TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Indonesia turut berpartisipasi dalam riset gabungan uji klinis mencari obat untuk COVID-19. Riset bertajuk Solidarity Trial itu diikuti oleh peneliti di seluruh dunia di bawah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan, Siswanto, mengungkap itu dalam keterangan tertulis, Selasa 31 Maret 2020. Menurutnya, awalnya Indonesia sudah turut serta dalam penelitian bersama untuk pengujian satu jenis obat namun kemudian menyatakan siap berpartisipasi pada riset untuk empat alternatif terapi obat sekaligus.
“Melalui partisipasi aktif ini diharapkan dapat segera ditemukan alternatif terbaik dalam perawatan pasien COVID-19 di Indonesia," kata Siswanto sambil menambahkan, lebih dari 45 negara lainnya juga berpartisipasi pada riset tersebut.
Perwakilan WHO untuk Indonesia, Navaratnasamy Paranietharan, menyambut baik kesediaan Indonesia. Itu dinilainya akan menjadi kontribusi penting Indonesia dalam upaya global mempercepat penemuan obat yang efektif dalam penanganan COVID-19.
Solidarity Trial merupakan program WHO untuk melakukan uji klinis terhadap empat terapi obat alternatif: remdesivir, gabungan lopinavir atau ritonavir, gabungan lopinavir atau ritonavir ditambah interferon (ß1b), dan chloroquine.
Riset dilaksanakan untuk mendapatkan bukti klinis yang lebih kuat dan valid terhadap efektifitas dan keamanan terbaik obat-obatan itu bagi pasien COVID-19. Penelitian bersama ini didesain secara khusus untuk mempersingkat waktu yang diperlukan untuk menghasilkan bukti yang kuat terhadap empat alternatif terapi tersebut tanpa mengesampingkan prinsip-prinsip Cara Uji Klinis yang Baik/Good Clinical Practice (CUKB/GCP).
Untuk memastikan bahwa pelaksanaan Solidarity Trial di Indonesia dilakukan sesuai standar, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan secara langsung terlibat dalam mengkoordinasikan pelaksanaan riset ini.
Hingga saat ini telah terkonfirmasi sebanyak 1528 kasus positif infeksi COVID-19 di Indonesia. Dari jumlah itu, 136 meninggal dan baru 81 yang sembuh kembali.