TEMPO.CO, Jakarta -Pekan ketiga Januari lalu, Microsoft mengumumkan kepada dunia—termasuk media—bahwa mereka meluncurkan perangkat virtual reality. HoloLens! Sebuah perangkat yang dipasang di wajah. Persis kacamata. (Foto: Microsoft Luncurkan Kacamata 3D Hologram.)
Sejenak kita teringat pada Google Glass, yang diluncurkan tiga tahun lalu oleh Google. Inilah awal manusia bersentuhan dengan teknologi senatural mungkin.
Saat menggunakan Google Glass, akan muncul layar yang menampilkan berbagai aplikasi. Salah satunya peta. Cukup ucapkan nama tempat, kemudian muncul navigasi untuk menuju ke tempat tersebut.
Sebagai pengganti tombol enter seperti yang ada di komputer, perintah dilakukan dengan mengucapkan “Okay Glass”. Google belum menjualnya secara resmi. Hanya pengembang dan pihak tertentu yang diberi perangkat ini.
Namun popularitas Google Glass meredup. Kacamata ini dituding bisa menjadi sumber pembajakan pada film yang diputar di bioskop. Maklum, fiturnya cukup canggih sehingga bisa merekam video.
Tak lama berselang, kompetisi perangkat virtual reality diramaikan oleh kehadiran Oculus Rift. Media sosial paling populer sejagat, Facebook, bahkan rela terjun ke bisnis virtual dengan mengakuisisi Oculus dengan nilai fantastis, yakni US$ 2 miliar atau Rp 25 triliun.
Bos Facebook, Mark Zuckerberg, dinilai bertindak logis dalam akuisisi tersebut. “Zuckerberg telah melihat dengan jelas masa depan virtual reality,” tulis situs teknologi Marxent Lab.
Oculus Rift ditargetkan bagi para penggila game. Tujuannya agar gamer bisa masuk ke dunia permainan secara virtual.
Merek ternama yang juga meluncurkan perangkat semacam itu adalah Samsung. Produk bernama VR Gear ini dirancang sebagai pendamping phablet (phone tablet) Galaxy Note 4.
Bahkan VR Gear dikabarkan akan menjadi salah satu fasilitas hiburan di pesawat Qantas—maskapai Australia—dan di ruang tunggu bandara. "VR Gear akan ditawarkan bagi penumpang yang duduk di kelas bisnis pada pertengahan Maret mendatang," tulis The Verge.
Terakhir adalah HoloLens, yang berhasil mencuri perhatian para pencinta teknologi pada awal 2015. Kacamata berbasis hologram ini diklaim berbeda dibandingkan dengan perangkat virtual lain. “Anda melihat kondisi sekeliling yang bertransformasi dalam format tiga dimensi,” tulis CNET, awal pekan lalu.
Microsoft mengklaim HoloLens berbeda dengan perangkat sejenis. Ini karena tujuannya memudahkan pengguna untuk masuk ke ruang virtual, namun tetap berinteraksi secara normal dengan sekeliling.
"Kami yakin berinteraksi dengan teknologi harus senatural mungkin seperti berinteraksi dengan manusia—menggunakan suara, pena, gerakan tubuh, bahkan menatap pada saat yang sama dan waktu yang tepat," kata Terry Myerson, Executive Vice President Operating System Microsoft, dalam blog resminya.
Tapi sayangnya perangkat ini untuk sementara tidak dipasarkan secara komersial. "Untuk consumer, nanti di-share lagi," kata Kepala Humas Microsoft Indonesia, Sharon Isabella, saat dihubungi pada Kamis, 26 Januari lalu.
Pada masa mendatang, perangkat virtual reality diperkirakan makin menjamur. Fungsinya bukan hanya untuk hiburan, tapi juga digunakan untuk menunjang bisnis. Akan semakin bermunculan juga produk yang berfungsi sebagai pendamping gawai.
CNET | MARXENT LABS| TECHCRUNCH| MICROSOFT | SATWIKA MOVEMENTI| MARTHA WARTA SILABAN
Terpopuler:
Ini Daftar Calon Baru Kapolri di Tangan Kompolnas
Diejek Tiap Hari, Berat Badan 228 Jadi 88 Kilogram
Sidang Gugatan Budi Besok, Lonceng Kematian KPK?
Posisi Budi Gunawan Dinilai Mirip Calon Berzina
Kampus Bergerak, Galang Dukungan Selamatkan Jokowi