TEMPO.CO, Jakarta - Microsoft akhirnya mengangkat kapsul data center (pusat data) yang ditenggelamkan di bawah laut dua tahun lalu.
Melansir laman resmi Microsoft, pada Selasa, 15 September 2020, pengangkatan tersebut merupakan fase akhir dari eksperimen pusat penyimpanan data bawah laut selama dua tahun ke belakang.
Tim Project Natick yang menjalani percobaan tersebut menilai penyimpanan pusat data bawah laut lebih andal dan hemat energi ketimbang di darat.
Berdasarkan temuan pertama yang sudah didapat, tingkat kegagalan dari server bawah laut lebih rendah ketimbang server konvensional di darat.
“Tingkat kegagalan server di air hanya seperdelapan dari tingkat kegagalan di darat,” ujar pimpinan Project Natick, Ben Cutler, dikutip dari laman Microsoft.
Menurut Cutler, kapsul tertutup yang disimpan di bawah laut lebih efektif untuk perawatan pusat penyimpanan data. Di darat, banyak kendala yang berpotensi menyebabkan kerusakan pusat data, seperti korosi akibat oksigen dan kelembapan, fluktuasi suhu, serta benturan oleh manusia. Sedangkan di laut, semua kendala tersebut tidak ada.
Temuan tersebut sejalan dengan ide awal eksperimen yang tidak lain untuk menghemat biaya pendinginan server. Suhu dingin bawah laut diyakini mampu membuat server tidak cepat panas sehingga bisa menekan biaya perawatan.
Melansir BBC, setelah pengangkatan kapsul pusat datanya, Microsoft akan meneliti lebih dalam mengenai penyimpanan data bawah laut tersebut. Bukan tidak mungkin eksperimen itu akan menjadi produk yang bersifat komersil, mengingat kebutuhan pusat data yang semakin besar.
Konsultan industri pusat data, David Ross, mengatakan, penenggelaman pusat data ke dasar laut mungkin ide yang aneh, namun proyek tersebut memiliki potensi yang besar di masa mendatang. David yakin organisasi yang kerap bersinggungan dengan bencana dan serangan teroris akan menganggapnya menarik.
“Anda bisa dengan efektif memindahkan pusat data ke tempat yang lebih aman tanpa harus mengeluarkan biaya infrastruktur yang besar untuk membangun gedung penyimpanan, proyek ini fleksibel dan lebih hemat biaya,” ujar David, dikutip dari BBC.
MICROSOFT | BBC | MUHAMMAD AMINULLAH | EZ