TEMPO Interaktif, Berkeley - Penelitian terbaru ilmuwan lintas negara menunjukkan musnahnya hutan purba di permukaan Bumi sekitar 250 juta tahun lalu dipercepat oleh jamur pembunuh pohon. Jamur ganas ini berkembang pesat akibat perubahan iklim global yang terjadi saat itu.
Musnahnya hutan purba merupakan bagian dari kepunahan massal yang melanda Bumi jutaan tahun lalu. Ketika itu Bumi memiliki benua tunggal yang disebut sebagai Pangea.
Ilmuwan percaya kepunahan massal yang biasa disebut sebagai kepunahan Permian tersebut disebabkan erupsi gunung api di daerah yang kini dikenal sebagai Siberia. Dari daerah tersebut, gas dan abu dilepaskan ke atmosfer yang menyebabkan perubahan cuaca global.
Tercatat 95 persen organisme lain dan 70 persen organisme darat mengalami kepunahan. Namun terdapat faktor lain yang mempercepat kepunahan Permian.
Penelitian terhadap lapisan Permian menunjukkan tumbuhan jenis konifer merupakan vegetasi dominan di hutan saat itu. Konifer sendiri berkerabat dekat dengan pinus yang hidup di zaman sekarang.
Di lapisan yang sama, ilmuwan juga menemukan fosil mikro berbentuk pita dalam jumlah melimpah. Fosil ini dikaitkan dengan jamur jenis Rhizoctonia yang berbentuk pita pada periode istirahatnya. Pada masa aktifnya, jamur jenis Rhizoctonia berbentuk payung dan menyerang tumbuhan.
“Rhizoctonia modern digolongkan sebagai hama tumbuhan, menyebabkan penyakit pada akar, batang, dan daun pada berbagai jenis tumbuhan,” ujar peneliti biologi dari UC Berkeley, Cindy Looy. “Berdasarkan pola kemusnahan hutan sekarang, penyakit oleh jamur sangat mungkin menjadi pendorong utama kematian pepohonan semasa krisis Permian.”
Pasca kepunahan, konifer yang tumbuh di daerah semi-kering di kawasan khatulistiwa Benua Pangea digantikan oleh lumut jenis likopoda setinggi lebih dari satu meter dan pakis biji-bijian. Konifer harus menunggu 4-5 juta tahun kemudian untuk pulih sebagai vegetasi.
Hasil penelitian ini menjadi peringatan tersendiri bagi kehidupan sekarang. Menurut kolega Looy dari Laboratorium Paleobotani dan Palinologi, Utrecht University, Henk Visscher, mikroba patogen dapat tumbuh lebih cepat akibat perubahan iklim sehingga mengancam kehidupan pepohonan. Saat ini saja tumbuhan telah tertekan akibat kenaikan suhu udara dan kekeringan.
“Jamur patogan merupakan bagian penting dalam ekosistem hutan keseluruhan,” ujar Visscher. “Ketika seluruh hutan melemah akibat faktor tekanan lingkungan, penyakit akibat jamur bisa menimbulkan kerusakan jaringan yang mematikan pepohonan.”
Visscher membantah hasil penelitian sebelumnya yang mengklaim fosil mikro di lapisan Permian berasal dari jenis alga. Lebih jauh ia menegaskan jamur sebagai penyebab kepunahan pepohonan, bukan pengambil keuntungan dari kematian vegetasi hutan sebagaimana anggapan sebelumnya.
Hasil penelitian mengenai peran jamur terhadap kemusnahan pepohonan ini akan diterbitkan dalam jurnal Geology edisi cetak buatan Masyarakat Geologi Amerika.
PHYSORG | ANTON WILLIAM
Berita terkait
Ilmuwan Temukan Spesies Dinosaurus Baru Bernama Farlowichnus Rapidus
24 November 2023
Para ilmuwan mengidentifikasi spesies dinosaurus baru dari jejak kaki di Brasil.
Baca SelengkapnyaRumah Lelang Christie Hong Kong Batal Jual T. Rex Shen, Kenapa?
27 November 2022
Kerangka T. rex yang batal dilelang untuk rencana penjualan pertama di Asia itu awalnya ditarget mendulang penjualan Rp 392 miliar.
Baca SelengkapnyaDinosaurus Gargoyle Ditemukan di Argentina , Masih Kerabat Tyrannosaurus
10 Juli 2022
Dinosaurus ini menunjukkan ada pengurangan jumlah jari dari Abelisaurus memiliki empat jari, sementara tyrannosaurus dua.
Baca Selengkapnya2 Pandangan Ilmiah yang Dianggap Terkemuka tentang Kepunahan Dinosaurus
26 Februari 2022
Dinosaurus diperkirakan telah hidup di Bumi selama 160 juta tahun. Hewan purbakala itu dinyatakan punah sejak 66 juta tahun silam
Baca SelengkapnyaFosil Naga Laut Raksasa 180 Juta Tahun Lalu Ditemukan di Inggris
12 Januari 2022
Behemoth adalah fosil terbesar dan terlengkap dari jenisnya yang pernah ditemukan di Inggris.
Baca SelengkapnyaKronologi Temuan Fosil Kaki Gajah di Pulau Sirtwo Waduk Saguling
14 Oktober 2021
Saat berjalan di daratan yang menyembul di tengah danau hingga terbentuk seperti pulau kecil itu, pecahan-pecahan fosil mudah mereka lihat.
Baca SelengkapnyaTim Paleontolog Teliti Fosil Kaki Gajah di Waduk Saguling
14 Oktober 2021
Keberadaan fosil seperti pecahan tengkorak hewan dan rangka kaki gajah masih menempel di batuan.
Baca SelengkapnyaGojira, Nama Fosil yang Ditemukan di Luksemburg Berasal dari Band Metal Prancis
20 September 2021
Nama grup band metal Gojiro, diabadikan sebagai sebutan fosil yang ditemukan di Prancis, Luksemburg, dan Austria.
Baca SelengkapnyaStudi: Perubahan Iklim Membunuh Dinosaurus Sebelum Asteroid Menghantam
16 Agustus 2021
Sekitar 66 juta tahun lalu, asteroid selebar 12 kilometer menabrak semenanjung Yucatan, memulai musim dingin yang menyebabkan kepunahan dinosaurus.
Baca SelengkapnyaKeindahan Fosil Kumbang Berusia 49 Juta Tahun
15 Agustus 2021
Desain indah pada elytra kumbang kuno itu mendorong para peneliti untuk menamakannya Pulchritudo attenboroughi.
Baca Selengkapnya