TEMPO.CO, Jakarta - Putusnya hubungan kerja dengan karyawan adalah bagian dari realita bisnis. Namun, beberapa kasus bisa jadi menyakitkan, selain membuat para manajer resah, mantan karyawan yang merasa tidak puas juga dapat menyebabkan kerugian reputasi dan keuangan saat mencoba menyelesaikan masalah.
Baca: Tips Penting untuk Perusahaan Agar Karyawan Tidak Resign
Kasperksy Lab dalam laporannya, akhir pekan lalu, menjelaskan bahwa perusahaan keamanan siber itu mencoba melihat apa yang dapat menyebabkan timbulnya kebencian dan bagaimana cara untuk menghindari cyber revenge alias pembalasan serangan siber.
Contohnya dari American College of Education online. Manajemen di sana tidak cocok dengan Triano Williams sebagai sistem administrator untuk perusahaan dari jarak jauh. Pada 2016, dia mengajukan keluhan diskriminasi rasial terhadap organisasi. Tak lama kemudian, dia ditawari relokasi ke Indianapolis untuk bekerja di kantor setempat.
Williams menolak, karena teleworking adalah salah satu syarat utamanya, akibatnya dia diberhentikan. Meskipun menerima paket pesangon, tapi pakar TI itu tidak puas. Dia menyimpulkan bahwa keseluruhan cerita relokasi dibuat karena keluhan yang disampaikan.
Untuk membalas dendam, dia mengubah kata sandi akun Google kampus itu, yang membuat mantan rekannya tidak bisa mengakses email dan mempelajari materi untuk lebih dari 2.000 siswa. Williams berargumen bahwa kata sandi itu secara otomatis disimpan di laptop kerjanya, yang dikembalikan tak lama setelah dipecat.
Namun, menurut pihak kampus, mantan administrator ini sudah menghapus perangkat sebelum mengembalikannya. Pihak kampus akhirnya meminta Google mengembalikan akses ke akun terkait, tapi ternyata profilnya terdaftar di akun pribadi Williams, bukan perusahaan.
Di lain sisi, pengacara William mengisyaratkan bahwa kliennya mungkin dapat mengingat kata sandi yang hilang dengan imbalan US$ 200 ribu dan rekomendasi positif dari perusahaan. Contoh lainnya, Richard Neale, seorang pendiri dan mantan direktur TI perusahaan keamanan informasi Esselar.
Neale meninggalkan perusahaan dengan cara buruk, dan menghabiskan enam bulan untuk rencana pembalasan kepada kantornya. Untuk mendiskreditkan mantan koleganya, dia menunggu hari ketika Esselar dijadwalkan mengadakan pameran mengenai layanannya kepada klien besar, perusahaan asuransi Aviva.
Menjelang presentasi, Neale meretas ponsel dari sekitar 900 karyawan Aviva dan menghapus semua informasi dari perangkat. Setelah kejadian itu, Aviva memutuskan hubungan dengan Esselar dan menuntut ganti rugi sebesar 70.000 Pound Sterling. Total kerugian reputasi dan potensi kerugian diperkirakan 500.000 Pound Sterling akibat mantan mitra Neale.
Menurut perusahaan itu, tindakan Neale sangat merusak, sehingga Esselar akhirnya berupaya untuk mengubah citra. Kasus lainnya juga datang dari Mary Lupe Cooley, seorang asisten direktur di sebuah firma arsitektur. Cooley menghapus data proyek tujuh tahun ke belakang, dan menyebabkan kerusakan yang diperkirakan mencapai US$ 2,5 juta.
Simak artikel lainnya tentang cyber revenge dari mantan karyawan di kanal Tekno Tempo.co.