Puluhan Spesies Kumbang Baru Ditemukan di Tahiti

Reporter

Kamis, 15 Agustus 2013 16:51 WIB

Kumbang kotoran. desktopcave.com

TEMPO.CO, Jakarta - Puluhan spesies kumbang baru ditemukan di Tahiti, Kepulauan Polinesia. Penemuan itu menambah panjang daftar kekayaan serangga unik yang ada di Tahiti. Meski Tahiti hanya seperti titik di Pasifik Selatan, luasnya cuma 45 kilometer, kepulauan itu menjadi habitat tersubur bagi populasi serangga di dunia.

Atas alasan itu, sekelompok ahli etimologi atau pakar serangga tertarik memperbarui klasifikasi spesies serangga di Tahiti. Dengan survei selama sebulan mereka menemukan 600 serangga tanah, yang telah kehilangan sayap akibat evolusi. Dari koleksi serangga itu, mereka menemukan 40 spesies baru, dan sekitar 28 di antaranya akan dipaparkan untuk pertama kali pada jurnal ZooKey bulan ini.

Serangga di Tahiti begitu beraneka ragam. Kebanyakan dari mereka hidup terpisah oleh dataran tinggi yang bergerigi. Habitat serangga pun tetap terjaga karena kondisi geografis mencegah terjadinya perkawinan atau perkelahian. “Ibaratnya, jika Anda berada di punggung suatu bukit, kemudian sepupu Anda berada di punggung bukit lainya, Anda akan terjebak dan tidak dapat terbang ke bukit lainnya,” kata Jim Liebherr, entimolog Cornell University. "Karena setiap serangga tinggal di rumah masing-masing, populasi serangga terjaga dari ancaman."

Dia menyebutkan, Tahiti memiliki kondisi tanah yang labil dan mudah longsor jika hujan badai. Kondisi itu juga membentuk fragmentasi yang mengisolasi habitat serangga, sehingga mereka akan menciptakan populasi baru. Untuk menjangkau lokasi, tim mendaki bukit yang dikelilingi hutan. Beberapa wilayah hanya dapat diakses menggunakan helikopter dengan tempat pendaratan di titik tertentu.

Banyak lokasi penemuan sebelumnya dikunjungi oleh penduduk lokal Tahiti, namun belum pernah dikunjungi oleh tim peneliti. “Kami bagaikan orang buta, sampai akhirnya mengetahui ada apa di sana,” ujar Liebherr. Dia menyimpulkan, ekspedisi ini merupakan yang pertama kalinya.

Kumbang tanah yang ditemukan rata-rata berukuran kecil, 3 sampai 8 milimeter, dan sulit terlihat jika berada di antara hutan. Untuk mengumpulkan kumbang ini, tim menyemprotkan bahan kimia organik di dedaunan. Ketika cairan disemprotkan, serangga menjadi lebih aktif, mereka merayap ke luar dedaunan. Tim kemudian membentangkan kain nilon putih untuk mengumpulkan kumbang tanah.

Para ilmuwan memilih menggunakan bahan kimia dibandingkan harus meluangkan waktu sekira tiga hari untuk mengumpulkan serangga. Jika tidak menggunakan cairan kimia, mereka harus memilah lumut dan menghilangkan jejak untuk mengumpulkan serangga. “Hutan terdiri dari lumut tebal yang sudah lama, dibutuhkan teknik untuk tetap melestarikan habitat,” kata Liebherr.

Usai meneliti kumbang di Tahiti, Liebherr akan terbang ke Paris untuk membandingkan dengan koleksi serangga di Paris Natural History yang berisi berbagai spesies dari seluruh dunia. Dia hendak meneliti ciri fisik yang membedakan, misalnya bentuk tubuh, rambut, dan alat kelamin. Liebherr berharap, penelitiannya dapat mengembangkan studi mengenai ekologi di pulau yang kaya akan jenis serangga. “Diperkirakan, masih banyak jenis serangga yang belum ditemukan,” katanya.

