan mengasosiasikan bentuknya seperti tanduk setan sehingga.

Kemunculan komet 12P/Pons-Brooks ditahui sejak 1812. Komet tersebut kemungkinan juga merupakan komet yang sama ketika teramati pada 1385. Ukuran komet setan itu ditaksir lebih dari 10 kilometer atau dianggap seukuran Everest, gunung tertinggi di dunia. “Periode orbitnya 71 tahun, mirip dengan komet Halley,” kata Thomas.

Thomas mengatakan, komet merupakan obyek dari pinggiran tata surya yang terdiri dari es dan debu. Ketika orbitnya terganggu dan masuk ke orbit dekat matahari, es pada komet menguap dan melepaskan debunya. “Angin matahari mendorongnya sehingga membentuk ekor debu yang menjauhi matahari,” ujarnya.

Komet setan yang tengah dalam perjalanannya mendekat ke matahari akan melintas dengan jarak terdekatnya dengan bumi pada Juni 2024. Namun walau disebut dekat, jaraknya mencapai 200 juta kilometer. Adapun titik terdekat komet setan dengan matahari akan terjadi pada 21 April 2024.

Advertising
Advertising

Komet setan bisa teramati ketika langit menjadi gelap bersamaan dengan peristiwa gerhana matahari total pada 8 April 2024 di Amerika bagian utara. Untuk mengamatinya, menurut Thomas, tidak bisa dengan mata langsung, tapi memerlukan alat bantu seperti teleskop atau minimal dengan binokuler. “Karena posisi komet dekat matahari, komet tidak teramati saat malam sehingga untuk saat ini tidak bisa teramati dari Indonesia,” kata Thomas.

Berita terkait

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

1 hari lalu

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.

Baca Selengkapnya

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

2 hari lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

2 hari lalu

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

Indonesia relatif terlindungi dari heatwave mayoritas areanya adalah laut dan terdiri dari banyak pulau. Awan juga mengurangi dampak paparan surya.

Baca Selengkapnya

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

3 hari lalu

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

Ilmuwan NOAA mendeteksi badai geomagnetik terbaru yang terjadi pada 11 Maret 2024 dan dampaknya diperkirakan berlanjut hingga Mei ini.

Baca Selengkapnya

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

3 hari lalu

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah bagi negara-negara tropis di dunia. Acapkali dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Baca Selengkapnya

Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

3 hari lalu

Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

Badai matahari memicu paparan elektromagnetik yang mempengaruhi sejumlah alat komunikasi dan navigasi di bumi. Fenomena langka dari siklus surya.

Baca Selengkapnya

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

4 hari lalu

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

Ekspedisi Sesar Baribis akan tersebar ke beberapa titik untuk sosialisasi dan upaya mitigasi bahaya gempa.

Baca Selengkapnya

Potensi Gempa Sesar Lembang, Peneliti BRIN Sebut Tingkat Ancaman Besar Karena Dangkal

4 hari lalu

Potensi Gempa Sesar Lembang, Peneliti BRIN Sebut Tingkat Ancaman Besar Karena Dangkal

Sampai kedalaman 4,5 meter tanah ditemukan empat kejadian gempa yang berkaitan dengan Sesar Lembang

Baca Selengkapnya

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

5 hari lalu

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

Pemugaran situs Candi Parit Duku di Jambi mengungkap lima lapisan tanah purba atau lapisan budaya dalam istilah arkeologi.

Baca Selengkapnya

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

6 hari lalu

Harga Jual Maksimal Rp 1 Juta, Meteran Air Sistem Token Ala Telkom University Siap Menyaingi Produk Swasta

Alat dan perangkat lunak meteran air bersistem token yang dikembangkan Telkom University direncanakan masuk ke pasaran.

Baca Selengkapnya