Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ragam Kisah Raden Fatahillah; Disebut Yahudi sampai Habib

image-gnews
Manekin Pangeran Fatahillah di Museum Bahari, Jakarta, Senin (29/04). Manekin tokoh pelayaran yang akan ditampilkan dalam kisah 'Senja Di Sunda Kelapa' saat ini masih dalam tahap penyelesaian. (TEMPO/Yosep Arkian)
Manekin Pangeran Fatahillah di Museum Bahari, Jakarta, Senin (29/04). Manekin tokoh pelayaran yang akan ditampilkan dalam kisah 'Senja Di Sunda Kelapa' saat ini masih dalam tahap penyelesaian. (TEMPO/Yosep Arkian)
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta- Sejarah Raden Fatahillah kembali diperbincangan setelah Budayawan Betawi Ridwan Saidi menyebutkan bahwa Fatahillah adalah seorang keturunan Yahudi. Babe Ridwan, sapaan Ridwan Saidi menyampaikan pernyataan tersebut dalam video yang diunggah akun YouTube bernama Macan Idealis.

Dalam video berdurasi 15 menit 52 detik itu Babe Ridwan menceritakan secara kroronogis mengenai Raden Fatahillah. Namun, kisah Fatahillah versi Babe Ridwan bukanlah satu-satunya, ada beberapa kisah yang berbeda tentang Fatahillah. Berikut detailnya:

1. Raden Fatahillah seorang Yahudi

Menurut Babe Ridwan, Fatahillah merupakan rombongan Yahudi, yang kabur, hanya membawa teman sekitar selusin pada 1540. Fatahillah masuk ke Sunda Kelapa, yang sedang dalam pembangunan menjadi kota baru.

"Di sana ada kontingen tentara Bugis, Lombok di samping tentara Sunda Kelapa. Maka dia mau menyerang siapa, kekuatannya tidak seberapa, akhirnya dia membakar Pasar Pisang di Jalan Kunir sekarang, bekas yang dibakar itu masih bersisa tidak dibangun apa-apa," ujar Babe Ridwan kepada Tempo baru-baru ini.

Itu yang membuat Fatahillah dijuluki Falatehan. Falatehan, menurut Babe Ridwan, bukan dari bahasa Portugis, tapi dari bahasa Armenia yang menyerap ke bahasa Sunda. Artinya adalah penyulut api, Fatahillah tidak ketahuan mati di mana, karena dikepung oleh orang-orang Betawi dan dipukuli.

Pernyataan Ridwan soal Raden Fatahillah itu ditanggapi oleh Arkeolog Universitas Indonesia Agus Aris Munandar.

"Kalau Raden Fatahillah, bagi saya sih mengikuti Mang Ayat, Prof. Ayat Rohaedi, dia bilang seorang ahli itu boleh ngomong apa saja asal ada data. Kalau tidak ada ya, pertama dia bukan ahli kedua dia pengarang itu saja. Ada datanya tidak sumbernya dari mana," ujar Agus Aris Munandar.

2. Raden Fatahillah mengusir Portugis

Dalam pelajaran sejarah selama ini, Raden Fatahillah adalah tokoh yang dikenal telah mengusir Portugis dari pelabuhan perdagangan Sunda Kelapa. Dia memberi nama daerah itu Jayakarta yang berarti Kota Kemenangan, dan kini menjadi kota Jakarta.

Berdasarkan buku berjudul "Pangeran Jayakarta: Perintis Jakarta Lewat Sejarah Sunda Kelapa" karya Ade Soekarno SSP, kemenangan gemilang Fatahillah pada 1527 menghapus nama Sunda Kelapa yang telah lebih dari 300 tahun berhasil dimonopoli Portugis bersama Kerajaan Pajajaran sebagai penguasa tunggal.

Julukan Jayakarta yang diberikan Fatahillah cukup tepat, pasalnya Sunda Kelapa merupakan pelabuhan terkaya yang pernah ada. Pelabuhan itu dikenal cukup mewah dan paling ramai dikunjungi pedagang Malaka, Timur Tengah, bahkan pedagang Cina banyak yang membeli budak di pelabuhan tersebut.

3. Raden Fatahillah dari Aceh Utara

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sejarawan Belanda HJ de Graaf menyebutkan bahwa Raden Fatahillah berasal dari Pasai, Aceh Utara, yang kemudian ke Mekah ketika daerah tersebut dikuasai Portugis. Fatahillah lalu ke Demak, pada masa pemerintahan Sultan Trenggono.

Kepala Divisi Pengkajian dan Pendidikan Jakarta Islamic Centre (JIC).Rakhmad Zailani Kiki, dalam tulisannya di laman Nu.or.id, Fatahillah adalah nasab seorang syarif Hadhramaut atau biasa disebut habib. 

