TEMPO.CO, Jakarta - Dokter Tirta menjelaskan perbedaan terapi plasma konvalesen dengan vaksin dalam podcast Deddy Corbuzier yang ditayangkan pada Selasa 15 Desember 2020 lalu.
Menurut dokter Tirta kegunaan vaksin bersifat pencegahan untuk yang belum terinfeksi maupun sudah, sementara terapi plasma konvalesen hanya boleh diperlakukan untuk pasien dengan kasus berat, “Vaksin itu salah satu pencegah, kalau plasma konvalesen itu efeknya langsung,” tambahnya.
Deddy Corbuzier menanyakan apakah orang yang belum terinfeksi virus Covid-19 boleh menggunakan terapi plasma konvalesen. “Yo ora iso tho, Pak!” jawab dokter Tirta spontan.
Kemudian pemilik Shoes and Care itu menjelaskan bahwa hanya pasien dengan kasus berat saja yang boleh menggunakan terapi tersebut lantaran bersifat langsung, artinya harus ada virus di dalam tubuh.
Deddy Corbuzier pun kembali bertanya, setelah pasien sembuh apakah nantinya akan kebal terhadap virus Covid-19. “Bukan kebal, jadi lebih terbiasa, sampean kalau (banyak) minum kopi kebal atau biasa?” jawab dokter Tirta dengan melempar pertanyaan.
Terapi plasma konvalesen sendiri, berdasarkan penjelasan dokter Tirta, merupakan plasma darah yang diambil dari seseorang yang sudah sembuh dari infeksi virus Covid-19 yang di dalamnya mengandung antibodi terhadap virus tersebut.
Perlakuannya pun boleh digunakan untuk pasien rawat inap dengan gejala berat, tidak memiliki antibodi di dalam tubuhnya, “Dikirimlah bala bantuan, Pak,” ujar dokter Tirta.
Dr. Tirta mengibaratkan plasma konvalesen ini sebagai team SWAT (Special Weapons And Tactics), plasma darah yang mengandung antibodi itu menyergap dan menghabisi virus Covid-19 seperti halnya tim dengan senjata dan taktik khusus itu saat menyerang target.
HENDRIK KHOIRUL MUHID
Baca juga: Menkes Budi Gunadi Resmi Keluarkan Aturan Soal Vaksinasi Mandiri