TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintahan Trump hari Jumat, 31 Januari 2020, mengumumkan terkait virus corona bahwa mereka akan sementara waktu melarang warga negara asing yang telah melakukan perjalanan ke Cina dalam 14 hari terakhir, dengan pengecualian penduduk tetap dan anggota keluarga langsung warga negara Amerika.
Orang-orang dengan perkecualian, bersama dengan warga negara AS, akan dikenakan karantina 14 hari wajib jika mereka memasuki negara itu setelah melakukan perjalanan ke provinsi Hubei di Tiongkok, tempat wabah diduga berasal.
Wisatawan dalam kategori ini yang kembali dari bagian lain Cina akan menerima pemeriksaan kesehatan yang ditingkatkan dan harus bekerja sama dengan dua minggu "pemantauan dan karantina sendiri," menurut The New York Times.
Pada hari Kamis, Organisasi Kesehatan Dunia mendeklarasikan virus corona baru yang menyebar dari Cina sebagai darurat kesehatan global. Tetapi bahkan dengan keprihatinan serius terhadap penyakit ini, yang telah melonjak hingga hampir 10.000 kasus di Cina dan muncul dalam jumlah yang lebih kecil di 19 negara lain, WHO sangat menyarankan agar tidak membatasi perjalanan dan perdagangan internasional.
“WHO tidak merekomendasikan pembatasan perdagangan dan pergerakan,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus. “Pembatasan perjalanan dapat menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan dengan menghalangi berbagi informasi dan rantai pasokan medis, dan merusak ekonomi. Kami mendesak negara dan perusahaan untuk membuat keputusan yang konsisten dan berbasis bukti. ”
Terlepas dari saran itu, pada hari Kamis Departemen Luar Negeri AS menyarankan orang Amerika untuk tidak bepergian ke Cina. Delta, American, dan United Airlines juga untuk sementara menghentikan penerbangan mereka antara Amerika Serikat dan Cina daratan, menyusul gugatan hukum yang diajukan oleh Asosiasi Pilot pada hari Kamis dengan alasan bahwa penerbangan semacam itu menimbulkan risiko yang tidak dapat diterima oleh kru. Departemen Luar Negeri dilaporkan bekerja untuk menemukan pengaturan bagi warga negara yang masih terjebak di Tiongkok.
Pakar kesehatan masyarakat mengatakan kepada STAT pada hari Jumat bahwa, sementara larangan bepergian mungkin terdengar seperti akal sehat untuk mengusir patogen, mereka sebenarnya bisa menjadi kontraproduktif karena gangguan sosial, ketakutan, dan konsekuensi ekonomi untuk negara-negara yang terkena dampak.
"Mengadopsi pembatasan ini merusak pendekatan kooperatif yang kita butuhkan untuk menanggapi wabah semacam ini, khususnya dengan merusak otoritas WHO, yang telah merekomendasikan terhadap pembatasan ini," Catherine Worsnop, yang mempelajari kerja sama internasional selama keadaan darurat kesehatan global di Universitas Maryland, kepada STAT.
Larangan warga negara asing tertentu juga dapat berfungsi untuk memvalidasi insiden xenofobia yang terkait dengan 2019-nCoV, yang sudah meningkat, dan dapat mencegah pemerintah bersikap terbuka tentang tingkat infeksi mereka karena takut akan pembalasan internasional.
POPULAR SCIENCE | NEW YORK TIMES