"Saya malah akan terkejut kalau yang apa yang ditemukan itu adalah error," katanya sambil menambahkan, "Tapi Anda tidak bisa yakin absolut sampai data telah dipelajari seluruhnya.
Para peneliti belum mengetahui seperti apa umumnya re-infeksi virus corona Covid-19 terjadi. Belum jelas pula apakah pria itu atau setiap orang yang terinfeksi kembali akan bisa menulari orang lain. "Jika orang bisa terinfeksi lagi tapi mereka tidak sampai menimbulkan gejala dan mereka tidak membuat orang lain terinfeksi, itu tentu tidak akan menjadi masalah," kata Houldcroft.
Tapi yang jelas temuan itu menguatkan peringatan kalau orang-orang yang pernah terbukti positif Covid-19 tidak lalu menjadi kebal terhadap virus corona. "Hanya karena Anda pernah terinfeksi, yang tetap saja jadi bagian relatif kecil dari masyarakat, Anda secara teori bisa tertular lagi," kata Griffin.
Sedang Houldcroft menerangkan bahwa dua turunan virus tidak akan dianggap sebagai dua jenis virus yang berbeda. Sementara kedua virus memiliki perbedaan genetik, ini belum jelas apakah mereka menjadi berbeda dalam perilaku atau dalam menyerang.
Sejauh ini bahkan sudah ada lebih dari 100 jenis turunan virus corona Covid-19 yang telah teridentifikasi dari berbagai sampel di seluruh dunia tapi belum diketahui apakah ada lebih dari satu jenis yang eksis.
Baca juga:
'Main-main' Berbahaya Pilot Pesawat Tempur Rusia atas Amerika
"Kami belum tahu apakah perbedaan itu penting untuk bagaimana tubuh mengenali mereka secara imunologis atau bagaimana tubuh memerangi mereka," kata Houldcroft.
Kelvin Kai-Wang To dari Universitas Hong Kong, ketua tim studi, mengatakan bahwa setidaknya kasus ini mengajarkan bahkan orang yang telah sembuh dari infeksi juga harus juga mendapatkan vaksinasi jika vaksin sudah tersedia. "Selain tetap mengikuti panduan makai masker dan jaga jarak sosial," kata dia.
NEW SCIENTIST