Menurut Hammam, Baruna Jaya I juga sebelumnya terlibat dalam pencarian KM Gurita di Sabang pada 1996, pencarian pesawat Adam Air 574 yang hilang pada Januari 2007 di barat laut Makassar dan pencarian kapal feri Baruga di Selat Sunda pada 2013.
Baca : Keluarga Korban Lion Air JT 610 Berharap Ada Mukjizat
Kapal ini juga dilengkapi dengan Side Scan Sonar, mirip dengan Multi Beam Echo Sonar, tapi memiliki jangkauan dan berfungsi untuk melakukan pemetaan yang lebih tajam. Ada juga Megato Meter atau alat deteksi logam, yang digunakan jika hasil tes oleh dua alat sebelumnya menunjukkan indikasi adanya obyek di dasar laut.
Berikutnya Remote Operated Vehicle (ROV), bentuknya kendaraan bawah laut yang dikendalikan dari jarak jauh. Tugasnya menampilkan gambar video secara langsung dari dasar laut. "Dengan alat ini, pencarian sebuah obyek di dasar laut akan lebih cepat dilakukan".
"Baruna Jaya merupakan kapal yang biasa digunakan untuk kegiatan riset batimetri untuk mengukur kedalaman laut dan memetakan struktur bawah laut. Sensor sonar yang dimiliki kapal ini dapat mendeteksi objek hingga kedalaman 2.500 meter," kata Hammam.
Dia menambahkan, kapal canggih BPPT itu baru saja kembali dari perairan Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. Tugasnya melakukan survei batimetri pasca bencana gempa dan tsunami, serta mendalami fenomena likuifaksi yang terjadi.
"BPPT siap menunjukkan kerja pemerintah tanggap bencana dari aspek teknologi. Kami harapkan dukungan kami dapat membantu dengan cepat menemukan kotak hitam dari Lion Air JT 610. Mewakili segenap keluarga besar BPPT, kami juga ucapkan belasungkawa kepada keluarga korban," ujar Hammam.
Simak kabar terbaru tentang Kapal Baruna Jaya I dan jatuhnya pesawat Lion Air JT-610 hanya di kanal Tekno Tempo.co