Ahli sejarah Abu Bakar al-Mascati dalam disertasi berjudul "Ketika Pasai menaklukkan Majapahit" menyebutkan bahwa Fatahillah dilahirkan di Pasai pada tahun 1471 M. Dia lahir dengan nama Maulana Fadhillah. Gelar Maulana diperoleh karena ia masih keturunan Nabi Muhammad  (dari golongan Sayyid atau Syarif atau Habib).

Menurut Saleh Danasasmita, sesorang sejarawan Sunda yang menulis sejarah Pajajaran, dalam bab Surawisesa, Fatahillah adalah Putra Mahdar Ibrahim bin Abdul Ghofuro.

"Tulisan sejarawan Saleh Danasasmita ini bersesuaian dengan Kitab Sejarah Melayu  Sulalatus Salatin karya Tun Sri Lanang, bersesuaian pula dengan catatan para keturunan Shekh Jumadil Kubro,  baik yang di Malaysia, Cirebon, Banten dan Palembang yang catatan-catatan tersebut juga telah diakui oleh Rabithah Fatimiyyah/Nakabah Azmatkhan sehingga tidak perlu diragukan lagi keabsahannya," tulis Rakhmad Zailani Kiki.

4. Raden Fatahillah bukan Sunan Gunung Jati

Dalam buku berjudul "Cirebon Falsafah, Tradisi dan Adat Budaya",  Mohammed Sugianto Prawiraredja menuliskan bahwa ketidaktepatan menganalisis sumber sejarah menyebabkam disinformasi fatal. Salah satunya, kesimpulan dari Hoesein Djajadiningrat tentang tokoh Falatehan atau Fatahillah dalam Sejarah Banten yang dinyatakan identik dengan Sunan Gunung Jati.

Kesimpulan tersebut membuat tersebarnya informasi kontroversial bahwa Sunan Gunung Jati adalah Fatahillah, tokoh dari Pasai yang mengabdi kepada Sultan Trenggana. Kemudian menjadi tokoh pendiri Jayakarta (Jakarta).

Sedangkan faktanya makam kedua tokoh Islam tersebut, Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah dan Fatahillah terletak berdampingan di komplek pemakaman Astana Gunung Sembung, Desa Astana, Cirebon. Kkedua tokoh itu juga masa hidupnya berbeda. Sunan Gunung Jati hidup sejaman dan berbesanan dengan penguasa Demak Raden Patah.

Sementara Fatahillah hidup di zaman pemerintahan Sultan Trenggana, putera Raden Patah. Benang merahnya adalah, puteri Sunan Gunung Jati, Ratu Wulung Ayu yang menikah dengan Pangeran Sabrang Lor (Adipati Yunus atau Pati Unus, kakak Pangeran Trenggana), setelah Yunus wafat, menikah lagi dengan Fadhilah Khan.

Sehingga, Fadhilah Khan adalan menantu Sunan Gunung Jati. Dalam sejarah Indonesia baku disebutkan bahwa Fadhilah Khan (Raden Fatahillah) adalah menantu Sultan Trenggana, yang merupakan adik Pangeran Sabrang Lor atau Pati Unus.

NU.OR.ID | CIREBON FALSAFAH, TRADISI DAN ADAT BUDAYA | KETIKA PASAI MENAKLUKAN MAJAPAHIT

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Mengenang Perjalanan Hidup Ridwan Saidi

26 Desember 2022

Ridwan Saidi saat melakukan Orasi Budaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 22 Mei 2015. Dalam orasinya, Budayawann Betawi tersebut mengkritisi kekisruhan antara Menpora dengan PSSI. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Mengenang Perjalanan Hidup Ridwan Saidi

Budayawan Betawi Ridwan Saidi tutup usia pada Minggu, 25 Desember 2022


Ridwan Saidi Dimakamkan di TPU Karet Bivak, Satu Area dengan Benyamin Sueb, Fatmawati dan Chairil Anwar

26 Desember 2022

Ridwan Saidi saat melakukan Orasi Budaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 22 Mei 2015. Dalam orasinya, Budayawann Betawi tersebut mengkritisi kekisruhan antara Menpora dengan PSSI. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Ridwan Saidi Dimakamkan di TPU Karet Bivak, Satu Area dengan Benyamin Sueb, Fatmawati dan Chairil Anwar

Budayawan Betawi Ridwan Saidi dimakamkan di TPU Karet Bivak. Satu area makam tokoh lainnya seperti Benyamin Sueb, Fatmawati, dan Chairil Anwar.


Layat Ridwan Saidi, Heru Budi Hartono Janji Lestarikan Budaya Betawi

25 Desember 2022

Budayawan Betawi Ridwan Saidi saat melakukan Orasi Budaya di areal Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Selatan, 22 Mei 2015. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Layat Ridwan Saidi, Heru Budi Hartono Janji Lestarikan Budaya Betawi

Penjabat Gubernur DKI Heru Budi Hartono berkomitmen melanjutkan gagasan Almarhum Ridwan Saidi terkait pelestarian budaya Betawi.


