TEMPO.CO, Jakarta - Analis dari Bank of America Merrill Lynch menyatakan bahwa Apple menghadapi boikot informal yang berpotensi mengkhawatirkan dari konsumen di Cina dan India, sebagaimana dilaporkan 9to5mac, 7 Januari 2019.
Baca: iPhone XS Max Kurang Laku, Apple Siapkan Seri iPhone 11
Sebuah survei yang dilakukan oleh tim riset ekuitas bank itu, yang dikutip oleh Bloomberg, menunjukkan minat pengguna untuk meng-upgrade iPhone berkurang, dengan sebagian besar beralih ke produk Samsung atau Huawei.
Perusahaan itu menyatakan bahwa peningkatan pembicaraan ketegangan perdagangan tidak membantu situasi, dengan Apple berpotensi jatuh sebagai korban terbesar.
Para analis menghubungkan masalah ini dengan tiga masalah utama, yaitu kekhawatiran perang dagang telah melemahkan pasar ekuitas AS dan kekhawatiran berdampak keras bagi Cina.
Selain itu, perang dagang cenderung melemahkan yuan, membuat berbagai produk AS kurang kompetitif. Sementara boikot informal produk-produk AS menambah defisit perdagangan AS-Cina.
Dengan perang perdagangan AS dan Cina tidak menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, diklaim bahwa "limpahan dari politik" ke dalam penjualan ponsel pintar sangat tinggi. Ini telah membuat perusahaan lokal mendorong konsumen untuk menjauh dari merek asing, suatu langkah yang, menurut laporan itu, telah mengarah pada apa yang disebut "boikot informal" produk-produk AS.
Menggunakan data IDC, Bloomberg secara visual menunjukkan tantangan Apple yang berkembang di luar negeri, karena mereka telah beralih dari nomor 2 di Cina menjadi nomor 3 dalam hal unit yang terjual.
Dengan Xiaomi yang naik dengan cepat dan tantangan Apple yang meningkat, tampaknya masuk akal untuk berpikir Apple bisa jatuh dari 3 teratas di Cina jika perubahan drastis tidak segera terlihat.
Baru-baru ini, laporan Wall Street Journal menyebutkan bagaimana iPhone XR menjadi ponsel Apple. yang kurang berhasil. Selain itu, pemasok Apple telah melihat penurunan besar dalam penjualan, diduga karena permintaan Cina yang lemah.
9TO5MAC | PHONE ARENA | WSJ