"Terutama mengingat implikasi biaya dan sumber daya yang terkait dengan remdesivir, panel merasa bertanggung jawab harus menunjukkan bukti kemanjuran, yang tidak ditetapkan oleh data yang tersedia saat ini," bunyi pedoman WHO.
WHO merilisnya setelah salah satu badan utama dunia yang mewakili dokter perawatan intensif juga mengatakan obat antivirus itu tidak boleh digunakan untuk pasien Covid-19 di bangsal perawatan kritis.
Rekomendasi atau Pedoman WHO itu adalah bagian dari apa yang disebut proyek "pedoman hidup", yang dirancang untuk menawarkan panduan bagi para dokter untuk membantu mereka membuat keputusan klinis tentang pasien dalam situasi yang dinamis seperti pandemi saat ini ini. "Panduan tersebut dapat diperbarui dan ditinjau kembali saat bukti dan informasi baru muncul.
Pada akhir Oktober, Gilead sebenarnya memangkas perkiraan pendapatan 2020. Alasannya, permintaan lebih rendah daripada perkiraan dan kesulitan dalam memprediksi penjualan remdesivir.
Gilead kini mempertanyakan hasil Uji Solidaritas WHO tersebut. Menurut Gilead, obat antivirus yang diproduksinya dengan merek Veklury itu telah mendapat pengakuan sebagai standar perawatan untuk perawatan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 dari berbagai organisasi nasional yang kredibel.
Baca juga:
Inggris Masukkan Aspirin dalam Daftar Uji Coba Obat Covid-19
"Kami kecewa pedoman WHO tampaknya mengabaikan bukti ini pada saat kasus meningkat secara dramatis di seluruh dunia dan dokter mengandalkan Veklury sebagai pengobatan antivirus pertama dan satu-satunya yang disetujui bagi pasien Covid-19."