TEMPO.CO, Jakarta -Vietnam sedang bersiap untuk mengevakuasi hampir 1,3 juta orang menjelang Taifun Molave, yang diperkirakan akan mendarat pada hari Rabu, 28 Oktober 2020.
Taifun Molave, dengan kecepatan angin 125 kilometer (77 mil) per jam dan hembusan hingga 150 kilometer per jam (93,2 mph), meninggalkan pulau utama Luzon di Filipina pada Senin pagi, dengan hujan lebat menyebabkan tujuh tanah longsor dan banjir di 11 wilayah, kata badan bencana Filipina.
Tidak ada laporan tentang korban jiwa, tetapi 12 nelayan di laut gagal kembali ke provinsi Catanduanes di lepas pantai timur negara itu. Molave, yang dikenal sebagai Taifun Quinta di Filipina, adalah Taifun ke-17 yang melanda negara itu tahun ini.
Ini akan menjadi badai keempat yang melanda Vietnam dalam bulan yang penuh gejolak, di mana banjir dan tanah longsor telah menewaskan 130 orang dan menyebabkan 20 orang hilang di wilayah tengah. Saat Molave mendarat, kecepatan angin diperkirakan mencapai 135 kph (83,8 mph).
"Ini adalah taifun yang sangat kuat yang akan berdampak pada wilayah yang luas," kata Perdana Menteri Nguyen Xuan Phuc. Dia mendesak provinsi dan kota di jalur Molave untuk bersiap menghadapi dampaknya.
Phuc membandingkan Molave dengan Taifun Damrey pada 2017, yang menewaskan lebih dari 100 orang di Vietnam tengah. Dia memerintahkan perahu ke darat dan menyuruh pasukan keamanan untuk bersiap-siap.
"Pasukan harus mengerahkan kekuatan penuh untuk mendukung orang-orang, termasuk memobilisasi helikopter, tank, dan alat transportasi lain jika diperlukan," kata Phuc dalam sebuah pernyataan.
Vietnam rentan terhadap badai dan banjir yang merusak karena garis pantainya yang panjang. Sekitar 11,8 juta orang di provinsi pesisir Vietnam terpapar ancaman banjir yang hebat, dengan 35 persen pemukiman terletak di garis pantai yang padat dan terkikis, kata laporan Bank Dunia pekan lalu.
Oktober adalah musim hujan di Vietnam, tetapi selama berminggu-minggu negara itu dilanda cuaca buruk yang berdampak pada pertanian, irigasi, dan transportasi.
Wilayah ini secara keseluruhan mengalami curah hujan yang sangat lebat di tengah dimulainya sistem cuaca La Nina, yang ditandai dengan suhu dingin yang tidak biasa di Samudra Pasifik ekuator.
Awal bulan ini, badai tropis Nangka menyebabkan puluhan orang tewas, hilang dan mengungsi di Vietnam dan Kamboja. Segera setelah itu, badai tropis Saudel menghantam Filipina, menyebabkan banjir dan memaksa ribuan orang mengungsi, sebelum menuju Vietnam.
Sumber: CNN