LIVESCIENCE | SATWIKA MOVEMENTI


Terhangat:
Suap SKK Migas | Sisca Yofie | FPI Bentrok

Berita terkait:
Uang Rudi Rubiandini Diserahkan dari City Plaza

24 Jam Kerja Tim KPK Geledah di Kantor SKK Migas

MS Hidayat: Kasus Rudi Rubiandini Ganggu Investasi
SKK Migas Guncang, Jero Jamin Investasi Migas Aman
Kernel Oil Terdaftar Sebagai Trader di SKK Migas

Berita terkait

BRIN Temukan Dua Spesies Burung Baru di Kalimantan Tenggara

29 Maret 2022

BRIN Temukan Dua Spesies Burung Baru di Kalimantan Tenggara

Pegunungan Meratus yang terisolasi dari rantai pegunungan lain di Kalimantan membentuk komunitas fauna yang unik seperti yang terlihat pada kelompok burung

Baca Selengkapnya

Cecak Jarilengkung Hamidy: Spesies Baru dari Kalimantan

12 September 2021

Cecak Jarilengkung Hamidy: Spesies Baru dari Kalimantan

Para peneliti berhasil menemukan spesies cecak baru di Pulau Kalimantan

Baca Selengkapnya

LIPI Temukan Spesies Baru Burung Madu di Alor, Kicaunya Khas

15 Oktober 2019

LIPI Temukan Spesies Baru Burung Madu di Alor, Kicaunya Khas

Peneliti LIPI berhasil menemukan spesies baru burung pemakan madu di Pulau Alor, NTT. Diberi nama mengikuti nama peneliti senior Dewi Prawiradilaga .

Baca Selengkapnya

Banyak Spesies Baru di Pulau Pejantan, KLHK Kirim Peneliti

9 Maret 2017

Banyak Spesies Baru di Pulau Pejantan, KLHK Kirim Peneliti

Tim Balitbang KLHK juga menemukan banyak flora dan fauna unik yang diduga spesies baru, semisal tupai tiga warna dan anggrek yang hidup di atas batu.

Baca Selengkapnya

Donald Trump Jadi Nama Ngengat, Ada Maksud Tersembunyi

18 Januari 2017

Donald Trump Jadi Nama Ngengat, Ada Maksud Tersembunyi

Vazrick Nazari memberi nama Donald Trump pada ngengat dengan sisik berwarna putih kekuningan di kepala.

Baca Selengkapnya

Peneliti Temukan Spesies Baru Hiu Prasejarah

5 Oktober 2016

Peneliti Temukan Spesies Baru Hiu Prasejarah

Megalolamna paradoxodon diperkirakan hidup 20 juta tahun lalu dan kini sudah punah.

Baca Selengkapnya

Spesies Baru Laba-laba Unik Ditemukan di Brasil  

18 Februari 2016

Spesies Baru Laba-laba Unik Ditemukan di Brasil  

Delapan spesies baru laba-laba cambuk baru ditemukan di Brasil.

Baca Selengkapnya

Hobbit yang Ditemukan di Flores Bukan Spesies Manusia?

18 Februari 2016

Hobbit yang Ditemukan di Flores Bukan Spesies Manusia?

Penelitian terbaru ini menggunakan alat pemindai tiga dimensi berteknologi tinggi buatan Jepang.

Baca Selengkapnya

Spesies Hiu Ini Bisa Bercahaya dalam Air  

4 Januari 2016

Spesies Hiu Ini Bisa Bercahaya dalam Air  

Peneliti menemukan spesies baru hiu bercahaya di dasar samudera. Mereka menyebutnya hiu ninja karena warna tubuhnya hitam pekat.

Baca Selengkapnya

LIPI Temukan 14 Spesies Baru Flora dan Fauna Pulau Enggano  

16 November 2015

LIPI Temukan 14 Spesies Baru Flora dan Fauna Pulau Enggano  

LIPI telah mengidentifikasi 14 spesies flora dan fauna baru selama Ekspedisi Widya Nusantara 2015 di Pulau Enggano, Bengkulu.

Baca Selengkapnya