TEMPO.CO, Jakarta - Akhir pekan ini jika langit cerah akan disuguhi dengan pemandangan bulan purnama yang mengesankan atau biasa disebut Full Hunter's Moon. Bulan akan tampak oranye, jauh lebih besar dari biasanya di cakrawala.
Full Hunter's Moon akan naik pada Ahad,13 Oktober 2019 setelah matahari terbenam, demikian dikutip dari Wmur, baru-baru ini. Efeknya dikenal sebagai ilusi bulan, yang membuatnya tampak lebih besar di dekat cakrawala daripada ketika tinggi di langit.
Bulan purnama di dekat cakrawala juga sering tampak merah, oranye atau kuning karena akan terlihat lebih banyak dari atmosfer ketika dalam posisi rendah. Saat terbit, Bulan akan memiliki karakteristik warna putih keperakan.
Karena waktu tahun ini dekat dengan titik balik, Bulan akan naik saat Matahari terbenam dan menjelang Matahari terbit, sehingga pengamat Bulan dapat melihatnya melintasi langit sepanjang malam. Istilah Hunter]s Moon adalah nama yang diberikan untuk Bulan purnama pertama setelah Harvest Moon, purnama ke titik balik musim gugur.
Setiap malam cerah di hari-hari menjelang Bulan purnama akan menjadi waktu yang tepat untuk memeriksa hujan meteor pertama di musim gugur. Hujan meteor Draconid aktif terjadi Kamis malam, sementara Southern Taurid dapat dilihat Jumat hingga akhir pekan.
Draconids biasanya tidak menghasilkan banyak meteor, tapi tidak seperti banyak hujan meteor, waktu terbaik untuk melihatnya adalah awal malam. Nanti setiap malam, Southern Taurid bisa memajang. Bulan yang cerah akan membersihkan meteor yang lebih redup, tapi Southern Taurids cenderung menghasilkan beberapa bola api cerah, meteor yang jauh lebih terang daripada bintang jatuh yang khas.
Jika langit tetap mendung pekan ini, jangan khawatir. Karena bisa menyaksikan hujan meteor Orionid, yang memuncak pada pagi hari 22 Oktober. Meteor yang cepat dan samar ini disebabkan oleh puing-puing Komet Halley, dan pancuran biasanya menghasilkan 10 hingga 20 meteor per jam.
WMUR | WTHR | INTERNATIONAL METEOR ORGANIZATION | AMERICAN METEOR SOCIETY