INFO TEKNO — Penggunaan Internet di masa pandemi Coronavirus Diseases 2019 (Covid-19) naik hingga 20 persen. Namun, kenaikan itu tidak menyebabkan pendapatan operator ikut terkerek. “Overall revenue kami relatif flate, cenderung negatif sedikit,” kata Direktur Utama Telkomsel, Setyanto Hantoro, dalam diskusi live streaming Ngobrol@Tempo yang didukung Lintasarta, pada Kamis, 11 Juni 2020.
Setyanto menjelaskan, size bawah yang biasa belanja kuota di bawah Rp 50 ribu per bulan tidak berbelanja sesering seperti biasa. “Sementara level atas memang konsumsinya naik, mungkin untuk keperluan virtual meeting dan sebagainya sehingga butuh paket data lebih banyak. Tetapi justru di situ ada tekanan karena belanja per mega bitenya akan lebih murah bila konsumen membeli sekaligus 50 GB dibanding bila membeli 5 GB,” katanya pada diskusi bertema Industri Telekomunikasi Menyambut Normal Baru itu.
Baca Juga:
Cenderung menurunnya pendapatan operator telekomunikasi juga diungkap Direktur Utama Lintasarta, Arya Damar, pembicara lainnya pada diskusi yang dipandu Pemimpin Redaksi Koran Tempo Budi Setyarso ini. Menurutnya, walau dalam jangka pendek ada beberapa sektor industri yang naik di masa pandemi, akan tetapi dalam jangka panjang, jika nanti pandeminya lama, konsumsi akan turun karena daya beli masyarakat akan turun.
Selain itu, Arya mengatakan, terjadi pergeseran konsumsi internet di industri di mana koneksi antar-cabang turun. “Akan tetapi koneksi kantor pusat bertambah karena ada work from home. Pelanggan minta diskon antarcabang, namun untuk kantor pusat minta dinaikan bandwith-nya. Jadi secara perimbangan sama saja,” ujar Arya.
Memasuki era normal baru yang telah dicanangkan pemerintah, Dirjen Penyelenggaraan Pos dan Informatika Kementerian Kominfo, Ahmad M Ramli, mengimbau industri telekomunikasi dapat mengembangkan layanan sesuai kebutuhan masyarakat. “Kualitas service harus dibangun dengan sangat baik, tetapi (ada) harga yang layak untuk masyarakat kita, sesuai kemampuan mereka,” katanya.
Baca Juga:
Selain membangun infrastruktur, Ramli juga mengajak operator untuk menaikkan inovasi dan core bisnis di sektor platform, karena ke depan yang akan menjadi tumpuan adalah platform. Hal ini didukung Pengamat Telekomunikasi Nonot Harsono dan menyarankan membentuk task force platform untuk pengembangan platform dalam negeri.
Ia khawatir dengan menggunakan aplikasi luar negeri, keputusan-keputusan penting yang dibuat sebuah perusahaan di dalam rapat virtual bisa diintip pihak lain. Mengembangkan platform dalam negeri, menurut Nonot juga akan menguntungkan para developer mudah Tanah Air.
“Dipastikan (akan) ada tempat bagi developer untuk berkarya. Banyak salah di awal tidak mengapa, dengan trial and error nanti akan sempurna,” ujar Nonot. (*)