Soal Badai Tropis Olga dan Calon Bibit Siklon Baru, Begini Penjelasan Ahli Klimatologi BRIN

Senin, 8 April 2024 09:49 WIB

Suasana Kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN di Jakarta. Tempo/Tony Hartawan

TEMPO.CO, Jakarta - Bibit siklon tropis 96S di perairan selatan Nusa Tenggara Barat yang terbentuk pada 4 April dan berubah menjadi 21S pada 5 April telah resmi ditetapkan sebagai siklon tropis kategori 3 pada 6 April 2024 oleh Pusat Peringatan Siklon Tropis (TCWC) Australia.

Lembaga itu memprediksi siklon atau badai tropis Olga mengalami pelemahan pada Ahad malam 7 April 2024. “Namun akan menguat kembali dengan kategori 4 dan mengalami pergerakan ke barat daya sebelah pantai barat Australia,” kata Erma Yulihastin, peneliti klimatologi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN, Senin 8 April 2024.

Menurut Erma, pembentukan siklon tropis Olga diawali oleh pembentukan vorteks atau pusaran angin ganda yang berada di utara dan selatan ekuator, yaitu di perairan Banda-Maluku. Pemicunya aktivitas gelombang Rossby yang berinteraksi dengan osilasi Madden–Julian (MJO). “Mekanisme pembentukan siklon tropis Olga ini menyerupai dengan siklon tropis Seroja yang pernah terjadi pada 4 April 2021,” ujarnya.

Bedanya, kata Erma, pada mekanisme Olga, vorteks utara kemudian melemah dan menghilang. Sementara vorteks selatan terus tumbuh menjadi bibit siklon tropis Olga. Pada kasus badai tropis Seroja, vorteks utara bergerak ke barat laut menuju Filipina dan tumbuh menjadi siklon tropis yang menghantam Filipina.

Erma menambahkan, faktor dominan yang dapat memicu bibit siklon 96S menjadi siklon tropis Olga yaitu suhu permukaan laut yang memanas di perairan timur Indonesia. Kondisi itu mendukung suplai kelembapan dan pembentukan sistem tekanan rendah untuk pembentukan awan-awan konvektif yang intensif di tenggara Indonesia.

Advertising
Advertising

Interaksi antara gelombang ekuatorial Rossby dan MJO dengan titik pertemuan di wilayah tenggara Indonesia berperan menyediakan angin baratan (MJO) dan timuran (Rossby). “Sehingga kecepatan angin menguat dan stabil memberikan gaya vortisitas lokal untuk berputar,” ujarnya.

Erma menjelaskan, siklon tropis Olga memiliki karakter penjalaran yang lambat dan diprediksi mengalami pergerakan menuju ke barat daya mendekati Pantai Barat Australia. TCWC Australia telah mengumumkan bahwa siklon tropis ini tidak berdampak pada angin kencang maupun cuaca ekstrem pada wilayah pesisir dan kepulauan di Australia karena efeknya yang diperkirakan berada di laut. “Siklon Olga diprediksi akan bertahan hingga 11 April 2024,” kata dia.

Selama periode hingga 11 April itu, kata Erma, dampak ke wilayah Indonesia secara umum adalah mengaktivasi awan-awan konvektif dan kecenderungan pembentukan hujan yang terkonsentrasi di wilayah pesisir untuk Jawa hingga Nusa Tenggara, dan pembentukan squall line atau barisan sekelompok badai di Sumatra dan Kalimantan. Sementara itu, untuk wilayah Nusa Tenggara Barat dan Timur, tampak hujan sporadis hanya terlokalisasi di wilayah Sikka dan Flores tanpa disertai angin kencang.

Erma menambahkan, berdasarkan model prediksi cuaca Sadewa yang dikembangkan BRIN dan TCWC Australia, saat ini terdapat prakondisi pembentukan vorteks di perairan Arafura yang berpotensi dapat tumbuh menjadi bibit siklon 12U. Kondisi itu mengakibatkan pembentukan sistem tekanan rendah akan terkonsentrasi di timur Indonesia hingga pertengahan April.

ANWAR SISWADI

Berita terkait

Perangkat Portabel Buatan BRIN Ini Bisa Deteksi Penyakit Tanaman Teh

8 jam lalu

Perangkat Portabel Buatan BRIN Ini Bisa Deteksi Penyakit Tanaman Teh

Pusat Riset Kecerdasan Artifisial dan Keamanan Siber BRIN mengembangkan alat deteksi dini penyakit tanaman teh berbasis pembelajaran mesin.

Baca Selengkapnya

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

1 hari lalu

BRIN Kembangkan Sensor Pendeteksi Kecemasan dan Stres Pegawai

Riset ini berpeluang untuk membuat pemetaan sensor yang bisa mendeteksi kecemasan dan tingkat stres pada pegawai.

Baca Selengkapnya

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

2 hari lalu

Studi HAM Universitas di Banjarmasin: Proyek IKN Tak Koheren dan Gagal Uji Legitimasi

Tim peneliti di Pusat Studi HAM Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin mengkaji proses Ibu Kota Negara (IKN): sama saja dengan PSN lainnya.

Baca Selengkapnya

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

2 hari lalu

Peneliti BRIN Sebut Awan Lindungi Indonesia dari Gelombang Panas, Bagaimana Mekanismenya?

Indonesia relatif terlindungi dari heatwave mayoritas areanya adalah laut dan terdiri dari banyak pulau. Awan juga mengurangi dampak paparan surya.

Baca Selengkapnya

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

3 hari lalu

Badai Geomagnetik Picu Gangguan Sinyal di Indonesia dan Dunia, Begini Kata Peneliti BRIN

Ilmuwan NOAA mendeteksi badai geomagnetik terbaru yang terjadi pada 11 Maret 2024 dan dampaknya diperkirakan berlanjut hingga Mei ini.

Baca Selengkapnya

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

3 hari lalu

DBD Masalah Kesehatan Dunia, BRIN Temukan Metode Pengendalian

Demam berdarah dengue (DBD) menjadi masalah bagi negara-negara tropis di dunia. Acapkali dibawa oleh nyamuk Aedes aegypti.

Baca Selengkapnya

Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

4 hari lalu

Seberapa Ekstrem Dampak Badai Matahari Pekan Ini? Simak Penjelasan Peneliti Antariksa BRIN

Badai matahari memicu paparan elektromagnetik yang mempengaruhi sejumlah alat komunikasi dan navigasi di bumi. Fenomena langka dari siklus surya.

Baca Selengkapnya

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

4 hari lalu

Ekspedisi Jalur Sesar Baribis, BPBD Jabar Sosialisasi Bahaya Gempa

Ekspedisi Sesar Baribis akan tersebar ke beberapa titik untuk sosialisasi dan upaya mitigasi bahaya gempa.

Baca Selengkapnya

Potensi Gempa Sesar Lembang, Peneliti BRIN Sebut Tingkat Ancaman Besar Karena Dangkal

5 hari lalu

Potensi Gempa Sesar Lembang, Peneliti BRIN Sebut Tingkat Ancaman Besar Karena Dangkal

Sampai kedalaman 4,5 meter tanah ditemukan empat kejadian gempa yang berkaitan dengan Sesar Lembang

Baca Selengkapnya

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

5 hari lalu

Pemugaran Situs Candi di Jambi Ungkap 5 Lapisan Tanah Purba, Kota Besar yang Runtuh oleh Banjir?

Pemugaran situs Candi Parit Duku di Jambi mengungkap lima lapisan tanah purba atau lapisan budaya dalam istilah arkeologi.

Baca Selengkapnya