TEMPO.CO, Jakarta - Pendapatan perusahaan teknologi Huawei tumbuh sebesar 19,1 persen tahun lalu menjadi sekitar US$ 121 miliar. Namun, produsen smartphone itu mengakui mengalami kesulitan memasarkan smartphone setelah Amerika Serikat, khususnya Google, membatasi kemampuan Huawei untuk berbisnis.
"Bisnis konsumen telah menjadi utama bagi pertumbuhan kami," kata Vincent Pang, President Huawei untuk bisnis di Eropa Tengah, seperti dilansir laman The Verge, Selasa, 31 Maret 2020. Dia menambahkan, "(tahun) 2019 adalah tantangan besar bagi perusahaan."
Larangan dagang dari Amerika dimulai pada Mei tahun lalu. Huawei tidak dapat memperoleh komponen dan perangkat lunak dari perusahaan teknologi atau menjual produknya di Amerika. Hal itu telah memangkas pasar yang penting dan melukai kemampuan Huawei untuk bersaing di luar Cina.
Google Vs Huawei
Huawei, misalnya, tidak dapat membeli prosesor terbaru dari Intel, dan ponsel andalan seperti P40 dan Mate 30 Pro tidak dapat menawarkan aplikasi Google atau toko aplikasi Google, yang menjadikannya nonstarter bagi banyak pelanggan.
Huawei juga mengatakan pertumbuhan dalam bisnis perusahaan, seperti server, yang mengandalkan chip Intel, dan analisis data besar, yang bergantung pada server-server itu, dirugikan oleh larangan tersebut.
Meskipun larangan dagang belum berlaku penuh, Huawei masih memperhitungkannya menjadi hambatan untuk masa mendatang. "Itu memberi kami kesulitan yang cukup besar dalam meningkatkan penjualan smartphone," kata Pang.
THE VERGE | ANDROID POLICE