3. Achmad Hudoyo (peneliti biomedis)
Dr.dr.Achmad Hudoyo, Sp.P(K). istimewa
Peneliti biomedik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Achmad Hudoyo, menciptakan sebuah inovasi deteksi dini kanker paru menggunakan balon karet. Ia mendapatkan inspirasi dari penelitian tentang kemampuan anjing dalam melacak keberadaan kanker paru di dalam tubuh seseorang.
Menurut Achmad, anjing pelacak yang sudah terlatih dapat membedakan napas pasien yang menderita kanker paru dan yang tidak dengan keakuratan mencapai 93 persen. "Ini mengindikasikan bahwa ada suatu zat tertentu yang hanya terdapat pada napas para penderita kanker paru," ujar dia, pada Januari 2018.
Achmad mengembangkan sebuah deteksi dini dengan cara "memerangkap" napas dan embusan pasien terduga kanker paru ke dalam sebuah balon karet. Balon ini kemudian didinginkan dalam lemari es atau direndam dalam air es agar napas dan embusan di dalam balon karet mengalami pendinginan.
Tahap berikutnya, napas dan embusan disemprotkan ke media kertas saring khusus untuk menyimpan DNA. Media inilah yang akan dikirim ke laboratorium biomolekular untuk pemeriksaan lebih lanjut terkait dengan vonis kanker paru. Metode ini, tutur Achmad, memiliki keunggulan karena menggunakan alat yang sederhana dan murah, yaitu balon karet, yang dapat dengan mudah ditemukan di Indonesia. "Tingkat keakuratan metode ini juga di atas 70 persen," tuturnya.
4. Rick Bleszynski (CEO Splend)
Pendiri dan CEO Splend Rick Bleszynski. Sumber: Istimewa
Beberapa waktu lalu beredar luas di media internasional tentang Splend, platform jaringan blockchain dunia. Tidak banyak yang tahu kalau ada orang Indonesia di balik kesuksesan platform Splend. Dia adalah Rick Bleszynski selaku CEO.
"Saya bersyukur beberapa teknologi karya saya dapat memberi kontribusi bagi pengembangan beberapa perusahaan besar IT di Amerika seperti LSI Logic, Intel, Cisco dan lainnya, yang diproduksi secara massal untuk kebutuhan swasta hingga pemerintah Amerika, dan siapapun di dunia yang membutuhkan pengembangan dalam infrastruktur IT," ujar Rick beberapa waktu lalu.
Platform Splend dapat memberikan kemampuan untuk mengatasi masalah seperti skalabilitas, keamanan dan latensi. Jaringan blockchain memasuki kondisi yang sama seperti pada era Internet di tahun 90-an, di mana problem kelambatan, ketidakamanan, dan biaya tinggi menjadi isu penting.
Rick merupakan orang asli Indonesia yang tinggal di Silicon Valley, Amerika, sejak 1978. Dia berkarya di bidang pengembangan teknologi mikroprosesor dan infrastruktur internet selama hampir 30 tahun. Sebelumnya Rick adalah pendiri dan Chairman Bay Microsystems. Dia juga merupakan pendiri dan CTO Softcom Microsystems yang diakuisasi oleh Intel Corporation pada 1999.
Pria berkumis itu juga sempat berkarir sebagai mikroprosesor arsitek di beberapa perusahaan besar IT seperti LSI Logic Corporation dan Velonex Corporation. Karya-karya Rick merupakan terobosan baru di eranya dan memberi kontribusi dalam pencapaian penguasaan pasar yang signifikan, serta keuntungan besar secara finansial. Rick memiliki 8 paten yang terdaftar di Amerika terkait dengan prosesor dan jaringan pita lebar (broadband network). Paten tersebut di antaranya #7,742,405 dan #7,310,348 untuk Network Processor Architecture dan patent #6,311,212 untuk System and Methode for on-chip Storage of Virtual Connection Descriptors.
5. Kristina Sembiring (bidan digital)
Bidan digital dan CEO Medis Online Indonesia (MOI) Kristina Sembiring. Kredit: Istimewa
Kristina Sembiring, seorang yang dikenal sebagai bidan digital, adalah Chief Executive Officer sekaligus pendiri startup digital bernama MOI, aplikasi yang mempertemukan antara pasien dengan bidan atau perawat. MOI kepanjangan dari Medis Online Indonesia, sebuah aplikasi Android untuk membantu warga Indonesia yang membutuhkan layanan kesehatan di rumah atau pendampingan di rumah sakit.
Tenaga kerja MOI adalah bidan dan perawat yang sudah terlisensi dan sudah masuk dalam pusat pelatihan, memiliki kemampuan dan kualitas yang baik. "Tahun 2001 hingga 2004 saya bekerja di rumah sakit TNI Jakarta. Kemudian terbuka di Jakarta pada 2004 hingga 2012," tambah Kristina, pada Agustus 2018. "Pada saat itu saya juga belajar dan menambah ilmu kebidanan dan keperawatan sampai memiliki pelatih nasional bersertifikat ."
Wanita kelahiran Kecamatan Kabanjahe, Kabupaten Karo, Sumatera Utara, itu menggeluti profesi sebagai bidan sejak tahun 2001. Bidan saat ini, kata dia, merupakan profesi yang ijinnya suka dipersulit. Menurut dia, pendidikan di Indonesia juga masih tajam dan rumit.
Sebelum mendirikan MOI, Kristina telah melatih banyak bidan dan perawat di berbagai provinsi di Indonesia. Selain itu, dia juga mendirikan klinik di Medan dan mendirikan Yayasan Emas atau Ernala Muara Asis Semesta, yang bergerak di bidang pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
6. Rolly Edward Priatama Ngantung (CEO Skyegrid)
CEO startup aplikasi cloud game, Skyegrid, Rolly Edward Priatama Ngantung. Kredit: Istimewa
Rolly Edward Priatama Ngantung merupakan CEO startup aplikasi cloud game Skyegrid. Aplikasi Skyegrid dapat memudahkan para gamer untuk bermain game. Dengan aplikasi ini, gamer dapat bermain game dengan menggunakan perangkat apapun dengan syarat bisa terhubung internet. Kecintaannya terhadap game dimulai sejak usia sekolah dasar.
Saat itu, Rolly suka bermain game Atari yang dimainkan di Nintendo. Untuk tumbuh menjadi pelaku industri gaming, ayah satu anak ini bermain PlayStation 1. Game favoritnya adalah Xenogears, Final Fantasy dan Metal Gear Solid. "Sampai akhirnya terlahirlah Skyegrid, yang bisa dibilang masih tahap early stage. Kami yakin sekaligus berharap solusi yang kami bawa ini benar-benar memecahkan masalah yang dialami oleh gamer dan developer," kata Rolly, pada Agustus 2018.
Baca juga: HUT RI ke 73, CEO Skyegrid: Dulu Angkat Senjata, Sekarang Inovasi
Selanjutnya: Hellen Kurniati...