Teknologi edit gen masih diperdebatkan oleh banyak kalangan. Teknik ini dianggap berbahaya dan merusak alam. Regulasi yang ada di dunia juga melarang induk pejantan hasil rekayasa genetika digunakan dalam rantai makanan. Ini sekalipun keturunan yang yang dihasilkan tidak akan diperlakukan sama (rekayasa gen).
Meskipun demikian, Oatley dkk menegaskan edit gen yang mereka lakukan sebatas pada spesies hewan yang sama, yang menurut mereka, "Di mana perubahan tersebut juga bisa terjadi secara alami."
Lebih jauh, Bruce Whitelaw dari Roslin Institue di Universitas Edinburgh, Inggris, mengatakan kalau apa yang mereka lakukan adalah bukti konsep. "Keberhasilan kami menunjukkan bahwa teknologi tersebut nyata dan bisa diterapkan,” ujarnya.
Dia juga menambahkan, institutnya yang pernah dikenal menciptakan kloning mamalia pertama yakni si domba Dolly pada 1996 lalu harus mengembangkan teknologi tersebut. Alasannya, agar bisa diterapkan untuk membantu memenuhi kebutuhan pangan yang terus bertambah.
Domba-domba kloning keturunan Dolly yang hidup tujuh tahun lalu. (Daily Mail)
"Jika kita bisa melakukannya lewat rekayasa genetik, itu artinya pula mengurangi kebutuhan air, mengurangi pakan, dan lebih sedikit antibiotik yang dibutuhkan untuk ternak," katanya.
Baca juga:
Sejumlah Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 di Spanyol Mundur
Harry Leitch, pakar genetika dan reproduksi dari Imperial College London, menilai riset ini sebagai langkah maju yang penting. Langkah berikutnya, menurutnya, membuktikan pada babi dan kambing itu apakah sperma pada para pejantan substitusi bisa berfungsi. "Artinya bisa membuahi sel telur dan melahirkan anak-anak yang sehat?" katanya.
MUHAMMAD AMINULLAH | ZW | REUTERS | DAILY MAIL