TEMPO.CO, Jakarta - Berkaca dari gempa Donggala dan Palu, Jumat lalu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menilai Indonesia perlu meningkatkan teknologi untuk mengantisipasi gempa bumi atau tsunami. Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT, Hammam Riza mengatakan, tsunami di Palu dan Donggala mendorong pentingnya teknologi untuk mengurangi dampak bencana alam serupa.
Baca juga: Gempa Donggala Robohkan Tembok Lapas, Ratusan Narapidana Kabur
"Ke depan atau bahkan sesegera mungkin sinergi yang kuat antar berbagai pemangku kepentingan untuk menggunakan teknologi. Teknologi mampu berperan signifikan dalam upaya mengurangi risiko bencana gempa bumi," kata Riza melalui keterangan tertulisnya, Sabtu, 29 September 2018.
Menurut Riza, upaya antisipasi gempa bumi dan tsunami saat ini masih sangat minim, bahkan belum menjadi fokus perhatian. Riza mengatakan, BPPT telah memiliki program "BUOY InaTEWS" untuk peringatan dini tsunami.
Baca juga: 6 Fakta Gempa Donggala dan Data Korban yang Terus Bertambah
Selain itu, BPPT juga kerap melakukan kajian gempa di Balai Teknologi InfrastrukturPelabuhan dan Dinamika Pantai milik BPPT di Yogyakarta. Upaya itu diperkuat juga dengan pengkajian mengenai teknologi Multi Hazard Early Warning System (MHEWS).
"Upaya tersebut, harus bisa digalang melalui sinergi dengan berbagai kementerian atau lembaga, Pemerintah Daerah dan Industri, sehingga produk-produk Teknologi yang dihasilkan dapat diproduksi dengan biaya yang rendah, bersifat masal, memenuhi standar kualitas industri, dan memiliki keberlangsungan serta ketersediaan yang bersifat permanen," kata Riza.
Menurut Riza, teknologi-teknologi tersebut bertujuan untuk membangun ketangguhan dan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kemungkinan gempa bumi. "Juga memberikan dukungan percepatan bagi proses tanggap darurat, dan ketiga yakni penerapan teknologi dalam proses pemulihan pasca bencana," ucap Riza.
Baca juga: Wapres Jusuf Kalla Ucapkan Duka Cita Atas Gempa Donggala
Gempa berkekuatan 7,7 skala Richter sebelumnya mengguncang Kabupaten Donggala dan Palu, Sulawesi Tengah, pada pukul 17.02. Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa tersebut berada di 0.18 Lintang Selatan dan 119.85 Bujur Timur atau 27 kilometer timur laut Donggala.
Wilayah itu pun dilanda tsunami setinggi kira-kira 1,5-2 meter. Warga yang tinggal di sekitar pantai Talise telah mengungsi ke tempat yang lebih tinggi. Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan sejauh ini daftar korban meninggal sebanyak 384 orang dan kemungkinan besar masih akan terus bertambah.
Baca juga: Kata Ahli Geologi Soal Gempa Donggala Picu Tsunami Palu
Simak kabar terbaru seputar gempa Donggala hanya di kanal Tekno Tempo.co.