TEMPO.CO, Jakarta - Para ilmuwan dari National Institutes of Health (NIH) melakukan pengujian kandidat vaksin yang disebut ChAdOx1 untuk virus corona baru COVID-19. Vaksin tersebut sebelumnya dalam pengujian berhasil melindungi dua kelompok kera rhesus dari penyakit yang disebabkan oleh virus corona syndrome pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV).
MERS-CoV adalah kerabat dari sindrom pernafasan akut parah virus corona 2 (SARS-CoV-2), yang menyebabkan penyakit COVID-19. Kasus MERS-CoV pertama kali dilaporkan di Arab Saudi pada 2012. Unta terinfeksi virus itu dan kemungkinan menularkannya kepada manusia, demikian dikutip laman, Fox News, 18 April 2020.
MERS-CoV menyebabkan infeksi pada jaringan dan kantung udara di paru-paru atau pneumonia di antara orang yang terinfeksi. Hingga Januari 2020, Organisasi Kesehatan Dunia telah menerima laporan 2.519 kasus MERS-CoV dan 866 kematian di 27 negara.
Dalam studi kera itu, satu kelompok divaksinasi 28 hari sebelum infeksi, kelompok kedua menerima dua vaksinasi-- sebagai strategi penunjang utama--56 dan 28 hari sebelum infeksi. Kelompok ketiga berfungsi sebagai kontrol. Para ilmuwan melaporkan, tidak ada satu pun hewan dalam kelompok satu dan dua yang mengembangkan tanda-tanda penyakit MERS-CoV.
Kelompok kedua jelas memiliki lebih sedikit virus di jaringan paru-paru dibandingkan dengan kelompok kontrol dan tidak ada bukti virus yang bereplikasi, juga hanya menunjukkan lebih sedikit virus dalam jaringan dibandingkan kelompok kontrol. Kedua kelompok perlakuan tidak menunjukkan kerusakan paru-paru dan dilindungi dari penyakit, tidak seperti kelompok kontrol.
Pada studi kera MERS-CoV, para ilmuwan mengikuti studi sebelumnya dari vaksin eksperimental pada tikus. Mereka juga berhasil menguji vaksin terhadap virus Nipah pada hamster dan virus Lassa pada marmut, dan mereka selanjutnya berencana mempercepat pengujian kandidat vaksin terhadap SARS-CoV-2, yang hingga hari ini telah menginfeksi lebih dari 2,2 juta orang dengan 151 ribu lebih meninggal dunia di berbagai negara.
Para ilmuwan dari Institut Nasional Alergi dan Penyakit Menular (NIAID) di NIH, Rocky Mountain Laboratories di Hamilton, telah bekerja sama dengan University of Oxford di Inggris, dan peneliti di University of Oxford Jenner Institute untuk mengembangkan teknologi vaksin ChAdOx1.
NATIONAL INSTITUTE OF HEALTH | FOX NEWS