Para peneliti di institut riset pemerintah Riken mengatakan sel punca yang diambil dari janin manusia digunakan untuk membentuk jaringan cerebral cortex, yang merupakan menara kendali pusat otak. Jaringan itu terorganisasi secara mandiri menjadi empat zona berbeda yang amat mirip struktur pada bayi dan dapat melakukan aktivitas saraf, seperti memancarkan sinyal listrik.
Studi terdahulu yang dilakukan tim peneliti itu memperlihatkan diferensiasi sel punca menjadi sel berbeda, tapi mereka belum berhasil mengorganisasi sel-sel tersebut menjadi jaringan yang dapat berfungsi. "Dalam terapi regeneratif, hanya beberapa penyakit yang dapat disembuhkan dengan transplantasi sel sederhana," kata institut itu dalam keterangan tertulisnya. "Transplantasi jaringan dapat meningkatkan harapan bagi pemulihan fungsional yang lebih besar."
Dalam laporan yang dipublikasikan di jurnal online Cell Stem Cell di Amerika Serikat itu disebutkan bahwa metode baru ini dapat mengatasi sulitnya memperoleh jaringan otak yang sesuai bagi pasien. "Jaringan yang dapat dibuat dengan teknik kultur belum mencukupi dan terlampau kecil untuk digunakan mengobati pasien stroke," katanya. "Riset kultur jaringan in-vitro yang dilakukan terhadap jaringan korteks yang lebih dewasa, seperti yang terdapat pada enam zona otak manusia dewasa akan selangkah lebih maju."
Riset yang dipimpin oleh Yoshiki Sasai, peneliti dari Riken Centre for Development Biology di Kobe, Jepang Barat, itu menunjukkan, jaringan yang terbuat dari sel punca ini juga dapat berfungsi sebagai organ versi mungil untuk mempelajari penyebab penyakit Alzheimer dan pengembangan vaksin. Jaringan kultur ini mirip jamur mini berdiameter 2 milimeter.
Umumnya sel punca embrionik dipanen dengan cara menghancurkan janin hidup, sebuah proses yang bagi sebagian orang tidak dapat diterima. Riken mengatakan jaringan korteks ini juga diperoleh dari proses induksi sel punca pluripotent, yang mirip sel punca embrionik tapi dihasilkan melalui induksi buatan, yang biasanya diambil dari sel dewasa, semisal sel kulit.
Tim ini juga berhasil membuat jaringan korteks dari sel punca embrionik tikus. Berkat jaringan binatang itu, para ilmuwan dapat membuktikan bahwa mereka dapat membentuk sebuah jejaring neuron yang dapat menanggapi rangsangan. Jaringan itu juga bisa diinduksi secara selektif menjadi tipe korteks berbeda yang mengendalikan ingatan, sensasi penglihatan, dan tugas lainnya.
TJANDRA | AFP