Heboh Kendi Antariksa Jatuh di Agam, Begini Kisah Selengkapnya
Editor
Amri mahbub al fathon tnr
Kamis, 20 Juli 2017 06:05 WIB
TEMPO.CO, Agam - Kehebohan sempat muncul setelah kendi antariksa jatuh di Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa malam.Pusat Sains Antariksa LAPAN, Bandung, bahkan langsung turun tangan untuk memeriksanya.
Benda logam berdiameter 110 sentimeter dan berat 7,4 kilogram itu akan diamakan dan diteliti lebih dalam di sana. "Untuk mengetahui lebih pasti siapa pemilik benda ini," kata Kepala Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer LAPAN Agam, Syafrijon, di Lubukbasung, Selasa, 18 Juli 2017.
Baca: Kronologi Jatuhnya Kendi Antariksa: Sangat Keras Menghantam Tanah
Warga Sungai Batang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam sempat digegerkan dengan adanya kendi antariksa yang tiba-tiba jatuh dari langit, Selasa, sekitar pukul 09.30 WIB.
Salah seorang warga Sungai Batang, Sidik, 30 tahun, mengatakan logam bulat tersebut tiba-tiba jatuh dengan bunyi sangat keras.
"Kami sangat kaget dengan bunyi tersebut, sehingga kami langsung ke lokasi tempat jatuh benda itu," kata Sidik.
Baca: Kendi Antariksa Jatuh, Kepala Lapan: Itu Bagian dari Roket Cina
Sesampai di lokasi, warga menemukan benda logam berbentuk bulat di jalan kelas c atau kabupaten yang menghubungkan Maninjau-Sungai Batang. Imbas dari jatuhnya benda tersebut jalan menjadi berlubang dan menghitam seperti bekas terbakar. "Kami langsung menghubungi wali nagari," katanya.
Wali Nagari Sungai Batang Jon Hendra menambahkan logam bulat berdiameter sekitar 110 sentimeter dengan berat sekitar 7,4 kilogram tersebut sampai di tanah dengan suhu sangat panas dan mengeluarkan asap. Benda tersebut baru mendingin sekitar satu jam kemudian.
Baca: Misteri Antariksa: Inilah Bintang Terjauh dari Bumi
Kepala LAPAN, Thomas Djamaluddin, mengatakan kendi antariksa yang jatuh di Kabupaten Agam itu adalah bagian dari roket milik Cina. Benda logam bulat yang jatuh di Sungai Batang, Sumatera Barat, merupakan bagian dari roket Chang-Zheng 3-A.
"Bagian dari tabung bahan bakar roket," kata Kepala Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), Thomas Djamaluddin, kepada Tempo, melalui aplikasi pesan WhatsApp, Rabu, 19 Juli 2017.
Baca: NASA Uji Coba Teknik Wahana Antariksa Hindari Asteroid
Menurut Thomas, benda tersebut jatuh karena ketinggiannya terus menurun usai peluncuran pada 13 April 2007. Chang-Zheng 3-A merupakan pelontar satelit Beidou M1.
"Saat jadi sampah antariksa, ketinggian benda itu terus turun. Sampai pada ketinggian 120 kilometer, benda ini tertarik gravitasi bumi," ujar Thomas. Lapan kini sedang memeriksa benda bagian dari roket Cina itu di Pusat Sains Antariksa, Bandung.
Baca: Misi Antariksa NASA: Juno akan Masuk ke Pusaran Badai Gas Jupiter
Thomas mengatakan, mulanya tabung bahan bakar roket ini berukuran besar. Namun, saat masuk atmosfer bumi, pecah. Sebagian lagi mungkin jatuh di laut maupun di hutan.
Kenapa di Indonesia? Menurut Thomas, sampah antariksa bisa jatuh di permukaan bumi mana saja. Sebagian besar jatuh di laut, hutan, atau pegunungan. "Karena wilayah tersebut paling luas di bumi," ujarnya.
Baca: Misteri Antariksa Terungkap, Matahari Punya Kembaran
Thomas mengirimkan lintasan orbit roket Chang-Zheng 3-A. Dari lintasan tersebut diketahui objek masuk ke atmosfer Sumatera Barat pada pukul 09.07 WIB.
Waktu perkiraan jatuh, kata Thomas, mungkin berbeda dengan laporan warga. Sebab, dia menjelaskan, objek hanya butuh waktu beberapa menit untuk sampai ke permukaan bumi.
Baca: Program Koloni Mars, Ilmuwan: Perlu Kajian Bercinta di Antariksa
Simak perkembangan berita kendi antariksa dan berita menarik lainnya dari LAPAN hanya di kanal Tekno Tempo.co.
ANTARA | AMRI MAHBUB