Ari lebih memperingatkan efek samping dari penggunaan yang jangka panjang. Dia menyebut moon face (wajah bengkak seperti bulan), peningkatan kadar gula darah dan tekanan darah, tulang keropos (osteoporosis), daya tahan tubuh menjadi turun sehingga rentan terhadap infeksi. "Interaksi obat juga bisa meningkatkan efek samping pada pasien yang sudah mempunyai riwayat sakit maag sebelumnya," kata dia.
Ari berpesan, masyarakat harus bijak dalam mendengar dan membaca informasi seputar hasil penelitian obat dexamethasone ini. “Obat ini terbukti efektif untuk mengurangi risiko kematian pada pasien Covid-19, tapi obat ini mempunyai catatan efek samping yang panjang sehingga harus digunakan sesuai petunjuk dokter,” kata Ari.
Peringatan Ari senada dengan yang sebelumnya disampaikan kepala ilmuwan di organisasi kesehatan dunia (WHO), Soumya Swaminathan. Dia mengingatkan kalau dexamethasone tidak seharusnya digunakan orang-orang yang terinfeksi virus corona Covid-19 ringan atau tidak parah.
Menurutnya, sangat jelas bahwa obat yang bekerja mengurangi peradangan dengan cara menekan respons alami dari sistem kekebalan tubuh itu tidak berpengaruh jika diberikan kepada mereka yang paru-parunya tidak rusak. Mengasup dexamethasone, yang adalah kelompok corticosteroid, secara serampangan disebutkannya malah bisa memperburuk infeksi.
“Ini sebabnya sangat penting obat ini diresepkan dokter dan itupun seharusnya hanya diberikan untuk pasien dirawat di rumah sakit,” kata Soumya menuturkan.