Ridwan Saidi Meninggal, Anis Matta: Terima Kasih Atas Usahamu Menjaga Demokrasi Kita

25 Desember 2022

Mantan politisi dan budayawan Betawi Ridwan Saidi (tengah) terlihat dalam acara Halal Bihalal Jokowi-Ahok yang berlangsung di posko kemenangan Jokowi Jl. Borobudur nomor 22, Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (25/8). TEMPO/Dhemas Reviyanto
Ridwan Saidi Meninggal, Anis Matta: Terima Kasih Atas Usahamu Menjaga Demokrasi Kita

Budayawan Betawi Ridwan Saidi tutup usia hari ini, Minggu, 25 Desember 2022.


Budayawan Betawi Ridwan Saidi Meninggal

25 Desember 2022

Ridwan Saidi saat melakukan Orasi Budaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 22 Mei 2015. Dalam orasinya, Budayawann Betawi tersebut mengkritisi kekisruhan antara Menpora dengan PSSI. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Budayawan Betawi Ridwan Saidi Meninggal

Budayawan Betawi, Ridwan Saidi meninggal pada Ahad, 25 Desember 2022.


Ridwan Saidi Sarankan Heru Budi Hartono Komunikasi dengan Tokoh Betawi

11 Oktober 2022

Ridwan Saidi saat melakukan Orasi Budaya di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, 22 Mei 2015. Dalam orasinya, Budayawann Betawi tersebut mengkritisi kekisruhan antara Menpora dengan PSSI. TEMPO/Dhemas Reviyanto
Ridwan Saidi Sarankan Heru Budi Hartono Komunikasi dengan Tokoh Betawi

Budayawan Betawi Ridwan Saidi dan anggota DPD asal Jakarta Sylviana Murni tidak memasalahkan Heru Budi Hartono jadi Pj Gubernur DKI Jakarta.


Ridwan Saidi Sesalkan Larangan Pengamen Ondel-ondel

10 Februari 2020

Gilang Ronaldo, 11 tahun, baju merah, bersama Malik Ahmad Ramadan (15) alias Madun, dan Martin Nurohim (25) alias Katek, saat ditemui sebelum memulai perjalanan nandak atau mengamen ondel-ondel pada Januari 2019. TEMPO/IMAM HAMDI
Ridwan Saidi Sesalkan Larangan Pengamen Ondel-ondel

Budayawan Ridwan Saidi menilai Pemprov DKI Jakarta hanya perlu mengatur pengamen ondel-ondel bukan melarang.


Ahli Sejarah Diskusi Soal Raden Fatahillah tanpa Ridwan Saidi

7 September 2019

Manekin Pangeran Fatahillah di Museum Bahari, Jakarta, Senin (29/04). Manekin tokoh pelayaran yang akan ditampilkan dalam kisah 'Senja Di Sunda Kelapa' saat ini masih dalam tahap penyelesaian. (TEMPO/Yosep Arkian)
Ahli Sejarah Diskusi Soal Raden Fatahillah tanpa Ridwan Saidi

Ahli sejarah menggelar Focus Group Discussion terkait sejarah Raden Fatah atau Raden Fatahillah dan Sultan Trenggana.


Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Demo Raden Fatahillah Yahudi

5 September 2019

Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia berdama Warga Demak melakukan aksi terkait pernyataan Ridwan Saidi yang menyebutkan Raden Fatahillah dan Sultan Trenggono adalah seorang Yahudi. Aksi dilakukan di Alun-alun Demak, Rabu, 4 September 2019. (Dok. Istimewa)
Top 3 Tekno Berita Hari Ini: Demo Raden Fatahillah Yahudi

TEMPO.CO, Jakarta- Top 3 Tekno berita hari ini dimulai dari topik tentang Fatahillah Yahudi. Warga Demak melakukan aksi memprotes pernyataan Budayawan Betawi Ridwan Saidi yang menyatakan bahwa Raden Fatahillah seorang Yahudi. Aksi tersebut digelar sore ini pukul 15.30 WIB, Rabu, 4 September 2019 di Alun-alun Demak.


Asal-Usulnya Jadi Polemik, Siapa Sebenarnya Raden Fatahillah?

5 September 2019

Manekin Pangeran Fatahillah di Museum Bahari, Jakarta, Senin (29/04). Manekin tokoh pelayaran yang akan ditampilkan dalam kisah 'Senja Di Sunda Kelapa' saat ini masih dalam tahap penyelesaian. (TEMPO/Yosep Arkian)
Asal-Usulnya Jadi Polemik, Siapa Sebenarnya Raden Fatahillah?

Beberapa ahli punya pendapat berbeda tentang asal-usul Raden Fatahillah, yang oleh Ridwan Saidi disebut berasal dari Yahudi.