Karabo, Leluhur Manusia dari Afrika Selatan

Reporter

Editor

Selasa, 13 September 2011 09:21 WIB

Fosil Australopithecus Sediba yang ditemukan di gua Malapa, Barat Laut Johannesburg, Afrika Selatan, tahun 2008. origins.org.za

TEMPO Interaktif, London - Mathew, bocah berusia 9 tahun, secara tak sengaja menemukan sebuah fosil yang bisa mengubah pandangan tentang leluhur manusia.

"Ayah, saya menemukan sebuah fosil," kata Mathew kepada ayahnya, Lee Berger, ahli paleoantropologi. Berger melihat batu yang dipegang bocah berumur 9 tahun itu dan langsung menyadari betapa pentingnya hasil penemuan tersebut.

Fosil yang ditemukan Matthew pada Agustus 2008 itu ternyata adalah tulang leher hominin purba. Ketika Berger memutar batu itu, terlihat tulang rahang bawah mencuat. "Saya tidak bisa mempercayainya," katanya.

Pakar paleoantropologi di University of the Witwatersrand, Johannesburg, Afrika Selatan, ini segera menggali situs tersebut dan memperoleh fosil kerangka seorang anak laki-laki serta perempuan muda yang diyakini memiliki kekerabatan dengan bocah itu.

Berger mengklaim bahwa spesimen yang dijuluki Karabo itu, beserta sejumlah fosil lain yang ditemukan sejak 2008 di Gua Malapa, sebelah barat laut Johannesburg, adalah spesies baru yang diberi nama Australopithecus sediba. Dalam bahasa Sesotho, sediba berarti sumur.

Ilmuwan yang meneliti fosil Karabo menyatakan, meski penampilannya primitif, Karabo memiliki banyak ciri khas dari genus Homo, genus tempat manusia modern (Homo sapiens) bernaung.

"Riset ini akan mengubah cara kita memandang evolusi," kata Berger pekan lalu. "Kami telah merangkai semua potongan menjadi satu. Kini Karabo memberi gambaran yang lebih utuh untuk diteliti."

Penemuan fosil itu kembali menjadi perhatian setelah publikasi lima makalah ilmiah dalam jurnal Science pekan lalu. Riset itu tak hanya berlandaskan pada Karabo, fosil bocah laki-laki pra-remaja, tapi juga fosil kerangka perempuan berusia akhir 20 tahunan atau awal 30 tahunan yang digali pada situs yang sama.

Teori baru ini, yang berdasarkan pada hasil pemeriksaan terhadap kaki, pelvis, tangan, dan otak dari kedua fosil itu, cenderung meremehkan status Homo habilis yang kerap dianggap sebagai manusia yang pertama menggunakan alat sebagai tautan antara Australopithecine dan keluarga Homo. Homo habilis berasal dari masa 200-300 ribu tahun lebih muda ketimbang Australopithecus sediba, tapi beberapa ciri lain justru lebih primitif.

Tulang yang diteliti Berger dan timnya, yang beranggotakan lebih dari 80 peneliti, diyakini sebagai fosil transisional, dengan perpaduan fitur spesies yang lebih kuno dan lebih maju. Namun, adanya karakteristik modern, ciri yang menyerupai manusia, yang membuat para peneliti amat tertarik.

Kedua fosil Karabo yang menjadi landasan teori baru itu diperkirakan mati pada waktu yang sama. Terkubur dalam sedimen tanah longsor, kedua fosil itu nyaris terawetkan secara sempurna jauh di dalam gua di kawasan Cradle of Humankind, dekat Johannesburg. Karabo diperkirakan hidup satu juta tahun setelah fosil Lucy yang ditemukan di Afrika Timur.

Garis keturunan Sediba sesungguhnya masih berupa spekulasi. Sejumlah peneliti percaya bahwa spesies Lucy (Australopithecus afarensis) berperan dalam lahirnya Australopithecine Afrika Selatan, termasuk Mrs Ples, Taung Child, dan Little Foot yang masuk spesies Australopithecus africanus.

Kini peneliti menduga bahwa Australopithecine africanus atau bahkan spesies yang lebih tua lagi, adalah leluhur spesies Karabo. "Terdapat sejumlah bukti, berdasarkan fitur primitif dan modern pada kaki dan pergelangan kaki Australopithecine sediba bahwa itu tidak diwariskan dari spesies Lucy atau Australopithecine africanus, melainkan dari garis keturunan hominin purba yang belum teridentifikasi," kata Berger. "Tulang tangan Australopithecine sediba yang sudah sangat berkembang menunjukkan bahwa dia bukanlah leluhur Homo habilis yang tangannya lebih primitif."

Tim Berger berpendapat bahwa fosil itu adalah campuran fitur primitif Australopithecine dan karakteristik manusia modern yang lebih maju. Mereka menyatakan spesies baru ini ada kemungkinan merupakan kandidat terbaik bagi nenek moyang genus kita, Homo.
Dengan menggunakan teknik penanggalan uranium dan paleomagnetik yang mengukur berapa kali medan magnetik Bumi dibalikkan, Robyn Pickering dari Melbourne University menetapkan fosil itu berumur 1,977 juta tahun. Hasil pengukuran ini mengubah masa kemunculan ciri spesifik Homo menjadi lebih awal lagi.

