10. Asal manusia cerdas
Lukisan prasejarah Babirusa ("pig-deer") dan stensil tangan di sebuah gua di Sulawesi. Lukisan ini dapat sedikit merubah pengetahuan tentang sejarah seni yang selama ini kita anut. REUTERS/Kinez Riza
Penemuan arkeologi yang dilaporkan tahun ini memperluas ruang lingkup apa yang diketahui para ilmuwan tentang Zaman Batu. Temuan-temuan ini menggerakkan akar perilaku inovatif yang semakin dekat dengan asal-usul genus manusia, Homo.
Contoh No. 1 berasal dari Lembah Olorgesailie Kenya, di mana curah hujan yang berubah-ubah tampaknya menyebabkan gelombang alat kuno dan kemajuan perdagangan. Perubahan iklim yang sering terjadi di Afrika Timur mungkin mendorong penciptaan alat-alat batu jenis baru dan pembentukan jaringan perdagangan sekitar 320.000 tahun yang lalu, kata sebuah tim yang dipimpin oleh paleoantropolog Rick Potts dari Smithsonian Institution di Washington, DC.
Potts berpendapat sejak 1990-an bahwa manusia dan nenek moyang langsung kita berevolusi untuk menangani perubahan lingkungan yang sering terjadi, membuat evolusi manusia menjadi kisah "kelangsungan hidup yang serba bisa”. Itu masih merupakan gagasan kontroversial, tetapi Olorgesailie menemukan dukungan skenario Potts.
Tidak ada fosil Homo yang ditemukan di lokasi Kenya, membuat ID evolusioner pembuat perkakas tidak diketahui. Tetapi waktunya tepat bagi kaum Olorgesailie untuk menjadi Homo sapiens.
Sementara itu, di sebuah gua di pulau Kalimantan, Asia Tenggara, para peneliti menemukan sosok lukisan tertua yang diketahui, yang menggambarkan hewan bertanduk, yang berumur setidaknya 40.000 tahun yang lalu. Bahkan Neandertal terlibat dalam aksi itu, menciptakan seni cadas abstrak di gua-gua Spanyol setidaknya 64.800 tahun yang lalu, satu studi menunjukkan. Setelah digambarkan sebagai sepupu brutal manusia, seni Neandertal menyiratkan bahwa hominid adalah mental manusia yang setara.
Simak artikel lainnya tentang Kaleidoskop 2018 di Tempo.co.
VOX | NATURE | SCIENCE NEWS