3. Vaksin Covid-19 OxfordAstraZeneca
Oxford AstraZeneca, AZD1222, juga dikenal sebagai ChAdOx1 nCoV-19, merupakan vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Universitas Oxford dan AstraZeneca.
Vaksin ini diaplikasikan dengan cara diberikan lewat suntikan ke dalam jaringan otot. Risetnya dilakukan oleh tim peneliti dari Jenner Institute dan Oxford Vaccine Group dari Universitas Oxford, yang dipimpin oleh Sarah Gilbert, Adrian Hill, Andrew Pollard, Teresa Lambe, Sandy Douglas dan Catherine Green.
Pada Desember 2020, kandidat vaksin tersebut menjalani riset klinis Tahap III. Pada 30 Desember 2020, vaksin tersebut disepakati untuk dipakai dalam program vaksinasi di Inggris. Vaksin AstraZeneca merupakan vaksin Covid-19 kedua yang telah mengantongi izin dari WHO, setelah vaksin Pfizer/BioNTech pada akhir Desember lalu.
4. Vaksin Sinopharm
Vaksin yang dikembangkan oleh afiliasi Sinopharm’s China National Biotec Group (CNBG) ini sama halnya dengan vaksin Sinovac yakni menggunakan virus yang tidak aktif yang tidak dapat bereplikasi dalam sel manusia untuk memicu respons imun, data registrasi uji klinis menunjukkan memerlukan dua dosis agar penggunaan vaksin ini efektif melawan virus Corona.
Dilansir dari BBC News, Sinopharm mengumumkan 30 Desember 2020 lalu fase tiga vaksin menunjukkan vaksin itu 79% efektif, lebih rendah dari Pfizer dan Moderna.
Tidak ada data kemanjuran rinci dari vaksin yang telah dirilis ke publik ini, meskipun hanya sedikit rincian yang diberikan, Sinopharm mengatakan vaksin tersebut memenuhi standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan regulator obat-obatan Cina, Administrasi Produk Medis Nasional.