Selama ini fosil berciri manusia modern baru ditemukan dari 1,9 juta tahun lampau, umumnya dari Homo habilis dan Homo rudolfensis yang dianggap sebagai leluhur Homo erectus.

Dalam makalah juga dipaparkan otak yang sudah berkembang, tapi berukuran kecil, serta tangan dengan ibu jari panjang seperti manusia modern. Fosil itu juga mempunyai pelvis yang sangat modern dan bentuk kaki serta pergelangan yang tidak pernah terlihat pada spesies hominin mana pun yang mengombinasikan fitur dari kera dan manusia dalam satu paket anatomi.

"Banyaknya fitur yang telah berkembang pada otak dan tubuh, serta usia yang lebih tua, membuatnya sebagai kandidat nenek moyang genus Homo yang lebih baik ketimbang penemuan sebelumnya, misalnya Homo habilis," kata Berger.
Karabo, ujarnya, ada kemungkinan merupakan nenek moyang langsung Homo erectus, leluhur manusia yang ada sekarang.

TJANDRA DEWI | DAILY MAIL | AP | GRAPHICNEWS

Berita terkait

Ilmuwan Temukan Spesies Dinosaurus Baru Bernama Farlowichnus Rapidus

24 November 2023

Ilmuwan Temukan Spesies Dinosaurus Baru Bernama Farlowichnus Rapidus

Para ilmuwan mengidentifikasi spesies dinosaurus baru dari jejak kaki di Brasil.

Baca Selengkapnya

Rumah Lelang Christie Hong Kong Batal Jual T. Rex Shen, Kenapa?

27 November 2022

Rumah Lelang Christie Hong Kong Batal Jual T. Rex Shen, Kenapa?

Kerangka T. rex yang batal dilelang untuk rencana penjualan pertama di Asia itu awalnya ditarget mendulang penjualan Rp 392 miliar.

Baca Selengkapnya

Dinosaurus Gargoyle Ditemukan di Argentina , Masih Kerabat Tyrannosaurus

10 Juli 2022

Dinosaurus Gargoyle Ditemukan di Argentina , Masih Kerabat Tyrannosaurus

Dinosaurus ini menunjukkan ada pengurangan jumlah jari dari Abelisaurus memiliki empat jari, sementara tyrannosaurus dua.

Baca Selengkapnya

2 Pandangan Ilmiah yang Dianggap Terkemuka tentang Kepunahan Dinosaurus

26 Februari 2022

2 Pandangan Ilmiah yang Dianggap Terkemuka tentang Kepunahan Dinosaurus

Dinosaurus diperkirakan telah hidup di Bumi selama 160 juta tahun. Hewan purbakala itu dinyatakan punah sejak 66 juta tahun silam

Baca Selengkapnya

Fosil Naga Laut Raksasa 180 Juta Tahun Lalu Ditemukan di Inggris

12 Januari 2022

Fosil Naga Laut Raksasa 180 Juta Tahun Lalu Ditemukan di Inggris

Behemoth adalah fosil terbesar dan terlengkap dari jenisnya yang pernah ditemukan di Inggris.

Baca Selengkapnya

Kronologi Temuan Fosil Kaki Gajah di Pulau Sirtwo Waduk Saguling

14 Oktober 2021

Kronologi Temuan Fosil Kaki Gajah di Pulau Sirtwo Waduk Saguling

Saat berjalan di daratan yang menyembul di tengah danau hingga terbentuk seperti pulau kecil itu, pecahan-pecahan fosil mudah mereka lihat.

Baca Selengkapnya

Tim Paleontolog Teliti Fosil Kaki Gajah di Waduk Saguling

14 Oktober 2021

Tim Paleontolog Teliti Fosil Kaki Gajah di Waduk Saguling

Keberadaan fosil seperti pecahan tengkorak hewan dan rangka kaki gajah masih menempel di batuan.

Baca Selengkapnya

Gojira, Nama Fosil yang Ditemukan di Luksemburg Berasal dari Band Metal Prancis

20 September 2021

Gojira, Nama Fosil yang Ditemukan di Luksemburg Berasal dari Band Metal Prancis

Nama grup band metal Gojiro, diabadikan sebagai sebutan fosil yang ditemukan di Prancis, Luksemburg, dan Austria.

Baca Selengkapnya

Studi: Perubahan Iklim Membunuh Dinosaurus Sebelum Asteroid Menghantam

16 Agustus 2021

Studi: Perubahan Iklim Membunuh Dinosaurus Sebelum Asteroid Menghantam

Sekitar 66 juta tahun lalu, asteroid selebar 12 kilometer menabrak semenanjung Yucatan, memulai musim dingin yang menyebabkan kepunahan dinosaurus.

Baca Selengkapnya

Keindahan Fosil Kumbang Berusia 49 Juta Tahun

15 Agustus 2021

Keindahan Fosil Kumbang Berusia 49 Juta Tahun

Desain indah pada elytra kumbang kuno itu mendorong para peneliti untuk menamakannya Pulchritudo attenboroughi.

Baca Selengkapnya