TEMPO.CO, Beijing - Seorang lansia di Hong Kong meninggal setelah menjalani vaksinasi Covid-19. Vaksin yang diberikan kepadanya adalah yang dikembangkan perusahaan Cina, Sinovac Biotech, atau vaksin yang sama yang kini didistribusikan di Indonesia.
Departemen Kesehatan Hong Kong mengungkapkan bahwa korban mengalami sesak napas pada Selasa malam lalu, atau dua hari setelah menerima suntikan vaksin. Pada malam itu pula pria berusia 63 tahun tersebut dilarikan ke rumah sakit namun beberapa saat kemudian meninggal.
Baca juga:
Profesor Ini Sebut 2 Alasan Lansia di Indonesia Jangan Takut Vaksin Covid-19
"Pria lansia itu mengalami penyakit bronkitis kronis dan tidak ada efek samping dari vaksinasi sebagaimana hasil observasi pihak rumah sakit," bunyi pemberitaan dari kanal berita hk01.com pada Kamis pagi ini, 4 Maret 2021.
Media-media Cina melaporkan bahwa kematian pria lansia tersebut tidak terkait langsung dengan vaksin Sinovac. Mereka mengutip hasil autopsi dan menyebutkan kalau program vaksinasi massal di Hong Kong terus berlanjut sesuai rencana.
Hung Fan Ngai Ivan, penanggung jawab klinis vaksinasi massal di wilayah korban, mengungkapkan hasil autopsi bahwa korban menderita penyakit kronis, obesitas, tekanan darah tinggi, dan dicurigai menderita penyakit jantung koroner.
"Kemungkinan besar korban meninggal karena penyakit jantung, paru-paru, dan kegagalan pada sistem pernapasan," kata Hung dalam konferensi pers di Hong Kong, Rabu malam.
Para pakar medis menyarankan warga Hong Kong yang memiliki penyakit kronis untuk memeriksakan diri sebelum menerima vaksinasi Covid-19. Ini seperti disampaikan langsung Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam agar warganya yang memiliki penyakit dan alergi serius tidak usah disuntik Vaksin Covid-19.
Baca juga:
Covid-19: Di Israel, Sebagian Lansia Menjadi OTG Setelah Vaksinasi
Adapun CEO Sinovac Biotech, Yin Weidong, yakin CoronaVac, vaksin Covid-19 Sinovac, aman digunakan termasuk untuk lansia. "Kami meyakini keamanan keseluruhan vaksin Sinovac karena terbukti aman sebagaimana hasil observasi vaksinasi massal," ujarnya dikutip Global Times.