TEMPO.CO, Yogyakarta - Gunung Merapi belum diturunkan statusnya dari level III atau Siaga meski selama empat periode pengamatan per enam jam terakhir yang dilakukan Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) gunung itu tak terpantau mengeluarkan lava pijar.
Baca:
Gunung Merapi Belasan Kali Muntah Lava Pijar Sepanjang Malam-Pagi
Pengamatan aktivitas Merapi selama 24 jam terakhir yakni sejak pukul 12.00 Kamis, 11 Februari, hingga pukul 12.00 Jumat itu secara visual mencatatkan hanya asap kawah yang tidak teramati.
Sedangkan aktivitas seperti kegempaan guguran berkisar dalam rentang 31-40 kali dalam tiap periodenya.
Aktivitas lava pijar Merapi terakhir teramati pada periode 06.00-12.00 WIB pada Kamis. Saat itu BPPTKG mencatat lava pijar juga hanya terjadi 1 kali guguran dengan jarak luncur 600 meter ke arah barat daya.
Kondisi ini jauh berbeda dengan aktivitas Merapi awal Februari atau sepanjang Januari 2021 lalu. Misalnya pada 2 Februari lalu dalam sehari lava pijar Merapi terjadi 16 kali. Atau pada 8 Januari ketika dalam sehari Merapi memuntahkan empat kali awan panas dan 19 kali lava pijar.
"Tingkat aktivitas Gunung Merapi masih di level III atau Siaga," kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida, Jumat.
BPPTKG menyatakan potensi bahaya saat ini masih berupa guguran lava dan awan panas pada sektor selatan-barat daya meliputi sungai Kuning, Boyong, Bedog, Krasak, Bebeng, dan Putih sejauh maksimal 5 kilometer.
"Sedangkan lontaran material vulkanik bila terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 kilometer dari puncak," kata dia.
Masyarakat saat ini tetap diminta tidak melakukan kegiatan apapun di daerah potensi bahaya.
"Masyarakat agar mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi dan penambangan di alur sungai yang berhulu di Gunung Merapi dalam kawasan rawan bencana III direkomendasikan untuk dihentikan," ujarnya.
PRIBADI WICAKSONO