Tips Teknologi: Back Up Data untuk Hindari Serangan Hacker
Editor
Amri mahbub al fathon tnr
Minggu, 4 Juni 2017 17:29 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Masih segar di ingatan kita serangan hacker yang menggunakan ransomware WannaCry beberapa waktu lalu dan untuk menghindarinya kita butuh back up data. Data korban akan disandera sebelum kita memberikan sejumlah tebusan. Para hacker pun tak segan-segan untuk mencuri data-data penting dari berbagai perusahaan menggunakan ransomware atau malware lainnya.
Anda tak mau itu terjadi? Back up data menjadi satu-satunya cara untuk mengatasi hal tersebut. Tenang, tips menyimpan data digital secara aman ini mungkin bisa membantu Anda mencegah serangan hacker yang kerap menyandera atau mencuri, bahkan menghapus data kita.
Baca: Empat Langkah Hindarkan Ponsel dari Ancaman Spyware
Back up adalah versi salinan dari data asli. Jika sesuatu hal terjadi pada data, jadi kita tidak pusing memikirkannya karena punya data cadangan. Berikut beberapa pilihan back up data seperti dikutip dari laman berita Popular Science:
1. Memakai Opsi yang Ditawarkan Windows dan Mac OS
Tampilan fitur OneDrive dalam sistem operasi Windows. (Popular Science)
Produsen sistem operasi seperti Microsoft dan Apple pun telah mengajarkan kita pentingnya back up data. Versi terbaru dari Windows dan MacOS hadir dengan program built-in yang dapat membuat data cadangan ke hard drive eksternal.
Baca: 3 Kesalahan Utama dalam Membuat Password Akun Internet
Di mesin Windows ada fitur namanya File Histoy. Untuk menemukannya, buka Setting, pilih Update & Security, lalu klik Backup. Sebelumnya pasang dulu hard drive eksternal Anda, barulah pilih file mana saja yang akan anda salin.
Di MacOS ada fitur Time Machine yang ada di System Preferences. Yang Anda butuhkan hanya hard drive eksternal. Sistem secara otomatis membuat back up per jam, harian, dan mingguan sesuai kebutuhan. Prosesnya juga cukup cepat.
Tampilan fitur Time Machine pada MacOS. (Popular Science)
Baik File History maupun Time Machine memang butuh hard drive eksternal. Namun, Anda juga bisa menggunakan komputasi awan (cloud) yang telah disediakan keduanya sejak satu dekade terakhir.
Baca: Norton by Symantec: Ransomware Kian Berbahaya
Microsoft memiliki OneDrive yang sudah pasti Anda dapatkan gratis aplikasinya saat membeli Windows 10. Untuk permulaan Windows memberikan kapasitas sebesar lima gigabita secara cuma-cuma saat Anda membuat akun OneDrive. Untuk menambah kapasitas, Anda harus berlangganan mulai dari US$ 1,99 atau sekitar Rp 26 ribu per bulannya untuk kapasitas 50 gigabita. Lebih besar kapasitas tentunya butuh biaya lebih besar pula.
Untuk Apple ada iCloud. Sama seperti OneDrive, Anda akan mendapatkan lima gigabita gratis saat mendaftarkan akun untuk pertama kali. Kalau butuh kapasitas yang lebih besar, Anda harus berlangganan. Biayanya mulai dari US$ 0,99 per bulan untuk 50 gigabita, lebih murah ketimbang OneDrive. Untuk mensinkronisasi dengan komputer, buka iCloud dari System Preferences. Kemudian pilih file atau folder mana saja yang ingin disalin ke iCloud.
Mendiang Steve Jobs sedang menjelaskan tentang iCloud. (AP Photo)
Selanjutnya: Back Up Pihak Ketiga
<!--more-->
2. Backup Pihak Ketiga
Jika untuk alasan apapun Anda tidak ingin menggunakan alat yang disertakan oleh sistem operasi, Anda masih punya banyak pilihan penyedia cloud. Di antaranya, yaitu Dropbox, Google Drive, Crash Plan, dan Ease US To Do.
Tampilan aplikasi Dropbox. (Popular Science)
Dropbox menyediakan fasilitas komputasi awan jauh sebelum Windows dan Apple. Cara pemakaiannya pun digadang-gadang lebih mudah ketimbang keduanya. Sayangnya, fasilitas kapasitas gratis yang diberikan hanya dua gigabita. Dan, hanya ada satu paket fasilitas berbayar, yakni dengan biaya US 9,99 per bulan atau sekitar Rp 135 ribu untuk kapasitas 1 terabita.
Baca: Teknologi User Behavior Analytics untuk Perangi Ancaman
Google juga menyediakan layanan komputasi awan (cloud) bernama Google Drive yang tersinkronisasi dengan layanan lainnya, Gmail. Untuk layanan gratis pertama Google memberika kapasitas ruang sebesar 15 gigabita. Untuk versi berbayar ada pilihan mulai dari US$ 1,99 per bulan untuk 100 gigabita. Menariknya, back up data bisa dilakukan secara real time.
CrashPlan berbeda dengan Google Drive. Alih-alih bisa menyimpan secara real time, CrashPlan melakukan menyalin seluruh data ke tiga lokasi secara langsung: drive eksternal, komputer lain dalam jaringan LAN, dan komputasi CrashPlan sendiri setiap hari.
Tampilan Google Drive dalam smartphone Android. (Google.com)
Untuk bisa mengaktifkan ketiganya, Anda harus membayar fasilitas mulai dari US$ 5,99 per bulan untuk besaran kapasitas data yang Anda daftarkan. Layanan CrashPlan dan semacamnya, seperti Carbonite dan Backblaze merupakan cara "backup dan lupakan". Jadi, Anda tidak perlu pusing atau kalau bencana massal, seperti peretasan atau bencana alam, terjadi. Anda tinggal menghubungi pihak CrashPlan untuk mengembalikan data seperti sedia kala.
Baca: Memex, Mesin Pencari Baru Keluaran Pentagon
Kalau tidak ingin menggunakan fasilitas berbayar, ada beberapa komputasi awan yang biasa digunakan secara gratis, seperti EaseUS ToDo Backup Free untuk Windows dan SuperDuper untuk MacOS. Namun, sekali lagi, kapasitasnnya terbatas dan harus dibantu dengan hard drive eksternal.
Yang perlu Anda perhatikan adalah salah satu cadangan data tetap berada di luar komputer. Dengan begitu, saat kebakaran, banjir, atau peretasan data terjadi, Anda memiliki back up.
Tampilan EaseUS ToDo Backup Free. (Popular Science)
Sekarang, pilihan back up data untuk menghindari serangan hacker ada di tangan Anda.
POPULAR SCIENCE | AMRI MAHBUB