TEMPO.CO, Bandung - Peneliti utama uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 Sinovac dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Kusnandi Rusmil, mengatakan hingga saat ini masih dilakukan penelitian atas efektivitas vaksin Sinovac menghadapi varian baru virus corona asal Inggris B117.
Baca:
Bupati Ciamis dan Wakil Positif Covid-19, Ridwan Kamil: Sudah 2 Kali Suntik
“Itu yang kita lagi teliti. Kita menelitinya di Indonesia, Brasil, di Uni Emirat Arab, sama di Turki,” kata dia, di Bandung, Rabu, 3 Maret 2021.
Kusnandi mengatakan, penelitian tersebut sekaligus menjadi bagian dari uji klinis fase 3 vaksin Covid-19 Sinovac yang hingga kini masih berlangsung. “Penelitiannya belum selesai,” kata dia. “Ini kita lagi ikutin dampaknya, kita masih ada waktu enam bulan lagi.”
Kusnandi mengatakan, kemungkinan vaksin Covid-19 Sinovac masih bisa melindungi dari varian baru virus corona asal Inggris tersebut. “Moga-moga masih bisa meng-cover,” kata dia.
Kusnandi mengatakan, virus pasti bermutasi. “Mutasi itu artinya dia berubah, semua virus itu selalu akan berubah. Dia bermutasi terus untuk mempertahankan diri supaya dia tetap eksis. Itu mekanismenya. Virus mana pun akan mutasi, gak bisa dicegah itu,” kata dia.
Mutasi yang terjadi pada varian virus corona asal Ingris tersebut diharapkan masih belum begitu berbeda dengan virus corona yang ada saat ini. “Jadi semoga, masih di sekitar virus yang biasa Covid-19, dari spike protein yang kita tahu mudah-mudahan masih di sekitar itu,” kata Kusnandi.
Kusnandi mengatakan, mutasi yang terjadi belum terlalu lama, sehingga vaksin Covid-19 Sinovac masih efektif. “Harapannya kalau dalam setahun ini masih efektif, selanjutnya kita harus teliti lagi. Memang gak akan berhenti-berhenti penelitiannya,” kata dia.
Kusnandi mengatakan, langkah pencegahan menghadapi virus baru ini tidak berbeda dengan virus sebelumnya. “Tetap jaga jarak, cuci tangan, jangan kemana-mana kalau gak perlu, menjaga daya tahan tubuh, makan yang bener. Gak ada jalan lain,” kata dia.
Kusnandi mengatakan, tingkat keganasan virus corona asal Inggris relatif sama dengan virus yang ada. “Dia bukan lebih ganas, tapi lebih menular. Tapi keganasannya nggak, keganasannya sih sama, gak ada bedanya, tapi dia lebih menular,” kata dia.
AHMAD FIKRI