Gambar corona atau atmosfer matahari yang sobek sepanjang 322.000 Km karena letusan badai matahari yang terjadi pada 29-30 September 2013 lalu (25/10). Pada kenyataannya, matahari tidak terbuat dari api, tapi sesuatu yang disebut plasma: partikel yang sangat panas sehingga bisa mendidihkan elektron dan menciptakan gas bermuatan medan magnet. REUTERS / NASA
TEMPO.CO, California - Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA) sedang mempersiapkan misi untuk eksplorasi atmosfer matahari. Meskipun disebut eksplorasi, tapi pesawat antariksa dalam misi ini akan terbang dalam jarak empat juta mil atau sekitar 6,5 juta kilometer dari matahari. Kalau tepat waktu, misi akan dimulai pada pertengahan 2018.
Pesawat ini berbahan komposit karbon setebal 4,5 inci. Bahan ini akan melindungi seluruh peralatan teknologi yang ada di dalamnya. Pada titik terdekat dengan matahari, pesawat akan bergerak dengan kecepatan 725 ribu kilometer per jam.
"Jarak ini tujuh kali lebih dekat dengan pesawat manapun yang pernah mengeksplorasi atmosfer matahari," demikian ungkap NASA seperti dikutip dari laman Tech Times, Senin, 29 Mei 2017. Misi mengeksplorasi matahari ini diberi nama Solar Probe Plus (SPP).
NASA menjelaskan, misi ini termasuk ke dalam upaya untuk menguak misteri perilaku bintang-bintang. Juga, mencari tahu soal cuaca antariksa, khususnya di dekat bintang. Pesawat SPP akan berusaha terbang sedekat mungkin untuk mencari tahu soal panas dan radiasi yang ditimbulkan matahari.
Selain pesawat, NASA sebelumnya juga dikabarkan akan meluncurkan robot ke matahari untuk menganalisis aktivitasnya yang berpotensi menimbulkan bahaya umat manusia di bumi.
Menurut pejabat NASA, misi untuk eksplorasi atmosfer matahari ini tentunya akan memberikan informasi tentang matahari dan dampaknya ke bumi. "Misi ini adalah kunci untuk memahami dan mungkin meramalkan cuaca antariksa," demikian pejabat NASA.