TEMPO.CO, Mpumalanga--Untuk mencegah perburuan ilegal badak Afrika yang sudah terancam punah, pengelola satwa liar meyakini bahwa mereka menemukan senjata baru yaitu racun. Menurut situs Guardian, tahun ini lebih dari 200 badak telah dibunuh oleh pemburu di Afrika Selatan saja. Para konservasionis khawatir bahwa jumlah itu akan naik menjadi 1000 ekor badak sebelum akhir tahun ini.
Pemburu badak ilegal membunuh binatang ini untuk mendapatkan tanduk. Tanduk yang kaya keratin, yaitu substansi yang sama ditemukan pada kuku, dipercaya dapat digunakan sebagai obat oleh kepercayaan budaya di Asia.
Untuk membendung pembantaian bertubi-tubi ini, pengelola satwa liar mengamankan beberapa badak di tempat-tempat seperti Sabi Sand Game Reserve yang letaknya berdekatan dengan Taman Nasional Kruger di Afrika Selatan. Setelah hewan ini tenang, tanduk mereka kemudian dibor untuk membuat lubang. Lubang ini kemudian diisi dengan parasiticide yaitu racun parasit yang digunakan untuk untuk mengontrol kutu pada kuda dan ternak. Racun tersebut dimasukkan ke dalam lubang tanduk dengan kombinasi pewarna pink.
"Racun ini akan membuat orang yang mengkonsumsinya menjadi sakit, seperti mual, sakit perut, diare. Tetapi tidak akan membunuh mereka," kata Andrew Parker, chief executive dari Sabi Sand Wildtuin Association. Cairan racun ini juga akan terdeteksi oleh pemindai di bandara. Dan tetap akan muncul meski tanduk telah ditumbuh menjadi bubuk.
Cula badak diperdagangkan di pasar gelap yang bernilai tinggi, yaitu sekitar US $ 30 ribu per ponnya. Angka yang begitu menggoda. Pada kenyataannya, para pemburu di Afrika Selatan bersedia mengambil resiko hidup mereka untuk berburu cula badak ini. Maret lalu, tiga pemburu badak telah tewas tertembak dalam sebuah serangan patroli.
Sepanjang tahun 2012, Afrika Selatan telah kehilangan 668 badak. Angka ini naik dari 448 ekor pada tahun sebelumnya. Simak berita iptek lainnya di sini.
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
4 November 2022
Presiden Tegaskan Kedudukan Pancasila sebagai Paradigma Iptek
Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) menyelenggarakan Symposium on State Ideology and International Conference on Digital Humanities 2022 di Institut Teknologi Bandung.
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
20 April 2022
Pemanfaatan Iptekin sebagai Penentu Arah Kebijakan Nasional
Ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi (Iptekin) telah menjadi salah satu faktor utama bagi negara-negara maju dalam mempercepat program pembangunan nasional di berbagai sektor, terlebih pada sektor pembangunan ekonomi berbasis pengetahuan.