TEMPO Interaktif, Jakarta: Hampir 100 tahun lalu, Rudolf Diesel sudah mengisyaratkan kalau minyak nabati mampu membuat hidup dan beroperasi mesin-mesin diesel ciptaannya. Kalau negara-negara di Eropa, bahkan tetangga, Malaysia, sudah menerapkan isyarat itu cukup lama, Indonesia, dua hari lalu, menetapkan diri akan menyusul.Memanfaatkan momentum Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei mendatang, ujicoba awal akan segera dilakukan di Jakarta lewat kerjasama antara PT Pertamina dengan Pemerintah DKI Jakarta. Sebuah langkah yang boleh dibilang memberanikan diri karena sesungguhnya jaminan pasokan masih menggantung.Menteri Riset dan Teknologi, Kusmayanto Kadiman, dalam jumpa pers Peluncuran Pemanfaatan Minyak Nabati Secara Langsung Sebagai Bahan Bakar Alternatif di Gedung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, memang telah menyampaikan bahwa Pertamina lewat SPBU-SPBU nya sudah mau mendistribusikan bahan bakar solar dengan kandungan biodiesel sebesar lima atau sepuluh persen. Langkah konkret kerja sama dengan PLN untuk digunakan pula dalam beberapa pembangkit listriknya juga sudah dilakukan.Tapi Kusmayanto tidak cukup berhenti disana. "Sekarang tantangan terbesarnya justru cukupkah pasokannya," katanya menambahkan. Pasokan menjadi persoalan karena kebutuhan solar Indonesia per tahunnya mencapai 14 juta kiloliter. Penggunaan bahan bakar nabati --apakah itu biodiesel ataupun pure plant oil-- sebesar 10 persen dari kebutuhan solar nasional memang mampu meraup penghematan berupa pengurangan subsidi sebesar Rp 2,56 triliun.Wuragil