TEMPO.CO, New Jersey - Dunia satwa memang penuh dengan keunikan. Salah satunya satwa predator. Selama ini, singa Afrika atau hiu putih terkenal sebagai predator nomor wahid di dunia.
Namun tidak bagi tim ilmuwan dari Rutgers University di New Brunswick, Amerika Serikat. Penelitian yang terbit dalam jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) ini meruntuhkan anggapan hiu dan singa merupakan predator nomor satu.
Sebaliknya, tim ilmuwan Rutgers menunjukkan capung sebagai pemburu paling brutal sekaligus efektif dalam kerajaan hewan. Para ahli menemukan bahwa singa Afrika hanya mampu menangkap 25 persen dari total mangsa yang mereka kejar. Hiu putih, yang memiliki 300 gigi pemotong, sukses menangkap separuh dari total mangsa yang mereka buru. Namun tingkat keberhasilan keluarga capung memburu mangsanya ternyata 95 persen.
Baca: Jangan Sentuh Satwa Langka Ini: Meski Cantik, Mematikan
"Capung akan merobek-robek tubuh mangsanya dan terus mengunyahnya sampai berbentuk gumpalan sebelum akhirnya mereka menelannya," kata Michael L. Mei, profesor emeritus entomologi di Rutgers, seperti dikutip laman New York Times.
Selera makan capung bisa dibilang tak berujung. Stacey Combes, seorang peneliti biomekanik di Universitas Harvard yang mempelajari cara terbang capung, pernah menyaksikan seekor capung percobaan di laboratorium menyantap habis 30 ekor lalat buah secara beruntun. "Capung akan terus makan selama masih ada makanan," ujarnya.
Sejumlah penelitian yang diterbitkan beberapa waktu lalu juga pernah menguak fitur kunci otak, mata, dan sayap capung, yang memungkinkan serangga itu memburu mangsanya tanpa ragu. Salah satu penelitian menunjukkan sistem saraf capung menampilkan kapasitas yang hampir sama seperti manusia, terutama untuk perhatian selektif. Artinya, capung mampu berfokus pada mangsa tunggal yang disasar, meski mangsa itu terbang di tengah gerombolan serangga lain yang beterbangan.
Baca: Satwa Bertubuh Tambun Kuat tapi Lambat, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Peneliti lain mengidentifikasi keberadaan semacam pusat sirkuit berisi 16 sel saraf yang menghubungkan otak capung ke pusat motorik penerbangan di bagian dada. Seperangkat sistem saraf ini memungkinkan capung melacak target bergerak, menghitung lintasan untuk mencegat target, dan secara halus menyesuaikan jalur terbangnya untuk menangkap target tersebut.
Robert M. Olberg dari Union College menemukan bukti bahwa jalur capung mencegat mangsanya mirip trik yang digunakan pelaut. Dengan mata majemuknya, capung bisa memprediksi arah terbang mangsanya, termasuk sudut dan kecepatan, kemudian memperkirakan terbangnya sendiri untuk menangkap mangsa tersebut.
Baca: Video Rusa Putih, Satwa Langka yang Sudah 3 Tahun Dicari
Simak artikel menarik lainnya tentang dunia satwa hanya di kanal Tekno Tempo.co.
PROCEEDINGS OF THE NATIONAL ACADEMY OF SCIENCES | NEW YORK TIMES