TEMPO.CO, Bandung - Gempa dari Teluk Bintuni di Papua Barat terjadi bersusulan, Senin 25 Januari 2021. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mencatat sejak dinihari hingga sore waktu setempat, ada tujuh kali gempa. Sebanyak dua lindu diantaranya dirasakan warga.
Menurut Koordinator Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa Bintuni pada hari ini berawal pada pukul 01.42 WIB atau 03.42 WIT. Bermagnitudo 5,2 pusat sumber atau episentrum gempanya berada di darat. “Jaraknya 34 kilometer arah barat laut Kota Bintuni,” katanya lewat keterangan tertulis, Senin.
Berkedalaman 10 kilometer, gempa tergolong dangkal. Pemicunya, menurut Daryono, adalah aktivitas sesar aktif dengan mekanisme pergerakan geser.
Gempa itu dirasakan di Sorong dengan skala intensitas II-III MMI. Ini diilustrasikan, guncangan gempa dirasakan sebagian orang di dalam rumah dan membuat benda-benda yang digantung bergoyang hingga terasa getarannya seperti ada truk yang melintas.
Setelah dinihari, gempa-gempa susulan bermunculan sejak siang hingga sore waktu setempat. BMKG mencatat gempa bermagnitudo 4,5 terjadi pada pukul 14.18 WIT, kemudian pukul 14.23 (M=3,6), pukul 14.30 (M=3,1), pukul 14.59 (M=3,7), pukul 16.04 (M=3,4), dan pukul 16.53 (M=4,4).
Pada gempa bermagnitudo 4,4 itu, pusat sumber atau episentrum gempanya terletak di darat. “Jaraknya 22 kilometer arah timur laut Teluk Bintuni pada kedalaman 10 kilometer,” kata Daryono. Gempa dangkal ini juga dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme pergerakan geser yang dirasakan di Teluk Bintuni dengan skala intensitas gempa II-III MMI.
Berdasarkan catatan BMKG, pada hari ini setidaknya terjadi 3 kali aktivitas gempa yang dirasakan warga di wilayah Indonesia. Dua kali gempa guncangannya dirasakan oleh masyarakat di Teluk Bintuni dan Sorong dan sekali gempa dirasakan di Wamena, Papua.
Baca juga:
Gempa Terkini dari Papua: dari Laut di Jayapura sampai Wamena di Jayawijaya
Gempa Wamena mengguncang pada pukul 04.49.36 WIB dengan magnitudo 4,8. Episentrum terletak di darat pada jarak 48 kilometer arah Selatan Kota Wamena, Jayawijaya, berkedalaman 27 kilometer. Gempa dangkal ini, menurut Daryono, juga dipicu aktivitas sesar aktif dengan mekanisme geser yang dirasakan warga di Wamena dengan skala intensitas gempa II-III MMI.